FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad
pertengahan merupakan suatu kurun waktu yang khas. Secara singkat dikatakan
bahwa dominasi agama kristen sangat menonjol. Perkembangan alam pikiran harus
disesuaikan dengan ajaran agama. Demikian pula dengan filsafat, harus diuji
apakah tidak bertentangan dengan ajaran agama islam.
Filsafat abad
pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru di tengah-tengah suatu
perkumpulan bangsa yang baru, yaitu bangsa eropa barat. Filsafat yang baru ini
disebut skolastik]
Pada masa
perkembangan filsafat eropa ( sekitar lima abad ) belum memunculkan ahli pikir
( filosuf ), akan tetapi setelah abad ke-6 masehi, baru muncul ahli pikir yang
mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran
filsafat barat abad pertengahan.
Filsafat barat abad pertengahan ( 476-1492 M ) juga dapat dikatakan sebagai
abad gelap. Berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, pada saat itu tindakan
gereja sangat membelenggu kehidupan manusia. Manusia tidak lagi memiliki suatu
kebebasan untuk mengembangkan kreativitas yang terdapat dalam dirinya. Para
ahli pikir saat itu juga tidak memiliki kebebasan berpikir. Apalagi
terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan agama ajaran
gereja. Siapa pun orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat.
Pihak gereja melarang untuk diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan
rasio terhadap agama. Karena itu, kajian terhadap agama ( teologi ) yang tidak
berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak
untuk mengadakan penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja. Tetapi, ada
juga yang melanggar peraturan tersebut dan mereka dianggap orang murtad.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah
sejarah filsafat pada abad pertengahan ?
2.
Apakah ciri
filsafat pada abad pertengahan ?
3.
Bagaimana
periode pada abad pertengahan ?
4.
Bagaimanakah
perkembangan filsafat pada abad pertengahan ?
C. Tujuan
Dengan ditulisnya makalah ini semoga dapat bermafaat untuk kita semua maka harapan
penulis semoga materi makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Filsafat Abad Pertengahan
Sejarah
filsafat Abad Pertengahan dimulai sekitar pada abad ke-5 sampai awal abad
ke-17. Para sejarawan umumnya menentukan tahun 476, yakni masa berakhirnya
Kerajaan Romawi Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya Kerajaan Romawi
Timur yang kelak berpusat di Konstantinopel (sekarang Istambul), sebagai data
awal zaman Abad Pertengahan dan tahun 1492 (penemuan benua Amerika oleh
Columbus) sebagai data akhirnya.
Masa ini
diawali dengan munculnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi
oleh suatu kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada Abad Pertengahan pun
dipengaruhi oleh kepercayaan agama Kristen. Artinya, pemikiran filsafat Abad
Pertengahan didominasi oleh agama.
Periode abad
pertengahan mempunyai perbedaan yang sangat mencolok dengan abad sebelumnya.
Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Munculnya agama
kristen pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan suatu agama. Zaman pertengahan adalah zaman keemasan bagi agama Kristen.
Disinilah yang menjadi persoalannya, karena agama kristen itu mengajarkan
bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan
pandangan yunani kuno mengatakan bahwa kebenaran dapat di capai oleh kemampuan
akal.
Menurut perkembangan suatu sejarah pemikiran manusia, peradan Yunani ini
merupakan suatu titik tolak peradapan manusia didunia. Peradapan ini terus
menyebar keberbagai bangsa di antaranya adalah bangsa Romawi.
Pada waktu itu Romawi merupakan suatu
kerajaan terbesar yang berada di daratan Eropa, karena bersamaan dengan nama[1]
Kristen, sehingga muncullah suatu filsafat Eropa yang sesungguhnya sebagai
penjelmaan filsafat Yunani setelah berintegrasi dengan agama Kristen.
Filsafat Barat Abad Pertengahan (476-1492) juga dapat dikatakan sebagai abad
gelap, karena pendapat ini didasarkan pada pendekatan didalam sejarah
gereja. Pada saat itu tindakan gereja sangat memgelenggu kehidupan manusia,
sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya.
