Dosen Pengampu : Dr. Mat. Jalil, M. Hum.
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
JURUSAN SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN)
JURAI SIWO
METRO
2014
FILSAFAT YUNANI DAN CIRI-CIRINYA
A. Latar belakang
Dalam filsafat ada satu hal yang
patut di catat dalam setiap bentangan historistas bahwa setiap zaman memiliki
ciri dan nuansa refleksi yang berbeda, tak terkecuali dalam bentangan sejarah
filsafat barat. Lihat saja, misalnya, dalam zaman yunani diletakkan sendi-sendi
pertama rasionalitas barat, kemudian zaman patristik dan skolastik ditandai
oleh usaha yang gigih untuk mencari keselarasan antara iman dan akal. Tidak
cukuplah sikap credo quia absurdum” aku percaya justru karena tidak masuk
akal.” Dalam zaman modern direflesikan berbagai hal tentang rasio, manusia dan
dunia. Sejak pergumulan itu terdapat dalam aliran-aliran dewasa ini.
Dalam sejarah pemikiran filsafat
barat terbagi dalam 4 periode besar, yaitu: 1). Zaman yunani atau bisa juga
disebut zaman kuno, berlangsung sejak masa 600 SM hingga 400 Masehi, 2). Zaman
patristik dan skolastik berlangsung sejak tahun 300 M hingga tahun 1500 M, 3).
Zaman modern berlangsung sejak tahun 1500 M hingga 1800 M, dan 4). Zaman
sekarang yaitu zaman setelah tahun 1800 M.
Pada kesempatan kali ini penulis
akan membahas mengenai filsafat Yunani dan ciri-cirinya yang dimulai sejak masa
600 Sebelum Masehi.
B. Lahirnya Filsafat Yunani
Orang
yunani yang hidup pada abad ke 6 SM mempunyai system kepercayaan, bahwa segala
sesuatunya harus di terima sebagai sesuatu kebenaran yang beersumber pada mitos
atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal pikira (logos)
tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos
(dongeng-dongeng).
Setelah
pada abad ke 6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos.
Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri lam semesta ini jawbanya dapat
di terima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai sesuatu
demitologi, artinya sesuatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal piker
dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Maka timbullah peristiwa ajaib
the greek miracle, yang nantinya
dapat di jadikan sebagai landasan peradaban dunia.[1]
Ada
tiga factor yang menyebabkan lahirnya filsaat yunani.
1. Bangsa yunani kaya akan mitos dan hal itu adalah awal
untuk mengetahui dan mengerti sesuatu.
2. Beberapa karya sastra yunani dapat di anggap sebagai
pendorang lahirnya filsafat yunani yang berisi pedoman hidup dan nilai-nilai
edukatif.
3. Pengeruh ilmu pengetahuan yang berasal dari babylonia,
ilmu-ilmu tersebut bukan hanya di pelajari aspek praktisnya saja, tetapi juga
aspek teoretis kreatifitasnya.[2]
C. Periodesasi Filsafat Yunani
Filsafat
pada zaman yunani terbagi menjadi dua periode, yaitu:
1. Yunani Kuno
Zaman kuno meliputi zaman filsafat pra-socrates di
yunani. Tokoh-tokohnya di kenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam.[3]
Para pemikir filsafat yunani yang pertama berasal dari miletos, sebuah kota di
pesisir yunani. Mereka kagum terhadap alam yang penuh nuansa dan ritue dan
berusaha mencari jawaban atas apa yang ada di belakang semua misteri itu.
a. Thales (625-545 SM)
Nama Thales muncul atas penuturan sejarawan Herodotus
pada abad ke 5 SM. Tahales sebagai salah atu dari tujuh orang yang bijaksana (seven
wise men of Greece). Tahales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang
mempertanyakan asal mula, sifat dasar, dan struktur kosmis dari alam semesta. Menurut
pendapatnya, semua yang berasal dari air sebagai materi dasar kosmis.
