Sejarah Peradapan Islam
Dosen
Pengampu: Ahmad Noor Islahudin
PROGRAM
STUDI EKONOMI SYARIAH
JURUSAN
SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN)
JURAI
SIWO METRO
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Permasalahan
Untuk mempelajari suatu agama, termasuk agama
Islam harus bermula dari mempelajari aspek geografis dan geografi persebaran
agama-agama dunia.Setelah itu dapat dipahami pula proses kelahiran Islam
sebagai salah satu dari agama dunia, terutama yang dilahirkan di Timur, yaitu
Yahudi, Kristen, dan Islam.Ketiganya dikenal sebagai agama langit atau
wahyu.Kedua hal itu, geografi persebaran dan persebaran agama itu sendiri.
Selanjutnya untuk dapat memahami proses perkembangan Islam sehingga menjadi salah
satu agama yang dianut oleh penduduk dunia yang cukup luas, harus dikenali
lebih dahulu tokoh penerimaan ajaran yang sekaligus menyebarkan ajaran itu,
yaitu Nabi Muhammad saw., sang pembawa risalah.
Keberhasilan proses Islamisasi di Indonesia ini
memaksa Islam sebagai pendatang, untuk mendapatkan simbol-simbol kultural yang
selaras dengan kemampuan penangkapan dan pemahaman masyarakat yang akan
dimasukinya dalam pengakuan dunia Islam. Langkah ini merupakan salah satu watak
Islam yang pluralistis yang dimiliki semenjak awal kelahirannya.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
permasalahan diatas, berikut merupakan rumusan masalah yang akan dibahas pada
makalah ini:
1.
Proses masuknya islam di Indonesia
2.
Saluran dan cara-cara Islamisasi di Indonesia
3.
Perkembangan Islam di Indonesia pada masa kerajaan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Proses Masuknya Islam di Indonesia
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia
tidaklah bersamaan.Demikian pula kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang
didatanginya mempunyai situasi politik dan sosial budaya yang berlainan. Proses
masuknya Islam ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Para Tokoh yang
mengemukakan pendapat itu diantaranya ada yang langsung mengetahui tentang
masuk dan tersebarnya budaya serta ajaran agama Islam di Indonesia, ada pula
yang melalui berbagai bentuk penelitian seperti yang dilakukan oleh orang-orang
barat (eropa) yang datang ke Indonesia karena tugas atau dipekerjakan oleh
pemerintahnya di Indonesia.
Ada dua faktor utama yang menyebabkan Indonesia
mudah di kenal oleh bangsa-bangsa lain, khususnya oleh bangsa-bangsa di Timur
Tengah dan Timur jauh sejak dahulu kala, yaitu:
1.
Faktor Letak Geografis Indonesia
Indonesia berada di persimpangan jalan raya
internasional dari jurusan timur tengah menuju Tiongkok1
melalui lautan dan jalan menuju Amerika dan Australia.
2.
Faktor Kesuburan Tanah
Indonesia mempunyai kesuburan tanah yang
menghasilkan bahan-bahan keperluan hidup yang dibutuhkan oleh bangsa-bangsa
lain, misalnya: rempah-rempah.
Oleh karena itulah, maka tidak mengherankan
jika masuknya Islam di Indonesia ini terjadi tidak terlalu jauh dari zaman
kelahirannya. Harus dibedakan antara datangnya orang Islam yang pertama di
Indonesia dengan permulaan pensyiaran islam di Indonesia.