Masa Abad Pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai
suatu masa yang penuh dengan upaya untuk mengajak manusia kedalam suatu
kehidupan atau system kepercayaan yang terlalu fanatic,
Filsafat abad pertengahan sering disebut “filsafat
Scholastik” yang di ambil dari kata schuler yang berarti suatu
ajaran atau sekolahan. Karena sekolah yang diadakan oleh Karel Agung yang
mengajarkan apa yang diistilahkan sebagai
artes liberals (seni bebas) meliputi gramatika, geometria,
arithmatika, astronomia, musika, dan dealetika. Pada kemudiannya kata scholastic
menjadi istilah bagi filsafat pada abad 9 s/d 15 yang sudah mempunyai corak
khusus yaitu fisafat yang dipengaruhi oleh agama.
Filsafat abad pertengahan juga dapat dikatakan sebagai
abad gelap, karena pendapat-pendapat para ilmuan terikat oleh
kebijaksanaan yang ada, yaitu dominasi golongan gereja. Manusia tidak bisa lagi
memiliki kebebasan untuk mengembangkan pemikirannya. Sebab itu hasil-hasil dari
pemikiran manusia diawasi oleh kaum gereja. Apabila terdapat pemikiran yang
bertentangan dengan ajaran gereja, maka orang yang mengemukakannya akan
mendapatkan hukuman yang berat. [2]
B. Ciri Pemikiran Abad Pertengahan
Ø
Berfilsafat didalam lingkungan ajaran Aristoteles.
Ø
Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja.
Ø
Berfikir dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Agama Kristen menjadi problema
kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran
yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan yunani kuno yang mengatakan bahwa
kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal.
Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:
1.
Golongan
yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran
Yunani merupakan pemikiran orang
kafir karena tidak mengakui wahyu.
2.
Menerima
filsafat yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu
ciptaan Tuhan maka kebijaksanaan
manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal
tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati. Oleh karena itu, akal dapat dibantu
oleh wahyu.[3]
C. Periode-periode Pada Abad Pertengahan
Secara garis besar filsafat abad pertengahan dapat
dibagi menjadi dua periode yaitu : Zaman Patristik, dan Zaman Skolastik.
1.
Periode Patristik
Istilah Patristik berasal
dari kata Lati “pater” atau vapak, yang memiliki arti para pemimpin
gereja. Para pemimpin gereja itupun dipilih dari golongan atas atau dari
golongan ahli pikir. Dari golongan itu menimbulkan sikap yang sangat
bermacam-macam pemikirannya, ada yang menolak filsafat yunani, dan ada juga
yang menerimanya.4
Bagi mereka yang menolak,
memiliki alasan karena beranggapan bahwa mereka sudah mempunyai sumber
kebenaran yaitu firman Tuhan. Bagi mereka yang menerima memiliki alasan bahwa
walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada
salahnya menggunakan filsafat yunani hanya diamil tata cara berfikirnya. Jadi,
menerima filsafat Yunani diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu dan tidak
bertentangan dengan agama. Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan,
sehingga orang-orang yang menerima filsafat Yunani menuduh bahwa mereka (orang
kristen yang menolak filsafat Yunani)
itu munafik.
Akibatnya, muncul paya untuk membela agama Kristen, yaitu para apologis pembela iman Kristen dari serapan filsafat Yunani.
Para pembela iman Kristen tersebut adalah Justinus Martir, Irenaeus, Klemens,
Origenes, Gregorius Nissa, Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius
Augustinus.
a.
Justinus Martir
Nama aslinya Justinus, kemudian nama Martir
diambil dari istilah “ orang-orang yang rela mati hanya untuk kepercayaannya”.
Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama
baru karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap
sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, Musa hidup sebelum Socrates dan
Plato. Selanjutnya dikatakan bahwa filsafat Yunani itu mengembil dari kitab
Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam
mengembangkan aspek logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang-orang Yunani
dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Jadi, agama Kristen lebih bermutu
dibantu dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan Justinus Martir.
b.