Jadi menurut thales yang di sebut
sebagai arche (asas pertama dari alam semesta) adalah air. Sebab, semua
berasal dari air dan semuanya akan kembali menjadi air. Bahwa bumi terletak di
atas air, dan bumi sebagai bahan yang muncul dari air dan terapung di atasnya.[4]
b.
Anaximender (610-547 SM)
Anaximander adalah murid dari
thales. Dia mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal dan
ada dengan sendirinya (Mayer,1950 : 18). Anaximander mengatakan itu udara.
Udara merupakan sumber segala kehidupan.
Dia adalah orang yang berjasa dalam dunia astronomi dan geografi sebab
dia orang pertama yang membuat peta. Anaximandros juga mencari prinsip terakhir
yang dapat memberikan 1`pengertian mengenai kejadian-kejadian dalam alam
semesta.
c.
Anaximenes (585-524 SM)
Dia adalah murid Anaximandros yang secara substansial pemahamannya tentang
alam tidak berbeda dengan gurunya. Ia berpendapat bahwa prinsip yang merupakan
asal-usul segala sesuatu yaitu udara. Menurutnya jiwa menjamin kesatuan tubuh
kita demikianpun udara meliputi segala-galanya. Jiwa sendiri juga tidak lain
dari udara saja yang dipupuk dengan bernafas. Maka dia merupakan yang pertama
berpikir persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya. Pandangan tersebut
didasarkan atas alasan:
a.
Udara terdapat dimana-mana, dunia
itu diliputi oleh udara, tidak ada satu ruanganpun tidak terdapat udara
didalamnya maka udara itu tidak ada habisnya.
b.
Keistimewaan udara yaitu senantiasa
bergerak oleh karena itu udara memegang peranan yang penting dalam berbagai
perubahan dalam alam ini.
c.
Udara adalah unsur kehidupan
karena tak ada sesuatupun yang hidup tanpa udara.
Mengenai terjadinya alam ini semuanya terjadi karena udara. Gerak udaralah
yang menjadi sebabnya. Jika udara jarang maka terjadilah api. Jika rapat
terjadilat angina dan awan, jika udara bertambah rapat lagi turunlah hujan dari
awan itu.
d.
Pythagoras (
572-497 SM)
Ilmu sejarah menghadapi banyak kesulitan dalam
melukiskan kehidupan dan ajaran Pythagoras. Pythagoras tidak menulis apa-apa
dan begitu juga muridnya. Dalam abad ke-5 data-data mengenai kehidupan
Pythagoras sudah diselubungi dengan berbagai legenda, sehingga kebenarannya
masih dipertanyakan. Dengan demikian, kita tidak sanggup menentukan
unsur-unsur mana yang termasuk ajaran Pythagoras dan muridnya.
Pythagoras lahir di pulau Samos. Tahun
kelahirannya tidak diketahui. Kira-kira tahun 530 SM ia berpindah ke kota
Kroton, Italia Selatan. Tarekat yang didirikan Pythagoras bersifat religius,
bukan politik, seperti yang diperkirakan. Mereka menghormati dewa Apollo. Kaum
pythagorean tidak berfilsafat karena alasan-alasan ilmiyah saja, melainkan
mereka mempraktikkan filsafat sebagai a way of life.
Seiring berjalannya waktu, pengikut-pengikut
Pythagoras berkembang menjadi dua aliran. Pertama,aliran akusmatiko
(akusma=apa yang telah didengar). Mereka mengindahkan penyucian dengan menaati
semua peraturan dengan seksama. Kedua, aliran mathematikoi(matematis=ilmu
pengetahuan). Mereka mengutamakan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pasti.
e.
Parmanides (540-475 SM)
Parmanides adalah salah seorang tokoh relatifisme yang penting.. Ia lahir
pada kira kira tahun 450 SM di Elea. Dikatakan sebagai logikawan pertama dalam
sejarah filsafat, bahkan dapat disebut filosof pertama dalam pengertian modern.
