Wednesday, January 6, 2016

PENGERTIAN, RUANG LINGKUP DAN MANFAAT MEMPELAJARI ILMU AKHLAK




DISUSUN  OLEH:
KHOIRUL AMRI


PRODI EKONOMI ISLAM
JURUSAN EKONOMI SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAI) JURAI SIWO
METRO 2014




DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................        4
A.    Latar Belakang Masalah.....................................................................        4
B.     Rumusan Masalah..............................................................................        4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................        5
A.    Pengertian ilmu akhlak.......................................................................        5
B.     Ruang lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak dan Tasawuf....................        6
C.     Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak....................................................        10
BAB III PENUTUP.....................................................................................        17
A.    Kesimpulan.........................................................................................        17
B.     Saran...................................................................................................        17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................        18







BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah
Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tidakah berlebuihan bila misi utama kerasulan Muhammad SAW. adalah untuk menyempurnakan ahlak. Sejarah pun mencatat bahwa faktor pendukung keberhsilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan aklaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar  akhlak dan keluhuran  budi Nabi Muhamad SAW. itu dijadikan contoh dalam kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin keselamtan hidupnya di dunia dan akhirat.
B.     Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan ahlak?
2.      Ruang lingkup pembahasan akhlak?
3.      Ruang lingkup pembahasan akhlak dan tasawuf?
4.      Apa manfaat mempelajari ilmu akhlak?
5.      Hubungan ilmu akhlak dan ilmu lainya?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ilmu Ahlak
At-tahawani (w.abad II H.), penyusun kasysyaf ishthilahat al-Funun mendefinisikan ilmu akhlah yang di sebutnya dengan ilmu-ilmu perilaku (ulum as-suluk )sebagai “pengetahuan tentang apa yang baik dan tidak baik.[1] Ada dua cara yang dapat digunakan untuk memahami ilmu akhlak yaitu: pendekatan liguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan).
Segi bahasa akhlak berasal dari bahasa arab yaitu اقلك yang berarti as-sajiyah (perangai) ath-thabi’ah (kelakuan, watak dasar) al-adat (kebiasaan) ke zalimanal-ma’ruah (peradaban yang baik) dan al-din (agama). Kata akhlak jamak dari kata khuluq atau khulukun.
Sedangkan untuk merujuk arti akhlak ini dapat di ambil beberapa pendapat 
para imam,sebagai berikut:

ImamGazhali berpendapat :
“sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatandengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Secara subtansi definisi akhlak tersebut saling melengkapi sebagai berikut : Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanamkuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan dan tekanan dari luar. Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang di lakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau bersandiwara. Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena allah, bukan karena ingin di puji orang.[2]
Dalam mu’jam al Wasith di sebutkan bahwa :
Artinya :“ilmu yang objek pembahasannya adalah tentang nilai-nilai 
yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang dapat disifatkan yang baik atau buruk”.


B.     Ruang lingkup Pembahasan Ilmu Akhlak dan Tasawuf
Pokok-pokok yang di bahas dalam ilmu akhlak adalah intinya perbuatan manusia. Perbuatan tersebut di tentukan kriterianya apakah baik atau buruk manusia.

Ciri-ciri tingkah laku manusia yang membedakannya dengan mahluk lainnya:
1.      Memiliki kepekaan sosial. Artinya manusia mampu menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan dan keinginan orang lain.
2.      Memiliki kelangsungan. Tingkah laku atau perbuatan seseorang tidak sepontan tetapi ada hubungan antara perbuatan satu dengan yang lainnya.
3.      Memiliki orientasi pada tugas. Tiap-tiap tingkah laku manusia selalu mengarah kepada suatu tugas tertentu, bahkan seseorang dengan sengaja pergi tidur malam ternyata memiliki orientasi kepada tugas yang akan dikerjakan kepada esok harinya.