Klemens ( 150 – 215 )
Ia juga termasuk pembela kristen, tetapi ia
tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-pokok pikirannya adalah sebagai berikut :
ü Memberikan
batasan-batasan terhadap ajaran Kristen utuk mempertahankan diri dari otoritas
filsafat Yunani
ü Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen
dengan menggunakan filsafat Yunani;
ü Bagi orang
Kristen. Filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan memikirkan
secara mendalam.
c.
Tertullianus (160-222)
Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen,
tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia menjadi gigih membela Kristen secara
fanatik. Ia menolak kehadirat filsafat Yunani karena filsafat dianggap sesuatu
yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak
ada hubungan antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antara
yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan
antara Kristen dengan penemuan baru.
Akan tetapi lama kelamaan, Tertullianus
akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai cara berfikir yang rasional.
Alasannya, bagaimanapun juga yang rasional diperlukan sekali. Pada saat itu,
karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak dibakukan, saat itu filsafat
hanya megajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja, sehingga, akhirnya
melihat filsafat hanya dimensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat
sebagai cara atau metode berfikir untuk memikirkan kebenaran keberadaan Tuhan
beserta sifat-sifatnya.
d.
Augustinus ( 354-430 )
Sejak mudanya ia telah mempelajari
bermacam-macam aliran filsafat, antara lain Platonisme dan Skeptisisma, ia
telah diakui keberhasilannya dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia
dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati.
Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia ada
batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang
tidak ada batasannya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikir manusia
dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.
Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai
sepuluh abad, dan mempengaruhi pemikiran eropa. Perlu diperhatikan bahwa para
pemikir Patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik.
e.
Periode Skolastik
Istilah skolasti adalah kata sifat yang berasal
dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau
yang berkaitan dengan sekolah.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas
skolastik, sebagai berikut.
a.
Filsafat
skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolastik ini
sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
b.
Filsafat
skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang
rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada,
kejasmanian, baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian mucul istilah skolastik
Yahudi, skolasti Arab dan lain-lainnya.
c.
Filsafat
skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam
kodrat, akan dimasukkan kedalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara
kepercayaan dan akal.
d.
Filsafat
skolastik adalah filsafat nasrani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran
gereja.
Filsafat skolastik ini dapat berkembang dan
tumbuh karena beberapa faktor berikut.
v Faktor
religius
Faktor religius dapat mempengaruhi corak
pemikiran filsafatnya. Yang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan
lingkungan saat itu yang berkeperikehidupan religius.
v Faktor Ilmu pegetahuan
Pada saat itu telah banyak didirikan lembaga
pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja. Ataupu dari keluarga
istana. Kepustakaannya diambil dari para penulis latin. Arab ( islam ). Dan
Yunani.
Masa skolastik terbagi menjadi tiga periode,
yaitu :
1.
Skolastik Awal.
berlangsung dari tahun 800-1200;
2.
Skolastik
puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300;
3.
Skolastik
akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450.
1. Skolastik Awal
Sejak abad ke-5
hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat patristik mulai merosot. Terlebih lagi
pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau.
Baru pada abad
ke-8 Masehi, kekuasaan berada dibawah Karel Agung ( 742- 814) dapat memberikan
suasana ketenangan dalam bidang politik,
kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan manusia serta pemikiran
filsafat yang semanya menampakkan muali adanya kebangkitan.
Pada mulanya
skolastik ini timbul pertama kalinya di biara Italia Selatan dan akhirnya
sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda.
Kurikulum
pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes liberaes, meliputi tata bahasa,
retorika, dialetika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu
perbintangan, dan musik.
Diantara
tokoh-tokohnya adalah Aquinas (735-805), Johannes Scotes Eriugena (815-870),
Peter Lombard (1100-1160), John Salisbury (1115-1180), Peter Abaelardus (
1079-1180).5
v Peter Abaelardus ( 1079 – 1180 )
Ia dilahirkan
di Le Pallet, Prancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandagannya
sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat
gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra
romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat
menundukkan kekuatan iman.
Berbeda dengan
Anselmus yang mengatakan bahwa berfikir harus sejalan dengan iman, Abaelardus
memberikan alasan bahwa berfikir itu berada diluar iman (diluar kepercayaan).