Parmenides mengakui adanya pengetahuan yang bersifat tidak tetap dan berubah-
ubah, pengetahuan indra dan pengetahuan budi, tetapi menurutnya pengetahuan
yang bersifat indra itu tidak dapat di percaya karena banyak orang yang tidak
mempercayai kebenaran setelah mengikuti indranya. Sebab itu yang merupakan
realitas adalah bukan yang berubah dan bergerak serta beralih dan bermacam –
macam, melainkan tetap. Realitas bukanlah menjadi, melainkan ada. Oleh karena
itu, filsafatnya disebut juga “filsafat ada”. Parmenides membuktikannya sebagai
berikut:
a.
Di luar ada tentu hanya tak ada.
Tak ada ini juga bukan tentu realitas, juga tak mungkin kita kenal dan kita
ketahui. Hanya adalah yang dapat dipahami , bagi Parmenides ada dan berfikir
itu sama. Oleh karena itu ada itu tetap , tak mungkin ia beralih, tak mungkin
bergerak, tak mungkin ada permacamnya, yang ada hanya satu saja ada.
b.
Kalau ada itu satu maka ia tak
berawal, sebab dari manakah kiranya ia harus timbul. Bagi ada tak terdapat
dahulu dan kemudian . Ada itu hanya ada belaka, sekarang yang baka.
c.
Ada itu tak mungkin terbagi-bagi,
sebab sekiranya mungkin terbagi, maka terdapatlah bermacam- macam ( lebih dari
satu ) ada.
Sistemnya secara keseluruhan disandarkan pada deduksi logis, tidak seperti
heraclitus, misalnya, yang menggunakan metode intuisi. Plato amat menghargai
metode parmendes dibandingkan dengan dari filosof lain pendahuluinya.
Pertentangan antara heraclitus
dan parmenides adalah antara ada dan tiada, nilai pengetahuan indra dan
pengetahuan budi merupakan soal yang maha penting bagi ahli pikir selanjutnya.
pengetahuan budi dan pengetahuan indra memang tidak mungkin dilalui belaka ,
keduanya harus diakui adanya.
f.
Zeno (
490-430)
Menurut Plato ia lahir di Elea pada tahun 490 SM.
Ia adalah murid setia Parmenides. Aristoteles mengatakan bahwa Zeno menemukan
dialektika. Istilah ini merupakan kata yang mempunyai berbagai arti sepanjang
sejarah filsafat.
Ia mulai mengemukakan suatu hipotesa, yaitu salah
satu anggapan yang dianut oleh pelawan-pelawa Parmenides. Lalu ia menunjukan
dari hipotesa itu harus ditarik kesimpulan-kesimpilan yang mustahil. Jadi,
hipotesa semula tidak benar. Itu berarti bahwa kebalikannya harus dianggap
benar. Menurut metode ini, Zeno membuktikan bahwa adanya ruang kosong,
pluralitas, dan gerak sama-sama mustahil.[5]
2.
Yunani Klasik
pada masa yunani klasik perkembangan filsafat menunjukan kepesatan, yaitu
ditandainya semakin besar minat orang terhadap filsafat. Aliran yang mengawali
periode yunani klasik ini adalh sofisme.
Antara kaum sofisme dengan Socrates mempunyai hubungan yang erat sekali,
pemikiran mereka juga sama, yaitu permasalahan Socrates bukan lagi jagat raya,
tetapi manusia (Socrates telah memindahkan filsafat dari langit ke bumi),
sedangkan kaum sofis juga memusatkan perhatian pemikiranya kepada manusia.
Kaum sofis bukan merupakan suatu aliran atau ajaran, akan tetapi lebih
merupakan suatu gerakan dalam bidang intelektual yang di sebabkan oleh pengaruh
kepesatan minat orang terhadap filsafat.