Sedangkan sumber-sumber pendukung Masuknya
Islam di Indonesia diantaranya adalah:
1. Berita dari Arab
Berita ini
diketahui dari pedagang Arab yang melakukan aktivitas perdagangan dengan bangsa
Indonesia.Pedagang Arab Telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan Sriwijaya
(abad ke-7 M) yang menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah Indonesia
bagian barat termasuk Selat Malaka pada waktu itu.Hubungan pedagang Arab dengan
kerajaan Sriwijaya terbukti dengan adanya para pedagang Arab untuk kerajaan
Sriwijaya dengan sebutan Zabak, Zabay atau Sribusa.2
2. Berita Eropa
Berita ini
datangnya dari Marcopolo tahun 1292 M. Dia adalah orang yang pertama kali
menginjakan kakinya di Indonesia, ketika dia kembali dari cina menuju Eropa
melalui jalan laut, dia dapat tugas dari kaisar Cina untuk mengantarkan
putrinya yang dipersembagkan kepada kaisar Romawi, dari perjalannya itu, dia
singgah di Sumatera bagian utara. Di daerah ini dia menemukan adanya kerajaan
Islam, yaitu kerajaan Samudera dengan ibukotanya Pasai.3
3. Berita India
Berita ini
menyebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai peranan penting
dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia.Karena disamping
berdagang mereka juga aktif mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada
setiap masyarakat yang dijumpainya, terutama kepada masyarakat yang terletak di
daerah pesisisr pantai.4
4. Berita Cina
Berita ini
diketahui melalui catatan dari Ma Huan, seorang penulis yang mengikuti
perjalanan Laksamana Cheng-Ho. dia menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak
kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang bertempat tinggal
di pantai utara Pulai Jawa. T.W. Arnol pun mengatakan para pedagang Arab
yang menyebarkan agama Islam di Nusantara, ketika mereka mendominasi perdagangan
Barat-Timur sejak abad-abad awal Hijrah atau abad ke-7 dan ke-8 M. Dalam
sumber-sumber Cina disebutkan bahwa, pada abad ke-7 M seorang pedagang Arab
menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatera
(disebut Ta’shih).5
5. Sumber dalam Negeri
Terdapat
sumber-sumber dari dalam negeri yang menerangkan berkembangnya pengaruh Islam
di Indonesia.Yaitu Penemuan sebuah batu di Leran (Gresik).Batu bersurat itu
menggunakan huruf dari bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah rusak.Batu
itu memuat tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah Binti
Maimun (1028). Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara yang meninggal pada
bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297 M. Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim
di Gresik yang wafat tahun 1419M. Jirat makan didatangkan dari Guzarat dan
berisi tulisan-tulisan Arab.6
B.
Saluran
dan Cara-Cara Islamisasi di Indonesia
Kedatangan Islam ke Indonesia dan penyebarannya
kepada golongan bangsawan dan rakyat umumnya, dilakukan secara damai.
Saluran-saluran Islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu:
1. Saluran Perdagangan
Diantara
saluran Islamisasi di Indonesia pada taraf permulaannya ialah melalui
perdagangan.Hal ini sesuia dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad-7
sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, Tenggara
dan Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia, India)
turut serta menggambil bagiannya di Indonesia.Penggunaan saluran islamisasi
melalui perdagangan itu sangat menguntungkan.Hal ini menimbulkan.Secara umum
Islamisasi melalui perdagangan itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Para pedagang
yang berdatangan diantaranya ada yang bertempat tinggal, baik untuk sementara maupun
untuk menetap.Semakin lama tempat tinggal mereka berkembang menjadi
perkampungan-perkampungan.Perkampungan pedagang Muslim dari negeri-negeri asing
disebut juga dengan Pekojan.
2. Saluran Perkawinan
Perkawinan
merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang paling
memudahkan.Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin, tempat
mencari kedamaian diantara dua individu.Kedua individu yaitu suami isteri
membentuk keluarga yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini berarti
membentuk masyarakat muslim.
Saluran
Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau saudagar dengan wanita
pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan dengan Islamisasi.Jalinan
baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan antara putri kaum pribumi dengan
para pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah terlahir seorang muslim. Dari
sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik
daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri
bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin,
mereka diislamkan terlebih dahulu.Setelah mereka mempunyai kerturunan,
lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah,
dan kerajaan-kerajaan muslim.7
3. Saluran Tasawuf
Tasawuf
merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses Islamisasi.
Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk kehidupan sosial bangsa
Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang jelas pada tulisan-tulisan antara
abad ke-13 dan ke-18.Hal itu berhubungan langsung dengan penyebaran Islam di
Indonesia.Dalam hal ini para ahli tasawuf hidup dalam kesederhanaan, mereka
selalu berusaha menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di
tengah-tengah masyarakatnya. Jalur tasawuf, yaitu proses islamisasi dengan
mengajarknan teosofi dengan mengakomodir nilai-nilai budaya bahkan ajaran agama
yang ada yaitu agama Hindu ke dalam ajaran Islam, dengan tentu saja terlebih
dahulu dikodifikasikan dengan nilai-nilai Islam sehingga mudah dimengerti dan
diterima.8
4. Saluran Pendidikan
Para ulama,
guru-guru agama, raja berperan besar dalam proses Islamisasi, mereka
menyebarkan agama Islam melalui pendidikan yaitu dengan mendirikan
pondok-pondok pesantren merupakan tempat pengajaran agama Islam bagi para
santri. Pada umumnya di pondok pesantren ini diajarkan oleh guru-guru agama,
kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka setelah belajar ilmu-ilmu agama dari
berbagai kitab-kitab, setelah keluar dari suatu pesantren itu maka akan kembali
ke masing-masing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh keagamaan, menjadi
kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi. Semakin terkenal kyai yang
mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai lebih
luas lagi.9
5. Saluran Kesenian
Saluran
Islamisasi melalui seni seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir, seni tari,
musik dan seni sastra.Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada masjid kuno
Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid Agung Banten,
Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya. Contoh lain dalam seni adalah
dengan pertunjukan wayang, yang digemari oleh masyarakat. Melalui cerita-cerita
wayang itu disisipkan ajaran agama Islam.10
6. Saluran Politik
Pengaruh
kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang raja
memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat
memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai panutan bahkan menjadi
tauladan bagi rakyatnya.Misalnya di Sulawesi Selatan dan Maluku, kebanyakan
rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama Islam terlebih
dahulu.Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini.
Dari berbagai
saluran dan cara penyebaran diatas, para wali merupakan salah satu penyebar
agama islam yang menerapkan cara-cara tersebut. Para wali yang berjasa dalam
menyebarkan agama Islam di Indonesia dikenal dengan sebutan Wali Songo. Para
wali itu adalah sebagai berikut11:
1. Maulana Malik Ibrahim yang
kabarnya berasal dari Persia dan kemudian berkedudukan di Gresik.
2. Sunan Ampel yang semula bernama
Raden Rakhmat berkedudukan di Ngampel (Ampel), dekat Surabaya.
3. Sunan Bonang yang semula bernama
Makdum Ibrahim, putra Raden Rakhmat dan berkedudukan di Bonang, dekat Tuban.
4. Sunan Drajat yang semula bernama
Masih Munat juga putra Raden Rakhmat yang berkedudukan di Drajat dekat Sedayu
(Surabaya).
5. Sunan Giri yang semula bernama
Raden Paku, murid Sunan Ngampel berkedudukan di bukit Giri Gresik.
6. Sunan Muria yang berkedudukan di
Gunung Muria di daerah Kudus.
7. Sunan Kudus yang semula bernama
Udung berkedudukan di Kudus.
8. Sunan Kalijaga yang semula bernama
Joko Said berkedudukan di Kadilangu dekat Demak.
9. Sunan Gunung Jati yang
semula bernama Fatahillah atau Faletehan yang berasal dari Samudera Pasai dan
menetap di Gunung Jati dekat Cirebon.
C.
Perkembangan
Islam di Indonesia pada Masa Kerajaan
Islam dimulai
di wilayah ini lewat kehadiran Individu-individu dari Arab, atau dari penduduk
asli sendiri yang telah memeluk Islam.Dengan usaha mereka.Islam tersebar
sedikit demi sedikit dan secara perlahan-lahan. Langkah penyebaran islammulai
dilakukan secara besar-besaran ketika dakwah telah memiliki orang-orang yang
khusus menyebarkan dakwah. Setelah fase itu kerajaan-kerajaan Islam mulai
terbentuk di kepulauan ini. Diantara kerajaan-kerajaan terpenting adalah
sebagai berikut:
1. Kerajaan Malaka (803-917
H/1400-1511M)
Malaka dikenal sebagai pintu gerbang
Nusantara.Sebutan ini diberikan mengingat peranannya sebagai jalan lalulintas
bagi pedagang-pedagang asing yang berhak masuk dan keluar pelabuahan-pelabuhan
Indonesia. Letak geografis Malaka sangat menguntungkan, yang menjadi jalan antara
AsiaTimur dan asia Barat. Dengan letak geografis yang demikian membuat Malaka
menjadi kerajaan yang berpengaruh atas daerahnya.