Hal ini sesuai dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam
teologi, yaitu bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua bukti-bukti.
2.
Skolastik
Puncak
Masa ini
merupaka kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun 1200 – 1300 dan masa
ini juga disebut masa berbunga.
Berikut ini
beberapa faktor mengapa masa skolastik mencapai pada puncaknya.
a.
Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd,
Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu
pengetahuan yang luas.
b. Tahun 1200
didirikan universitas Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan
dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya
Universitas di Paris, di Oxford, Di Mont Pellier, di Cambridge dan
lain-lainnya.
c. Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang
muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga
menimbulkan dorongan yang kuat nutuk memberikan suasana yang semarak pada abad
ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian dimana kebanyakan
tokoh-tokohnya memegang peran dibidang filsafat dan teologi, seperti Albertus
de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D.Scotus, william Ocham.
Upaya
Kristenisasi Ajaran Aristoteles
Pada mulanya
hanya sebagian ahli pikir yang membawa dan meneruskan ajaran Aristoteles, akan
tetapi upaya ini mendapatkan perlawanan dari Augustinus. Hal ini disebabkan
oleh adanya satu anggapan bahwa ajaran Aristoteles yang muali dikenal pada abad
ke-12 telah diolah dan tercemar oleh ahli fikir Arab (islam). Hal ini dianggap
sangat membahayakan ajaran Kristen.
Untuk menghindari adanya pencemaran tersebut di
atas (dari ahli pikir Arab atau Islam), Albertus Magnus dan Thomas Aquinas
sengaja menghilangkan unsur-unsur atau selipan dari Ibnu Rusyd, dengan
menerjemahkan langsung dari bahasa Latinnya. Juga, bagian-bagian ajaran
aristoteles yang bertentangan dengan ajaran Kristen diganti dengan teori-teori
baru yang bersumber pada ajaran Aristoteles dan diselaraskan dengan ajaran
Kristen.
v Albertus
Magnus (1203 – 1280)
Disamping
sebagai biarawan, Albertus Magnus juga dikenal sebagai cendikiawan abad
pertengahan. Ia lahir di Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doktor
universitas” dan “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus Magnus (Albert the
Great). Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di Universitas Padua ia belajar
artes liberales, ilmu-ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat Aristoteles,
belajar teologi di Bulogna, dan masuk Ordo Dominican tahun 1223, kemudian masuk
ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.
v Thomas
Aquinas (1225 – 1274)
Nama sebenarnya
adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari Aquinas.
Disamping sebagai ahli pikir, ia juga seorang dokter gereja bangsa Italia. Ia
lahir di Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia merupakan tokoh terbesar Skolatisme.
Salah seorang suci gereja katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan
menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun 1245 belajar pada Albertus Magnus.
Pada tahun 1250 ia menjadi guru besar dalam ilmu agama di Prancis dan tahun
1259 menjadi guru besar dan penasihat Istana Paus.
Menurut
pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan
jalan yang berbeda-beda, sedangkan iman berjalan diluar jangkauan pemikiran.
Thomas telah
menafsirkan pandangan bahwa Tuhan
sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan yang berhubungan dengan
atau tidak mempnyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan
tidak pernah mencipta dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi.6
3.
Skolastik Akhir
Masa ini
ditandai dengan adanya rasa jem terhadap segala macam pemikiran filsafat yang
menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi ( kemandekan ). Diantara
tokoh-tokohnya adalah William ockham ( 1285-1349 ), Nocolas Cusasus ( 1401-1464
).
v William Ockham ( 1285-1349 )
Ia merpakan
ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Menurut pendapatnya, pikiran
manusia hanya dapat mengetahui barang-barang atau kejadian-kejadian individual.
Konsep-konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan
abstraksi buatan tanpa kenyataan.
v Nicolas Cusasus ( 1401-1464 )
Ia sebagai
tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik, menurut pendapatnya,
terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Karena
keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja dapat diketahui oleh akal.
Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat
dimana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan. Pemikiran Nicolas
ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat
kesuatu sintesis yang lebih luas.
4.