Istilah sofis berasal dari kata sophists mempunyai pengertian seorang
sarjana atau cendikiawan. Di kemudian hari sebutan sofis mempunyai pengertian
yang kurang baik, karna sofis diartikan sebagai orang-orang yang pekerjaanya
menipu dengan omongan besar, dengan memakai alas an-alasan yang di buatnya,
sehingga orang yang menjadi korbanya menjadi yakin dari apa yang dikatakan si
sofis.
Yang paling penting dalam munculnya sofisme ini adalah mempunyai peran yang
sangat penting dalam rangka menyiapkan kelahiran pemikiran filsafat yunani
klasik yang di pelopori tokoh-tokoh, yaitu.
a)
Socrates (469-399SM)
Mengenai riwayat Socrates tidak banyak yang penulis ketahui, akan tetapi
sebagai sumber utama keterangan tentang dirinya dapat di peroleh dari tulisan
aristhophanes, Xenophon, plato, dan aristoteles. Ia anak seorang pemahat
sophroniscos dan ibunya bernama phairnarete, yang bekerja seorang bidan.
Seperti hanya kaum sofis, Socrates mengarahkan perhatianya kepada manusia
sebagai obyek pemikiran filsafatnya. Sehingga kemudian oleh kaun sofis sendiri
di tuduh member ajaran barunya, merusak moral para pemuda, dan menentang
kepercayaan Negara.
Peran socerates dalam mendobrak pengetahuan semua itu meniru pekerjaan
ibunya sebagai seorang bidan dalam upaya menolong kelahiran bayi, akan tetapi
ia sebagai seorang bidan pengetahuan. Pengetahuan sejati atau pengertian sejati
sangat pentiang dalam mencapai keutamaan moral.
Socerates dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara
keseluruhan, yatu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah.[6]
b)
Plato (427-347 SM)
Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila manusia sudah
terlatih dalam hal intuisi, maka ia pasti sanggup menatap ke dunia idea dan
karenanya lalu memiliki sejumlah gagasan tentang semua hal, termasuk tentang
kebaikan, kebenaran, keadilan, dan sebagainya. Plato mengembangkan pendekatan
yang sifatnya rasional-deduktif sebagaimana mudah dijumpai dalam matematika.
Problem filsafati yang digarap oleh Plato adalah keterlemparan jiwa manusia
kedalam penjara dunia inderawi, yaitu tubuh. Itu persoalan ada
("being") dan mengada (menjadi, "becoming"). Plato salah
seorang murid Socrates yang hidup antara 427 – 347 SM.
Plato adalah salah satu dari filsuf besar Yunani yang hidup sekitar abad
ke-4 SM yang gagasannya banyak dikembangkan oleh era filsafat maupun para
pemikir selanjutnya, termasuk gagasan-gagasan keagamaan dikemudian hari yang
juga menjadi perhatian Plato dibawah pengaruh Ofirisme Phytagoras. Sedikit
banyak, setelah masa filosofis, Plato mentransformaiskan pemikirannya ke
wilayah relijius dengan gagasannya tentang Idea dan Cinta atau Eros sebagai
pendorong gerak untuk mencari hakikat dari kehidupan. Dalam buku Mohammad
Hatta, “Alam Pikiran Yunani’, ia digambarkan sebagai orang paling bijak yang
pernah dilahirkan sejak era Phytagoras dan sebelum Aristoteles dilahirkan.
Setidaknya demikianlah yang diyakin oleh mereka yang mengenal benar pikiran
Plato. Salah satunya yang kontroversial dan mengundang pertanyaan banyak orang
dan para arkeolog adalah hipotesis metaforisnya tentang Atlantis sebagai Benua
Yang Tenggelam, yang konon digambarkan Plato sebagai suatu pulau atau anak
benua “Nesos” atau “Continent” dimana peradaban manusia masa kini berasal.
