Wednesday, January 6, 2016

FILSAFAT PADA ABAD PERTENGAHAN


FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN
PENDAHULUAN


A.      Latar Belakang
Abad pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang khas. Secara singkat dikatakan bahwa dominasi agama kristen sangat menonjol. Perkembangan alam pikiran harus disesuaikan dengan ajaran agama. Demikian pula dengan filsafat, harus diuji apakah tidak bertentangan dengan ajaran agama islam.
Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru di tengah-tengah suatu perkumpulan bangsa yang baru, yaitu bangsa eropa barat. Filsafat yang baru ini disebut skolastik]
Pada masa perkembangan filsafat eropa ( sekitar lima abad ) belum memunculkan ahli pikir ( filosuf ), akan tetapi setelah abad ke-6 masehi, baru muncul ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat barat abad pertengahan.
Filsafat barat abad pertengahan ( 476-1492 M ) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak lagi memiliki suatu kebebasan untuk mengembangkan kreativitas yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir saat itu juga tidak memiliki kebebasan berpikir. Apalagi  terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran gereja. Siapa pun orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat. Pihak gereja melarang untuk diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Karena itu, kajian terhadap agama ( teologi ) yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak untuk mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Tetapi, ada juga yang melanggar peraturan tersebut dan mereka dianggap orang murtad.
                                                                                                                             

B.       Rumusan Masalah
1.         Bagaimanakah sejarah filsafat pada abad pertengahan ?
2.         Apakah ciri filsafat pada abad pertengahan ?
3.         Bagaimana periode pada abad pertengahan ?
4.         Bagaimanakah perkembangan filsafat pada abad pertengahan ?

C.      Tujuan
Dengan ditulisnya makalah ini semoga dapat  bermafaat untuk kita semua maka harapan penulis semoga materi makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita.









BAB II
PEMBAHASAN


A.    Sejarah Filsafat Abad Pertengahan
Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai sekitar pada abad ke-5 sampai awal abad ke-17. Para sejarawan umumnya menentukan tahun 476, yakni masa berakhirnya Kerajaan Romawi Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya Kerajaan Romawi Timur yang kelak berpusat di Konstantinopel (sekarang Istambul), sebagai data awal zaman Abad Pertengahan dan tahun 1492 (penemuan benua Amerika oleh Columbus) sebagai data akhirnya.
Masa ini diawali dengan munculnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh suatu kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada Abad Pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan agama Kristen. Artinya, pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi oleh agama.
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang sangat mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Munculnya agama kristen pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan suatu agama. Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi agama Kristen.  Disinilah yang menjadi persoalannya, karena agama kristen itu mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan yunani kuno mengatakan bahwa kebenaran dapat di capai oleh kemampuan akal.
Menurut perkembangan suatu sejarah pemikiran manusia, peradan Yunani ini merupakan suatu titik tolak peradapan manusia didunia. Peradapan ini terus menyebar keberbagai bangsa di antaranya adalah bangsa Romawi.
Pada waktu itu Romawi merupakan suatu  kerajaan terbesar yang berada di daratan Eropa, karena bersamaan dengan nama[1] Kristen, sehingga muncullah suatu filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai penjelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.

Filsafat Barat Abad Pertengahan (476-1492) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap, karena pendapat ini didasarkan pada pendekatan didalam sejarah gereja. Pada saat itu tindakan gereja sangat memgelenggu kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya.    
Masa Abad Pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan upaya untuk mengajak manusia kedalam suatu kehidupan atau system kepercayaan yang terlalu fanatic,
Filsafat abad pertengahan sering disebut “filsafat Scholastik” yang di ambil dari kata schuler yang berarti suatu ajaran atau sekolahan. Karena sekolah yang diadakan oleh Karel Agung yang mengajarkan apa yang diistilahkan sebagai  artes liberals (seni bebas) meliputi gramatika, geometria, arithmatika, astronomia, musika, dan dealetika. Pada kemudiannya kata scholastic menjadi istilah bagi filsafat pada abad 9 s/d 15 yang sudah mempunyai corak khusus yaitu fisafat yang dipengaruhi oleh agama.
Filsafat abad pertengahan juga dapat dikatakan sebagai abad gelap, karena pendapat-pendapat para ilmuan terikat oleh kebijaksanaan yang ada, yaitu dominasi golongan gereja. Manusia tidak bisa lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan pemikirannya. Sebab itu hasil-hasil dari pemikiran manusia diawasi oleh kaum gereja. Apabila terdapat pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, maka orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman yang berat. [2]