Ahmad Amin mengatakan :”bahwa objek ilmu akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut di tentukan baik atau buruk”. Muhammad Ghazhali mengatakan bahwa kawasan pembahasan ilmu akhlak adalah seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.
a.       Ruang lingkup ilmu akhlak
Objek pembahasan ilmu akhlak adalah perbuatan manusia untuk selanjutnya diberikan penilain apakah baik atau buruk, dan mempunyai ciri-ciri perbuatan yang dilakukan atas  kehendak dan kemauan, telah dilakukan secara kontinyu sehingga menjadi tradisi dalam kehidupannya.
Dr. Abdullah dalam buku Dustur al-Akhlaq fi al-Islam, membagi ruang lingkup akhlaq kedalam lima macam aspek kehidupan, yaitu:
1.      Akhlak perorangan ( الأخلا ق الفرد ية)
Akhlak ini dibagi menjadi :
a.       Semua hal yang diperintahkan (al-awamir).
b.      Segala yang dilarang ( al-nawahi).
c.       Hal-hal yang diperbolehkan ( al-mubahat).
d.      Akhlak dalam keadaan darurat (al-mukhalafah bi al-idhthirar).
2.      Akhlak keluarga ( الأخلا ق الأ سرية)
Akhlak ini juga terbagi menjadi :
a.       Kewajiban timbal balik orang tua dan anak (wajibat nahwa ushul wa al-furu).
b.      Kewajiban suami & isteri ( wajibat baina al-azwaj).
c.       Kewajiban terhadap kerabat dekat (wajibat nahwa al-aqarib).
3.      Akhlak bermasyarakat (الأخلا ق الإجتماعية)
Akhlak ini meliputi :
a)      Hal-hal yang dilarang (al-makhdzurat).
b)      Hal-hal yang diperintahkan (al-awamir).
c)      Kaidah-kaidah adab (qawa’id al-adab).
4.      Akhlak bernegara (الأخلاق الد و لة)
Akhlak ini meliputi :
a.       Hubungan antara pemimpin dan rakyat (al-‘alaqah baina al-rais wa al-sya’b).
b.      Hubungan luar negeri (al-alaqah al-kharijiyyah).
5.      Akhlak beragama (الأخلا ق الد ينية)
Akhlak ini meliputi kewajiban terhadap Allah swt.
Ruang lingkup diatas dipandang sangat luas karena mencakup semua aspek kehidupan. Secara vertikal hubungan dengan sang khaliq dan secara horizontal dengan sesama manusia.
Jika ruang lingkup akhlak tersebut dipersempit tetapi memiliki cakupan yang menyeluruh maka akhlak tersebut dapat dibagi menjadi :
a.       Akhlak (tata krama) kepada Allah swt.
b.      Akhlak kepada Rasul Allah saw.
c.       Akhlak untuk diri pribadi.
d.      Akhlak dalam keluarga.
e.       Akhlak dalam masyarakat.
f.       Ahlak bernegara.
b.      Ruang Lingkup Ilmu Tasawwuf
Tasawuf adalah nama lain dari “Mistisisme dalam islam”. Di kalangan orientalis barat dikenal dengan sebutan “Sufisme”. Kata “Sufisme” merupakan istilah khusus mistisisme islam. Sehingga kata “sufisme” tidak ada pada mistisisme agama-agama lain.
Tasawuf bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus langsung dari Tuhan. Hubungan yang dimaksud mempunyai makna dengan penuh kesadaran, bahwa manusia sedang berada di hadirat Tuhan. Kesadaran tersebut akan menuju kontak komunikasi dan dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. Hal ini melalui cara bahwa manusia perlu mengasingkan diri. Keberadaannya yang dekat dengan Tuhan akan berbentuk “Ijtihad” (bersatu) dengan Tuhan. Demikian ini menjadi inti persoalan “Sofisme” baik pada agama islam maupun di luarnya.
Dengan pemikiran di atas, dapat dipahami bahwa “tasawuf/mistisisme islam” adalah suatu ilmu yang mempelajari suatu cara, bagaimana seseorang dapat mudah berada di hadirat Allah SWT. Maka gerakan “kejiwaan” penuh dirasakan guna memikirkan betul suatu hakikat kontak hubung yang mampu menelaah informasi dari Tuhannya.
Tasawuf atau mistisisme dalam islam beresensi pada hidup dan berkembang mulai dari bentuk hidup “kezuhudan” (menjauhi kemewahan duniawi). Tujuan tasawuf untuk bisa berhubungan langsung dengan Tuhan. Dengan maksud ada perasaan benar-benar berada di hadirat Tuhan. Para sufi beranggapan bahwa ibadah yang diselenggarakan dengan cara formal belum dianggap memuaskan karena belum memenuhi kebutuhan spiritual kaum sufi.
Dengan demikian, maka tampaklah jelas bahwa ruang lingkup ilmu tasawuf itu adalah hal-hal yang berkenaan dengan upaya-upaya/cara-cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang bertujuan untuk memperoleh suatu hubungan khusus secara langsung dari Tuhan.
C.     Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Mustafa Zahri, mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu adalah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci dan bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima nur illahi.
Seseorang yang mempelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.