Skolastik Arab
Hasbullah Bakry
menerangkan bahwa istilah skolastik Islam jarang dipakai di kalangan umat
Islam. Istilah yang biasa dipakai adalah ilmu kalam atau filsafat Islam.
Tokoh-tokoh
yang termasuk para ahli pkir Islam ( pemikir Arab atau Islam pada masa
skolastik ), yait Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Peranan para ahli
pikir tersebut besar sekali, yait sebagai berikut.
b. Orang-orang Barat itu mengenal Aristoteles
berkat tulisan dari para ahli pikir Islam, terutama dari Ibnu Rusyd sehingga
Ibnu Rusyd dikatakan sebagai guru terbesar para ahli pikir Skolastik Latin.
c. Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan
Skolastik Latin.
Dengan
demikian, dal;am pembahasan skolastik Islam terbagi menjadi 2 periode, yaitu :
a.
Periode
Mutakallimin (700-900);
b.
Periode
Filsafat Islam ( 850 – 1200 ).
D. Masa Peralihan
Setelah abad
pertengahan berakhir sampailah pada masa peralihan yang didisi dengan gerakan
kerohanian yang bersifat pembaharuan. Masa peralihan ini ditandai dengan
munculnya renaissance, humanisme, dan reformasi yang berlangsung antara abad
ke-14 hingga ke-16.
Renaissance
Renaissance atau kelahiran
kembali di Eropa ini merupakan suatu gelombang kebudayaan dan pemikiran yang
dimulai di Italia, kemudian Prancis, Spanyol, dan selanjutnya hingga menyebar
ke seluruh Eropa. Diantara tokoh-tokohnya adalah Leonardo da Vinci,
Miichelangelo, Machiavelli, dan Giordano Bruno.
Humanisme
Humanisme pada mulanya dipakai sebagai suatu
pendirian dikalangan ahli pikir Renaisanse yang menghancurkan perhatiannya
terhadap pengajaran kesusastraa Yunani dan Romawi, serta perikemanusiaan.
Kemudian, Humanisme berubah fungsinya menjadi gerakan utuk kembali sastra Yuani
da Romawi. Di antara para tokohnya adalah Boccaccio, Petrarcus, Lorenco Vallia,
Erasmus, dan Thomas Morre.
Reformasi
Reformasi merupakan revolusi keagamaan di Eropa
Barat pada abad ke-16. Revolusi tersebut dimulai dari gerakan terhadap
perbaikan keadaan gereja Katolik. Kemudian berkembang menjadi asas-asas
Protestantisme. Para tokohnya antara lain Jean Calvin dan Martin Luther.
Akhir dalam filsafat Renaissance salah satu unsur
pokoknya adalah manusia. Suatu pemikiran yang sejajar dengan Renaissance.
Pemikiran yang ingin menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam
pandangan kehidupan.7
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Didalam pembukaan makalah ini kami menggunakan
berbagai sumber. Namun didalam makalah ini kami hanya dapat mengembangkan hanya
semampu kami. Dari berbagai pemaparan materi tersebut dapat disimpulkan bahwa
Filsafat Barat abad pertengahan (476-1492 ) juga dapat dikatakan sebagai “abad
gelap “. Pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat
memebelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada sat itupun tidak
memiliki kebebasan berfikir.
B.
Saran
Didalam pembuatan makalah ini kami masih banyak
mendapatkan kesulitan. Diantaranya dalam pencarian sumber referensi. Dan kepada
Dosen pengajar dan rekan-rekan sekalian, kami selaku pemapar menyadari masih
benyak kekurangan dan kesalahan oleh karena itu kami masi mengharapkan saran
dan arahan dari rekan-rekan sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Asmoro, Filsafat Umum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Syadali, Ahmad, Filsafat Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2004
Tafsir, Ahmad, Filsafat Umum, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003
Pringgodigdo, Ensiklopedi Umum, Kanisius, Yogyakarta, 1972
Bakry, Hasbullah, Di sekitar Filsafat Skolastik
Kristen, Jakarta
4 Hasbullah Bakry, Di sekitar Filsafat Skolastik
Kristen, Jakarta, hal. 12
0 komentar:
Post a Comment