B.     Ciri Pemikiran Abad Pertengahan

Ø  Berfilsafat didalam lingkungan ajaran Aristoteles.
Ø  Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja.
Ø  Berfikir dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.

Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan yunani kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:
1.        Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran
Yunani merupakan pemikiran orang kafir karena tidak mengakui wahyu.
2.        Menerima filsafat yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu
ciptaan Tuhan maka kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati. Oleh karena itu, akal dapat dibantu oleh wahyu.[3]


C.    Periode-periode Pada Abad Pertengahan
Secara garis besar filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu : Zaman Patristik, dan Zaman Skolastik.

1.      Periode Patristik
Istilah Patristik berasal dari kata Lati “pater” atau vapak, yang memiliki arti para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja itupun dipilih dari golongan atas atau dari golongan ahli pikir. Dari golongan itu menimbulkan sikap yang sangat bermacam-macam pemikirannya, ada yang menolak filsafat yunani, dan ada juga yang menerimanya.4
Bagi mereka yang menolak, memiliki alasan karena beranggapan bahwa mereka sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan. Bagi mereka yang menerima memiliki alasan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada salahnya menggunakan filsafat yunani hanya diamil tata cara berfikirnya. Jadi, menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu dan tidak bertentangan dengan agama. Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang menerima filsafat Yunani menuduh bahwa mereka (orang kristen yang menolak filsafat Yunani)  itu munafik.



Akibatnya, muncul paya untuk  membela agama Kristen, yaitu para apologis pembela iman Kristen dari serapan filsafat Yunani. Para pembela iman Kristen tersebut adalah Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius Nissa, Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus.

a.      Justinus Martir
Nama aslinya Justinus, kemudian nama Martir diambil dari istilah “ orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaannya”.
Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelum Socrates dan Plato. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani itu mengembil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Jadi, agama Kristen lebih bermutu dibantu dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan Justinus Martir.

b.      Klemens ( 150 – 215 )
Ia juga termasuk pembela kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut :
ü  Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen utuk mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani
ü  Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani;
ü      Bagi orang Kristen. Filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan memikirkan secara mendalam.

c.       Tertullianus (160-222)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia menolak kehadirat filsafat Yunani karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubungan antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan antara Kristen dengan penemuan baru.
Akan tetapi lama kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai cara berfikir yang rasional. Alasannya, bagaimanapun juga yang rasional diperlukan sekali. Pada saat itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak dibakukan, saat itu filsafat hanya megajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja, sehingga, akhirnya melihat filsafat hanya dimensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara atau metode berfikir untuk memikirkan kebenaran keberadaan Tuhan beserta sifat-sifatnya.

d.      Augustinus ( 354-430 )
Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Platonisme dan Skeptisisma, ia telah diakui keberhasilannya dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati.
Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia ada batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasannya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikir manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.
Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad, dan mempengaruhi pemikiran eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik.


e.       Periode Skolastik
Istilah skolasti adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah.


Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut.
a.    Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
b.    Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian mucul istilah skolastik Yahudi, skolasti Arab dan lain-lainnya.
c.    Filsafat skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan kedalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
d.   Filsafat skolastik adalah filsafat nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran gereja.
Filsafat skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor berikut.
v  Faktor religius
Faktor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berkeperikehidupan religius.
v  Faktor Ilmu pegetahuan
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja. Ataupu dari keluarga istana. Kepustakaannya diambil dari para penulis latin. Arab ( islam ). Dan Yunani.
Masa skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu :
1.    Skolastik Awal. berlangsung dari tahun 800-1200;
2.    Skolastik puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300;
3.    Skolastik akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450.