Ilmua akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki IPTEK yang maju disertai akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuaan yang Ia miliki itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan, namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalah gunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana dimuka bumi.[3]
D.    Hubungan Ilmu Akhlaq dengan Ilmu-ilmu Lainnya
a.      Hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu Tauhid
Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu Tauhid dapai dilhat dari analis berikut ini diantaranya :
1.       Dilihat dari segi obyek pembahasannya yaitu menguraikan masalah Tuhan baik dari segi zat, sifat dan perbuatannya, dengan demikian Ilmu Tauhid akan mengarahkan perbuatan manusia menjadi ikhlas, dan keihlasan itu merupakan salah satu akhlak mulia.
2.      Dilihat dari fungsinya yaitu ilmu Tauhid menghendaki agar seseorang yang bertauhid tidak hanya cukup menghafal rukun iman yang enam dengan dalil-dalilnya saja, tetapi yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu meniru dan menyontoh terhadap subyek yang terdapat dalam rukun iman itu. Dengan demikian beriman kepada rukun iman yang enam itu akan memberi pengaruh terhadap pembentukan akhlak mulia.
Jadi jelas bahwa ilmu tauhid sangat erat kaitannya dengan pembinaan akhlak yang mulia. Dengan demikian dalam rangka pengembangan Ilmu akhlak, bahan-bahannya dapat digali dari ajaran tauhid dan keimanan tersebut.
b.      Hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu tasawuf
Sebagaimana diketahui bahwa dalam tasawuf masalah ibadah amat menonjol, karena bertasawuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti shalat, puasa, haji, zikir, dann lain sebagianya. yang semuanya itu dilakukan dalam rangka mendekatkatkan diri kepada Allah, ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf itu ternyata erat hubungannya dengan akhlak.
Dalam hubungan ini Harun Nasution lebih lanjut mengatakan, bahwa ibadah dalam islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al-qur’an dikaitkan dengan takwa, dan takwa berarti melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya, yaitu orang yang berbuat baik dan jauh dari yang tidak baik. Inilah yang dimaksud dengan ajaran amar ma’ruf nahimunkar, mengajakan orang pada kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal yang tidak baik. Tegasnya orang yang bertakwa adalah orang yang berakhlak mulia. Harun Nasution lebih lanjut mengatakan, kaum sufilah, terutama yang pelaksanaan ibadahnya membawa kepada paembinaan akhlak mulia dalam diri mereka.
c.       Hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu jiwa ( ilmu-nafs )
Ilmu jiwa suatu ilmu yang menyelidiki bekas-bekas jiwa seseorang seperti: pengetahuan, perasaan dan kemauannya, dan dalil bekas dan akibatnya mengambil faidah dari padanya.
Dengan lain perkataan, ilmu jiwa sasarannya meneliti peranan yang dimainkan dalam perilaku manusia. Karenanya dia meneliti tentang suara hati (dhamir), Kemauan (iradah), daya ingatan, hafalan, dan pengertian, sangkaan yang ringan (waham) dan kecenderungan-kecenderungan(awathif) manusia.
Itu semua menjadi lapangan kerja jiwa, yang menggerakan manusia untuk berkata dan berbuat. Oleh karena itu ilmu jiwa merupakan muqaddimah yang pokok sebelum mengadakan kajian ilmu akhlak. Dikatakan oleh Prof. ahmad Luthfi, tanpa dibantu oleh jiwa, orang tidak akan dapat menjabarkan dengan baik tugas ilmu akhlaq”.
d.      Hubungan ilmu Akhlak dengan logika ( ilmu manthiq )
Ilmu manthiq ( logic ) adalah pengetahuan yang menggariskan qaidah-qaidah dan undang-undang berpikir, sehingga terpelihara manusia dalam berfikir. Jelasnya ilmu manthiq itu untuk membersikan jiwa dan memperhalusnya supaya dapat berfikir secara baik, mendidik pikiran dan menjaganya agar terhindar dari kekeliruan dalam membuat suatu hukum yang didasarkan kepada pikiran.
Kalau dipandang ilmu manthiq sebagai alat penimbang mengotrol dan neneriksa sesuatu yang berasal dari pikiran, maka dia kuat sekali ikatannya dengan ilmu akhlak dari dua segi:
1)      Ilmu manthiq dan ilmu akhlak, masing-masing bertugas sebagai penimbang sesuatu. Kalau ilmu akhlak merumuskan aturan-aturan di mana manusia harus berprilaku sesuai dengan aturan itu, maka ilmu manthiq merumuskan aturan-aturan dimana manusia harus berpikir sesuai dengan aturan yang telah dirumuskan itu.
2)      Ilmu manthiq dan ilmu akhlak keduanya membahas dan meneliti manusia dari segi yang bersifat kejiwaan, dengan catatan, ilmu akhlak menyorot manusia dari segi tingkah lakunya sedang ilmu manthiq menyorot dari segi hasil pikirannya.