Setelah Malaka menjadi kerajaan Islam, para
pedagang, mubaligh, dan guru sufi dari negeri Timur Tengah dan India makin
ramai mendatangi kota Bandar Malaka. Dari bandar ini, Islam di bawa ke tempat disemenanjung seperti Pahang, Johor dan Perlak.
Kesultanan Malaka mempunyai pengaruh di daerah
Sumatera dan sekitarnya, dengan mempengaruhi daerah-daerah tersebut untuk masuk
Islam seperti: Rokan Kampar, India Giri dan Siak. Dan kesultanan Malaka
merupakan pusat perdagangan Internasional antara Barat dan Timur, pelabuhan
transit.Maka dengan didudukinya Kesultanan Malaka oleh Portugis tahun 1511,
maka kerajaan di Nusantara menjadi tumbuh dan berkembang karena jalur Selat
Malaka tidak digunakan lagi oleh pedagang Muslim sebab telah diduduki oleh
Portugis.12
2. Kerajaan Aceh (920-1322
H/1514-1904 M)
Pada abad ke-16, Aceh mulai memegang peranan
penting dibagian utara pulau Sumatra.Pengaruh Aceh ini meluas dari Barus di
sebelah utara hingga sebelah selatan di daerah Indrapura.Indrapura sebelum di
bawah pengaruh Aceh, yang tadinya merupakan daerah pengaruh Minangkabau.Yang
menjadi pendiri kerajaan Aceh adalah Sultan Ibrahim (1514-1528 M), dia berhasil
melepaskan Aceh dari Pidie.Aceh menerima Islam dari Pasai yang kini menjadi
bagian wiliyah Aceh dan pergantian agama diperkiraan terjadi mendekati
pertengahan abad ke-14.13
Kejayaan kerajaan Aceh pada puncaknya ketika
diperintahkan oleh Iskandar Muda (1608-1637).Dia mampu menyatukan kembali
wilayah yang telah memisahkan diri dari Aceh ke bawah kekuasaannya kembali.Pada
masanya Aceh menguasai seluruh pelabuhan di pesisir Timur dan Barat
Sumatera.Dari Aceh tanah Gayo yang berbatasan di Islamkan, juga
Minangkabau.Dimasa pemerintahannya, Sultan Iskandar muda tidak bergantung
kepada Turki Usmani.Untuk mengalahkan Portugis, Sultan kemudian bekerjasama
dengan musuh Portugis, yaitu Belanda dan Inggris.
3. Kerajaan Demak ( 918- 960
H/ 1512-1552 M)
Di Jawa, Islam di sebarkan oleh para wali songo
(wali sembilan), mereka tidak hanya berkuasa dalam lapangan keagamaan, tetapi
juga dalam hal pemerintahan dan politik, bahkan sering kali seorang raja
seolah-olah baru sah seorang raja kalau dia sudah diakui dan diberkahi wali
songo. Para wali menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran Islam dan sekaligus
menjadikannya sebagai kerajaan Islam yang menunjuk Raden Patah sebagai
Rajanya.Kerajaan ini berlangsung kira-kira abad 15 dan abad 16 M. Di samping
kerajaan Demak juga berdiri kerajaan-kerajaan Islam lainnya seperti Cirebon,
Banten dan Mataram.