1.       Skolastik Awal
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat patristik mulai merosot. Terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada dibawah Karel Agung ( 742- 814) dapat memberikan suasana ketenangan  dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semanya menampakkan muali adanya kebangkitan.
Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda.
Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes liberaes, meliputi tata bahasa, retorika, dialetika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.
Diantara tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805), Johannes Scotes Eriugena (815-870), Peter Lombard (1100-1160), John Salisbury (1115-1180), Peter Abaelardus ( 1079-1180).5

v  Peter Abaelardus ( 1079 – 1180 )
Ia dilahirkan di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandagannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman.
Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berfikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus memberikan alasan bahwa berfikir itu berada diluar iman (diluar kepercayaan). Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.

2.       Skolastik Puncak
Masa ini merupaka kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200 – 1300 dan masa ini juga disebut masa berbunga.
Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai pada puncaknya.
a.             Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
b.         Tahun 1200 didirikan universitas Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, Di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
c.     Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat nutuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran dibidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D.Scotus, william Ocham.

Upaya Kristenisasi Ajaran Aristoteles
Pada mulanya hanya sebagian ahli pikir yang membawa dan meneruskan ajaran Aristoteles, akan tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan dari Augustinus. Hal ini disebabkan oleh adanya satu anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang muali dikenal pada abad ke-12 telah diolah dan tercemar oleh ahli fikir Arab (islam). Hal ini dianggap sangat membahayakan ajaran Kristen.
Untuk  menghindari adanya pencemaran tersebut di atas (dari ahli pikir Arab atau Islam), Albertus Magnus dan Thomas Aquinas sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd, dengan menerjemahkan langsung dari bahasa Latinnya. Juga, bagian-bagian ajaran aristoteles yang bertentangan dengan ajaran Kristen diganti dengan teori-teori baru yang bersumber pada ajaran Aristoteles dan diselaraskan dengan ajaran Kristen.
v  Albertus Magnus (1203 – 1280)
Disamping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Ia lahir di Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doktor universitas” dan “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus Magnus (Albert the Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di Universitas Padua ia belajar artes liberales, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bulogna, dan masuk Ordo Dominican tahun 1223, kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.
v  Thomas Aquinas (1225 – 1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Disamping sebagai ahli pikir, ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Ia lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia merupakan tokoh terbesar Skolatisme. Salah seorang suci gereja katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus. Pada tahun 1250 ia menjadi guru besar dalam ilmu agama di Prancis dan tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat Istana Paus.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan iman berjalan diluar jangkauan pemikiran.
Thomas telah menafsirkan pandangan bahwa Tuhan  sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan yang berhubungan dengan atau tidak mempnyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah mencipta dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi.6

3.       Skolastik Akhir
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jem terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi ( kemandekan ). Diantara tokoh-tokohnya adalah William ockham ( 1285-1349 ), Nocolas Cusasus ( 1401-1464 ).

v  William Ockham ( 1285-1349 )
Ia merpakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan.
v  Nicolas Cusasus ( 1401-1464 )
Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik, menurut pendapatnya, terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja dapat diketahui oleh akal. Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat dimana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan. Pemikiran Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat kesuatu sintesis yang lebih luas.

4.        Skolastik Arab
Hasbullah Bakry menerangkan bahwa istilah skolastik Islam jarang dipakai di kalangan umat Islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat Islam.
Tokoh-tokoh yang termasuk para ahli pkir Islam ( pemikir Arab atau Islam pada masa skolastik ), yait Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para ahli pikir tersebut besar sekali, yait sebagai berikut.
b.      Orang-orang Barat itu mengenal Aristoteles berkat tulisan dari para ahli pikir Islam, terutama dari Ibnu Rusyd sehingga Ibnu Rusyd dikatakan sebagai guru terbesar para ahli pikir Skolastik Latin.
c.      Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan Skolastik Latin.
Dengan demikian, dal;am pembahasan skolastik Islam terbagi menjadi 2 periode, yaitu :
a.       Periode Mutakallimin (700-900);
b.      Periode Filsafat Islam ( 850 – 1200 ).