Oleh karena itu ilmu manthiq sebagai kunci untuk mengerti filsafat, dalam pengertian, orang yang tidak memahami ilmu manthiq tidak akan bisa memahami filsafat. Ilmu akhlak disebut juga dengan filsafat akhlak, maka orang tidak akan mengerti filsafat akhlak bila tidak mengerti manthiq. Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa terarah dan baik atau tidak sesuai prilaku sangat tergantung dan dipengaruhi kepada baik tidaknya dalam berfikir.
e.       Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu estetika ( ilmu jamal )
Ilmu estetika adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang manusia dari aspek kelezatan-kelezatan yang ditimbulkan oleh sesuatu pemandangan yang indah dalam diri manusia.
Kebanyakan ahli ilmu mengatakan, sangat erat hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu aestetika, tak obahnya laksana hubungan antara paman dengan keponakannya di mana diatasnya bertemu pada satu nasab atau keturunan. Hanya saja kalau ilmu akhlak yang menjadi sasarannya dari segi perilaku ( suluk ) maka ilmu estetika sasarannya dari segi  kelezatan yang obyeknya tetap sama taitu diri manusia.
Allah menyuruh manusia memperhatikan pergantian malam dengan siang dan sesuatu yang diciptakan Allah, baik yang dilangit dan dibumi. Hal ini merupakan sebab yang paling kuat pengaruh kedalam jiwa yang membawa manusia mudah beriman kepada Allah. Dengan mengamati (taammul) alam semesta yang begitu indah dan kuat serta sedemikian rupa teraturnya menjadi tanda bagi orang yang taqwa.
Dalam surat Yunus ayat 6 Allah berfirman:
* $tBur `ÏB 7p­/!#yŠ Îû ÇÚöF{$# žwÎ) n?tã «!$# $ygè%øÍ ÞOn=÷ètƒur $yd§s)tFó¡ãB $ygtãyŠöqtFó¡ãBur 4 @@ä. Îû 5=»tGÅ2 &ûüÎ7B ÇÏÈ  
Artinya: Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertakwa.
Dari keterangan-keterangan di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa sangat erat hubungan antara ilmu aestetika dengan ilmu akhlak. Orang kalau sudah terbiasa dengan keindahan, maka langkah berikutnya dia akan senag kepada akhlak yang terpuji.[4]
f.       Hubungan ilmu Akhlak dengan ilmu sosiologi ( ilmu ijtima’)
Secara etimologi Sosiologi berasal dari kata “Socius” yang berarti kawan dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang berkawan atau didalam arti luas, adalah ilmu pengetahuan yang berobyek hidup bermasyarakat. Memang banyak pengertian (ta’rif) tentang sosiologi tentang, antara lain yang dikemukakan oleh P.J. bouman, Samuel Smith dan CH. A.Ell wood, tekanannya kepada“masyarakat“, bukan kepada “hidup bermasyarakat”. Kita lebih tepat memakai pengertian yang memuat “hidup bermasyarakat”, karena masyarakat tidak mempunyai arti yang tepat. Ada masyarakat dalam arti luas, ialah kebulatan dari pada semua perhubungan didalam hidup bermasyarakat. Sedangkan dalam arti sempit, ialah suatu kelompok manusia yang menjadi tempat hidup bermasyarakat, tidak dalam aspeknya, tetapi dalam berbagai-bagai aspek yang bentuknya tidak tertentu. Masyarakat dalam arti sempit ini tidak mempunyai arti yang tertentu, misalnya: masyarakat mahasiswa, masyarakat pedagang, masyarakat tani dan lain-lain.
Dikatakan Ahmad Amin, bahwa pertalian antara Ilmu Sosiologi dengan Ilmu Akhlak erat sekali. Kalau Ilmu Akhlak yang dikaji tentang prilaku (suluk) artinya perbuatan dan tindakan manusia yang ditimbulkan oleh kehendak, dimana tidak bisa terlepas kepada kajian kehidupan kemasyarakatan yang menjadi kajian Ilmu sosiologi. Hal yang demikian itu dikarenakan manusia tidak mungkin melepaskan diri sebagai makhluk bermasyarakat. Dimanapun seseorang itu hidup, ia tidak bisa memisahkan dirinya lingkungan masyarakat dimana dia berada walaupun kadar pengaruh itu relative sifatnya.
Memang manusia adalah makhluk bersyarikat dan bermasyarakat, saling membutuhkan diantaranya sesamanya. Hal ini jelas sekali bila kita perhatikan firman Allah surat Al-Hujurat ayat 13 :
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ  
Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
g.      Hubungan antara akhlak dengan aqidah dan Iman
Sesungguhnya antara akhlak dengan aqidah dan iman terdapat hubungan yang sangat kuat sekali, karena akhlak yang baik itu sebagai bukti dari keimanan dan akhlak yang buruk sebagai bukti atas lemahnya iman. Semakin sempurna akhlak seseorang muslim berarti semakin kuat imannya. Akhlak yang baik adalah bagian dari amal shaleh yang menambah keimanan dan memiliki bobot yang berat dalam timbangan. Pemiliknya sangat dicintai oleh nabi SAW dan akhlak yang baik adalah satu penyebab masuk jannahnya seseorang. Akhlak yang baik dalam muamalah dengan Allah mencakup 3 perkara :
1.      Membenarkan berita-berita dari Allah
2.      Melaksanakan hukum-hukum-Nya
3.      Sabar dan ridha kepada takdirnya.   