Perkembangan dan kemajuan Islam di pulau Jawa ini
bersamaan dengan melemahnya posisi raja Majapahit.Hal ini memberi peluang
kepada raja-raja Islam pesisir untuk membangun pusat-pusat-pusat kekuasaan yang
independen.Di bawah bimbingan spiritual Sunan Kudus, meskipun bukan yang tertua
dari wali Songo.Demak akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai keraton
pusat14.Kerajaan Demak
menempatkan pengaruhnya di pesisir utara Jawa Barat itu tidak dapat dipisahkan
dari tujuannya yang bersifat politis dan ekonomi.Politiknya adalah untuk
mematahkan kerajaan Pajajaran yang masih berkuasa di daerah pedalaman, dengan
Portugis di Malaka.
4. Kerajaan Banten (960-1096
H/1552-1684 M)
Banten merupakan kerajaan Islam yang mulai
berkembang pada abad ke-16, setelah pedagang-pedagang India, Arab, persia,
mulai menghindarai Malaka yang sejak tahun 1511 telah dikuasai Portugis.
Dilihat dari geografinya, Banten, pelabuhan yang penting dan ekonominya
mempunyai letak yang strategis dalam penguasa Selat Sunda, yang menjadi
uratnadi dalam pelayaran dan perdagangan melalui lautan Indoneia di bagian
selatan dan barat Sumatera. Kepentingannya sangat dirasakan terutama waktu
selat Malaka di bawah pengawasan politik Portugis di Malaka.
Kerajaan Islam di Banten yang semula
kedudukannya di Banten Girang dipindahkan ke kota Surosowan, di Banten lama
dekat pantai. Dilihat dari sudut ekonomi dan politik, pemindahan ini
dimaksudkan untuk memudahkan hubungan antara pesisir utara Jawa dengan pesisir
Sumatera, melalui selat sunda dan samudra Indonesia.Situasi ini berkaitan
dengan kondis politik di Asia Tenggara masa itu setelah malaka jatuh ke tangan
Portugis, para pedagang yang segan berhubungan dengan Portugis mengalihkan
jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Tentang keberadaan Islam di Banten, Tom
Pires menyebutkan, bahwa di daerah Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan
Sunda dengan Cirebon, banyak dijumpai orang Islam. Ini berarti pada akhir abad
ke-15 M diwilayah kerajaan Sunda Hindu sudah ada masyarakat yang beragama
Islam.
5. Kerajaan Goa (Makasar)
(1078 H/1667 M)
Kerajaan yang bercorak Islam di Semenanjung
Selatan Sulawesi adalah Goa-Tallo, kerajaan ini menerima Islam pada tahun 1605
M. Rajanya yang terkenal engan nama Tumaparisi-Kallona yang berkuasa pada akhir
abad ke-15 dan permulaan abad ke-16. dia adalah memerintah kerajaan dengan
peraturan memungut cukai dan juga mengangkat kepala-kepala daerah.
Kerajaan Goa-Tallo menjalin hubungan dengan
Ternate yang telah menerima Islam dari Gresik/Giri.Penguasa Ternate mengajak
penguasa Goa-tallo untuk masuk agama Islam, namun gagal. Islam baru berhasil
masuk di Goa-Tallo pada waktu datuk ri Bandang datang ke kerajaan Goa-Tallo.
Sultan Alauddin adalah raja pertama yang memeluk agama Islam tahun 1605 M.
Kerajaan Goa-Tallo mengadakan ekspansi ke Bone
tahun 1611, namun ekspansi itu menimbulkan permusuhan antara Goa dan Bone.
Penyebaran Islam yang dilakukan oleh Goa-Tallo berhasil, hal ini merupakan
tradisi yang mengharuskan seorang raja untuk menyampaikan hal baik kepada yang
lain. Seperti Luwu, Wajo, Sopeng, dan Bone. Luwu terlebih dahulu masuk Islam,
sedangkan Wajo dan Bone harus melalui peperangan dulu. Raja Bone yang pertama
masuk Islam adalah yang dikenal Sultan Adam.16
6. Kerajaan Maluku
Kerajaan Maluku terletak dibagian daerah
Indonesia bagian Timur.Kedatangan Islam keindonesia bagian Timur yaitu ke
Maluku, tidak dapat dipisahkan dari jalan perdagangan yang terbentang antara
pusat lalu lintas pelayaran Internasional di Malaka, Jawa dan
Maluku.Diceritakan bahwa pada abad ke-14 Raja ternate yang keduabelas,
Molomateya, (1350-1357) bersahabat baik dengan orang Arab yang memberikan
petunjuk bagaimana pembuatan kapal-kapal, tetapi agaknya bukan dalam
kepercayaan.Manurut tradisi setempat, sejak abad ke-14 Islam sudah datng di
daerah Maluku.Pengislaman di daerah Maluku, di bawa oleh maulana Husayn.Hal ini
terjadi pada masa pemerintahan Marhum di Ternate.