Demikian tingginya peradaban manusia Atlantis sampai-sampai kesombongan hinggap
pada para penduduknya dan dalam sekejap mata menurut taksiran para ahli
purbakala yang berminat membuktikan keberadaan Benua Atlantis, benua itu lenyap
ditelan tsunami yang sekarang disebut Atlantik. Jadi peristiwa lenyapnya
Atlantis mirip dengan Gempa bawah Laut dan Tsunami yang menimpa Serambi Mekah
pada tanggal 26-12-2004 yang lalu.
c)
Aristoteles (384-322 SM)
Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara. Ketika umur 18 tahun dikirim
ke Athena untuk belajar ke Plato pada sekolah Akademi. Pada akhirnya
Aristoteles mendirikan sekolah yang diberi nama Peripatacici bermakna
berjalan-jalan. Sistem pengajaran yang diberikan sambil jalan-jalan di
taman. Aristoteles disebut dengan aliran realis, karena mendasarkan
pemikirannya pada pengalaman kemudian memberikan uraian mendasar mengenai
data-data pengalaman. Karya aristoteles dapat dibagi atas 8 bagian, mengenai
logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika, etika, politik dan
ekonomi, retorika, dan poetika. Ia juga mengembangkan ilmu tentang penalaran
(logika), yang dalam hal ini disebutnya dengan nama analytika, yaitu
ilmu penalaran yang berpangkal pada premis yang benar, dan dialektika,
yaitu ilmu penalaran yang berpangkal pikir pada hal-hal yang bersifat tidak
pasti (hipotesis).
Semua tulisan Aristoteles tentang ilmu tentang penalaran (Logika) itu
ditulis dalam 6 (enam) naskah yang masing-masingnya berjudul; Categories, On
Interpretation, Prior Analytics, Posterior Analytics, Topics, Sophistical
Refitation.[7]
D. Kesimpulan
Kelahiran pemikiran Filsafat Barat diawali pada abad ke-6 sebelum Masehi,
yang diawali oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini
menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam. Orang Yunani yang hidup
pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus
diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Dalam
sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah
filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya
berpangkal kepada pemikiran yunani.
Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta
serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan.
Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan
melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya
alam itu. Ciri yang menonjol dari Filsafat Yunani Kuno di awal kelahirannya adalah
ditunjukkannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik
sebagai ikhtiar guna menemukan suatu (arche) yang merupakan unsur awal
terjadinya segala gejala.
Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
a) Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng).
b) Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat
Yunani.
c) Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di
lembah sungai Nil.
Tokoh-tokoh pada masa yunani kuno
|
Tokoh pada masa yunani klasik
|
a) Thales (625-545 SM)
b) Anaximender (610-547 SM)
c) Anaximenes (585-524 SM)
d) Pythagoras (
e) Parmanides (540-475 SM)
f) Zeno (
|
a) Socrates (469-399SM)
b) Plato (427-347 SM)
c) Aristoteles (384-322 SM)
|
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, sejarah pendidikan islam pada periode
klsik dan pertengahan, Jakarta : rajawali pers, 2010.
Asmoro Ahmadi, filsafat umum, Jakarta
: rajawali pers, 2003
Bertens, sejarah filsafat
yunani, Yogyakarta: kanius, 1975
Surajio, ilmu filsafat suatu
pengantar, Jakarta : bumi aksara, 2007
[1]
Asmoro Ahmadi, filsafat umum, ( Jakarta : rajawali pers, 2003). Hlm, 29.
[2]
Abuddin Nata, sejarah pendidikan islam pada periode klsik dan pertengahan, (
Jakarta : rajawali pers, 2010). Hlm, 157.
[3]
Surajio, ilmu filsafat suatu pengantar, ( Jakarta : bumi aksara, 2007).
Hlm, 154.
[4]
Asmoro Ahmadi.op.cit. 2003. Hlm. 32.
[5]
Bertens, sejarah filsafat yunani, (Yogyakarta: kanius, 1975), hlm. 46.
[6]
Asmoro Ahmadi.op.cit. 2003. Hlm. 42-47.
[7]
Bertens, op.cit. 1975. Hlm. 49.
0 komentar:
Post a Comment