PENUTUP

1.      Kesimpulan
Bahwa pengertian akhlak : Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang di lakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan dan tekanan dari luar. Keempat, bawa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau sandiwara. Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karna ikhlas semata-mata karna allah, bukan karna ingin di puji orang.

2.      Saran
Sebagai seorang penulis kami berharap ada kritik dan saran dari hasil makalah yang saya buat. Mudah-mudahan bermanfaat bagi yang membacanya. Walaupun makalah ini di buat dengan sederhana. Di dalam banyak mengandung perluasan makna dan arti. Dan jika banyak kesalahan kami mohon maaf .


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Amin. 1995. Etika ( ilmu akhlak ). Jakarta: Bulan Bintang.

Thaib, Ismail. 1984. Risalah Akhlak. Yogyakarta: Cv. Bina Usaha

Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an.Jakarta: Amzah.

muhammad Fauqi Hajjaj. 2011, Tasawuf Islam dan Ahklak : Jakarta

Thaib, Ismail. 1984. Risalah Akhlak. Yogyakarta: CV. Bina Usaha.



[1] Muhammad Fauqi Al-Jadid, tasawuf isalm dan Akhlak,(imprin bumi aksara, april 2011)hal:223
[2] Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an.Jakarta: Amzah.
[3] Thaib, Ismail. Risalah Akhlak. Yogyakarta1984.: CV. Bina Usaha.
[4] Abdullah, Yatimin.. Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an.Jakarta2007: Amzah.
Add to Cart

0 komentar:

Post a Comment