Tentang masuknya Islam ke Maluku, Tome Pires
mengatakan bahwa kapal-kapal dagang dari Gresik ialah milik Pate Cucuf.Raja
ternate yang sudah memeluk Islam bernama Sultan Bem Acorala, dan hanyalah raja
ternate yang disebut sultan sedang yang lainnya digelari raja.Dijelaskan bahwa
dia sedang berperang dengan mertuanya yang menjadi raja Tidore yang bernama
Raja Almancor. Di Banda, Hitu, Maluku dan Bacan sudah terdapat masyarakat Muslim.
Di daerah Maluku itu raja yang mula-mula masuk Islam sebagaimana dijelaskan
Tome Pires sejak kira-kira 50 tahun yang lalu, berarti antara 1460-1465.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Proses masuknya islam di Indonesia
Ada dua faktor utama yang menyebabkan Indonesia
mudah di kenal oleh bangsa-bangsa lain, yaitu:
a). Faktor
letak geografis Indonesia b).Faktor
kesuburan tanah
Sedangkan sumber-sumber pendukung Masuknya
Islam di Indonesia diantaranya adalah:
1. Berita
dari Arab
2. Berita
dari Eropa
3. Berita
dari India
|
4. Berita dari Cina
5. Berita dari dalam Negeri
|
2.
Saluran dan cara-cara Islamisasi di Indonesia
Saluran-saluran
Islamisasi yang berkembang ada enam, yaitu:
a.
Saluran
perdagangan
b.
Saluran
Perkawinan
c.
Saluran
Tasawuf
|
a.
Saluran
Pendidikan
b.
Saluran
Kesenian
c.
Saluran
Politik
|
3.
Perkembangan Islam di Indonesia pada masa kerajaan
Pada masa penyebaran Islam kerajaan-kerajaan
Islam mulai terbentuk di kepulauan Nusantara. Diantara kerajaan-kerajaan
terpenting adalah sebagai berikut:
a.
Kerajaan
Malaka
b.
Kerajaan Aceh
c.
Kerajaan
Demak
|
a.
Kerajaan
Banten
b.
Kerajaan Goa
(Makasar)
c.
Kerajaan
Maluku
|
DAFTAR PUSTAKA
Edyar, Busman, dkk (Ed.), Sejarah Peradaban
Islam, Pustaka Asatruss, Jakarta, 2009.
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam,
Pustaka Setia, Bandung, 2008.
Taufik Abdullah dan Sharon Siddique (Ed.), Tradisi dan Kebangkitan
Islam di Asia Tenggara, LP3ES, Jakarta, 1989.
Yatim, Badri, Sejarah Islam di
Indonesia, Depag, Jakarta, 1998.
Zuhairani, dkk.,Sejarah Pendidikan Islam, Bumi Aksara,
Jakarta, 2006.
Zuhri, Saifuddin, Sejarah Kebangkan Islam dan Perkembanganya di Indonesia,
4Badri Yatim, Sejarah Islam di
Indonesia, Depag, Jakarta, 1998, hal. 30
5Busman Edyar, dkk (Ed.), Sejarah Peradaban
Islam, Pustaka Asatruss, Jakarta, 2009, hal. 187
6 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Raja Grafindo
Press, Jakarta, 2007, hal. 191-192
7 Ibid., hal 202
14Taufik Abdullah
dan Sharon Siddique (Ed.), Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara,
LP3ES, Jakarta, 1989, hal. 73
0 komentar:
Post a Comment