D.      Masa Peralihan
Setelah abad pertengahan berakhir sampailah pada masa peralihan yang didisi dengan gerakan kerohanian yang bersifat pembaharuan. Masa peralihan ini ditandai dengan munculnya renaissance, humanisme, dan reformasi yang berlangsung antara abad ke-14 hingga ke-16.
Renaissance
Renaissance atau kelahiran kembali di Eropa ini merupakan suatu gelombang kebudayaan dan pemikiran yang dimulai di Italia, kemudian Prancis, Spanyol, dan selanjutnya hingga menyebar ke seluruh Eropa. Diantara tokoh-tokohnya adalah Leonardo da Vinci, Miichelangelo, Machiavelli, dan Giordano Bruno.
Humanisme
Humanisme pada mulanya dipakai sebagai suatu pendirian dikalangan ahli pikir Renaisanse yang menghancurkan perhatiannya terhadap pengajaran kesusastraa Yunani dan Romawi, serta perikemanusiaan. Kemudian, Humanisme berubah fungsinya menjadi gerakan utuk kembali sastra Yuani da Romawi. Di antara para tokohnya adalah Boccaccio, Petrarcus, Lorenco Vallia, Erasmus, dan Thomas Morre.
Reformasi
Reformasi merupakan revolusi keagamaan di Eropa Barat pada abad ke-16. Revolusi tersebut dimulai dari gerakan terhadap perbaikan keadaan gereja Katolik. Kemudian berkembang menjadi asas-asas Protestantisme. Para tokohnya antara lain Jean Calvin dan Martin Luther.
Akhir dalam filsafat Renaissance salah satu unsur pokoknya adalah manusia. Suatu pemikiran yang sejajar dengan Renaissance. Pemikiran yang ingin menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan.7
BAB III
PENUTUP



A.    Kesimpulan
Didalam pembukaan makalah ini kami menggunakan berbagai sumber. Namun didalam makalah ini kami hanya dapat mengembangkan hanya semampu kami. Dari berbagai pemaparan materi tersebut dapat disimpulkan bahwa Filsafat Barat abad pertengahan (476-1492 ) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap “. Pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja.  Memang pada saat itu tindakan gereja sangat memebelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya.  Para ahli pikir pada sat itupun tidak memiliki kebebasan berfikir.

B.     Saran
Didalam pembuatan makalah ini kami masih banyak mendapatkan kesulitan. Diantaranya dalam pencarian sumber referensi. Dan kepada Dosen pengajar dan rekan-rekan sekalian, kami selaku pemapar menyadari masih benyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu kami masi mengharapkan saran dan arahan dari rekan-rekan sekalian. 










                                                                                                            

DAFTAR PUSTAKA


Achmadi, Asmoro, Filsafat Umum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.

Syadali, Ahmad, Filsafat Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2004

Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003

Pringgodigdo, Ensiklopedi Umum, Kanisius, Yogyakarta, 1972

Bakry, Hasbullah, Di sekitar Filsafat Skolastik Kristen, Jakarta



[1]Drs.H. Ahmad Syadali, M.A, Filsafat Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2004, hal. 80
[2]Drs. H. Ahmad Syadali, Ibid, hal. 81
[3]   Drs. Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 66
4    Hasbullah Bakry, Di sekitar Filsafat Skolastik Kristen, Jakarta, hal. 12


5     Drs. H. Ahmad Syadali, Ibid, hal. 91
6Julukan Santo Thomas yang terkenal adalah “Lembu Jantan Bisu” artinya ia lambat dalam tingkah lakunya dan gagah. Tetapi ia sebagai mahaguru yang pandai, tajam pikirannya lihat Pringgodigno (Ed.), op, cit., hal. 1106
7 Ibid, hal.80
Add to Cart

0 komentar:

Post a Comment