Wednesday, January 6, 2016

MACAM MACAM BENTUK KATA




BAHASA INDONESIA
Jurusan syari’ah/prodi ekonomi syari’ah
Nama             : khoirul amri




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN) JURAI SIWO
METRO
2014














PEMBAHASAN


A.    Kata dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: 
·         Ibu percaya bahwa engkau tahu.
·         Kantor pajak penuh sesak.
·         Buku itu sangat tebal.
B.    Kata turunan
a)     Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis dengan serangkaian kata dasarnya.
Misalnya: bergeletar, dikelola, menengok, mempermainkan
b)    Jika kata dasar berupa gabungan kata, maka awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: luaskan
c)     Jika kata dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburkan
d)    Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkaian.
Misalnya: adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram
C.    Bentuk ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak, gerak-gerik
D.    Gabungan kata
·         Gabungan kata yang lazin disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, orang tua, kambing hitam
  •  Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya: alat pandang-dengar
  • Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya: acapkali, matahari, manasuka
E.    Kata ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya, tersimpan di perpustakaan.
F.    Kata depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya:
·         bermalam sajalah di sini.
·         Ke mana saja ia selama ini?
·         Ia datang dari surabaya kemarin
G.    Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
·         sangkancil sangat marah kepada monyet itu.
·         surat itu dikirim oleh si pengirimnya.
H.    Partikel
  • Paratikel –lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik.
  •  Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
  • Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: …per 1 April.
I.      Singkatan dan akronim
  • Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.     Singkatan nama orang orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau   pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya:A.S. Kramawijaya
b.    Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misanya: DPR
c.     Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll.
d.    Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Cu, TNT, Rp
  •  Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a.     Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI, LAN, IKIP
b.    Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital Misalnya: Akabri, Bappenas
c.     Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu, radar, rapim

J.     Angka dan lambang bilangan
  • Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab: 0, 1, 2 Angka Romawi: I, II
  • Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Misalnya: 0,5 sentimeter, 100 yen
  •  Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15
  •  Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252
  •  Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
    a. Bilangan utuh. Misalnya: dua puluh dua, dua ratus dua puluh dua
    b. Bilangan pecahan. Misalnya: seperenam belas, tiga dua pertiga
  •  Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya: Paku Buwono X, Bab II, Tingkat V, Abad ke-20
  •  Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut. Misalnya: tahun ’50-an, uang 5000-an
  •  Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilagan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
  •  Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, sesunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
  •  Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinaman 250 juta rupiah.
  •  Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami memunyai dua puluh orang pegawai.
  •  Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

K. Mengenai penulisan kata, yang masih perlu kita perhatikan adalah sebagai berikut.
1.     Awalan di- dan ke- ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Benar Salah
dikelola di kelola
ketujuh ke tujuh
2.     Gabungan kata yang salah satu unsurnya merupakan unsur terikat ditulis serangkai.
Benar Salah
saptakrida sapta krida
sapta-krida
subseksi sub seksi
sub-seksi
nonkolaborasi nonkolaborasi
non-kolaborasi
3.     Bentuk dasar berupa gabungan kata yang mendapat awalan atau akhiran ditulis serangkaian atau ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur gabungan kata itu.
Benar Salah
bertolak belakang bertolakbelakang
Bertolak-belakang
tanda tangani tandatangani
tanda-tangani
mendarah daging mendarahdaging
mendarah-daging
4.     Bentuk dasar berupa gabungan kata yang sekaligus mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Benar Salah
melatarbelakangi melatar belakangi
melatar-belakangi
menghancurleburkan menghancur leburkan
menghancur-leburkan
penyebarluasan penyebar luasan
penyebar-luasan
dibumihanguskan dibumi hanguskan
dibumi-hanguskan
5.     Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, di antara kedua unsur itu dibubuhkan tanda hubung (-).
Bentuk Salah
non-Indonesia nonIndonesia
non Indonesia
non-Afrikanisme nonAfrikanisme
non Afrikanisme
6.     Kata ulang dituliskan dengan menggunakan tanda hubung di antara kedua unsurnya.
Benar Salah
anak-anak anak anak
undang-undang undang undang
terus-menerus terus menerus
7.     Kata depan di dan ke ditulis terpisah dri kata yang mengikutinya.
Benar Salah
di rumah dirumah
ke mana kemana
8.     Kata sandang si ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
Benar Salah
si pengirim sipengirim
si penerima sipenerima
si pemalu sipemalu
si pencuri sipencuri
9.     Partikel per yang berarti ‘tiap’ dan ‘mulai’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului dan mengikutinya. Sebaliknya, per pada bilangan pecahan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Benar Salah
satu per satu turun satu persatu turun
dua pertiga dua per tiga
10.  Singkatan nama gelar sarjana kesehatan, dokter, seringkali dipermasalahkan. Di dalam lingkungan masyarakat muncul singkatan Dr. untuk dokter (kesehatan) dan DR untuk doktor (purnasarjana). Hal ini tentu saja bertentangan dengan kaidah karena singkatan Dr. diperuntukkan bagi gelar Doktor, sedangkan DR seolah-olah merupakan singkatan kata atau nama yang sama halnya dengan PT (perseroan terbatas), SD (sekolah dasar).
11.  Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf kapital, tidak diikuti tanda titik.
Benar Salah
DPR D.P.R
PT P.T.
SMP S.M.P
SD S.D.
12.  Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Benar Salah
sda. s.d.a.
ttd. t.t.d.
yad. y.a.d.
13.  Lambang kimia, singkatan satuan ukuran timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Benar Salah
cm cm.
Rp Rp.
km km.
14. Akronim nama diri, yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.Benar Salah
Golkar GOLKAR
Kowani KOWANI
Bappenas BAPPENAS

PENGGUNAAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
      1.  Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
            Misalnya:
                  Ayahku tinggal di Solo.
                  Biarlah mereka duduk di sana.
                  Dia menanyakan siapa yang akan datang.
      2.  Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian,
            ikhtisar, atau daftar.
            Misalnya:
            a.  III. Departemen Dalam Negeri
                  A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
                  B. Direktorat Jenderal Agraria 
            b.  1. Patokan Umum
                  1.1 Isi Karangan
                  1.2 Ilustrasi
                  1.2.1  Gambar Tangan
                  1.2.2  Tabel
                  1.2.3  Grafik
  Catatan:
      Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam  deretan angka atau huruf.
3.  Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang  
      menunjukan waktu.
            Misalnya:
                  pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
      4.  Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
            menunjukan jangka waktu.
            Misalnya:
                  1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
                  0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
                  0.0.30 jam (30 detik)
      5.  Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
            berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar
            pustaka.
            Misalnya:
                  Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai
                  Poestaka.
      6.  Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
            Misalnya:
                  Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
                  Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
      7.  Tanda titik tidak  dipakai untuk memisahkanbilangan ribuan atau
            kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah.
            Misalnya:
                  Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
                  Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
                  Nomor gironya 5645678.
      8.  Tanda titik tidak  dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
            karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
            Misalnya:
                  Acara kunjungan Adam Malik
                  Bentuk dan Kedaulatan(Bab I UUD ‘45)
                  Salah Asuhan
      9.  Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
            atau (2) nama dan alamat penerima surat.
            Misalnya:
                  Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
                  Jakarta (tanpa titik)
                  1 April 1985 (tanpa titik)
                  Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik)
                  Jalan Arif 43 (tanpa titik)
                  Palembang (tanpa titik)
                  Atau:
                  Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik)
                  Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
                  Jakarta (tanpa titik)
B.  Tanda Koma (,)
      1.  Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
            pembilangan.
            Misalnya:
                  Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
                  Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
      2.  Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
            kalimat serata berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi  atau
            melainkan.
            Misalnya:
                  Saya ingin datang, tetapihari hujan.
                  Didi bukan anak saya, melainkananak Pak Kasim.
      3.  Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
            jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
            Misalnya:
                  Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
                  Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
      4.  Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
            kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
            Misalnya:
                  Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
                  Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
                  Dia tahu bahwa soal itu penting.
      5.  Tanda koma dipakai di belakangkata atau ungkapan penghubung
            antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
            karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.
            Misalnya:
                  ... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
                  ... Jadi, soalnya tidak semudah itu.
      6.  Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti kata seperti o, ya,
            wah, aduh, kasihandari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
            Misalnya:
                  O, begitu?
                  Wah,bukan main!
                  Hati-hati, ya, nanti jatuh.
      7.  Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
            dari kalimat.
            Misalnya:
                  Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
                  “Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena kamu lulus.”
      8.  Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
            alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
            negeri yang ditulis berurutan.
            Misalnya:
                  (i)  Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
                        Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
                  (ii)  Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
                  (iii)  Surabaya, 10 Mei 1960
                  (iv)  Kuala Lumpur, Malaysia.
      9.  Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
            susunannya dalam daftar pustaka.
            Misalnya:
                  Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
                  Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
      10. Tanda koma dipakai di antara namaorang dan gelar akademik yang
            mengikutinya untuk membedakannya darisingkatan nama diri, keluarga,
            atau marga.
            Misalnya:
                  B. Ratulangi, S.E.
                  Ny. Khadijah, M.A.
      11. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
            tidak membatasi.
            Misalnya:
                  Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
                  Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti
                  latihan paduan suara.
            Bandingkan dengan keterangan pembatasyang pemakaiannya tidak diapit
            tanda koma:
                  Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
      12. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan
            sen yang dinyatakan dengan angka.
            Misalnya:
                  12,5 m
                  Rp 12,50
      13. Tanda koma dapat dipakai––untuk menghindari salah baca––di belakang
            keterangan yang terdapatpada awal kalimat.
            Misalnya:
                  Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
                  yang bersungguh-sungguh.
                  Atas bantuan Edyar, Agus mengucapkan terima kasih.
            Bandingkan dengan:
                  Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan
                  dan pengembangan bahasa.
                  Agus mengucapkan terima kasih atas bantuan Edyar.
      14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
            lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
            dengan tanda tanya atau tanda seru.
            Misalnya:
                  “ Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.
                  “Berdiri lurus-lurus!” perintahnya.
C. Tanda Titik Koma (;)
      1.  Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
            yang sejenis dan setara.
            Misalnya:
                  Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
      2.  Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
            memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
            Misalnya:
                  Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk memasak di
                  dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional.
D. Tanda Titik Dua (:)
      1.  Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
            pemerian.
            Misalnya:
                  Ketua : Moch. Achyar
                  Sekretaris : Tati Suryati
                  Bendahara : Noviana Pertiwi
      2.  Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
            antara surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul
            suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam
            karangan.
            Misalnya:
                  (v)  Tempo, I (34), 1971:7
                  (vi)  Surah Yasin:9
                  (vii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi,
                           sudah terbit.
                  (viii) Marzuki dan Rudy W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk. Jakarta:
                           Penebar Swadaya.
      3.  Titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
            pelaku dalam percakapan.
            Misalnya:
                  Ayah : “Karyo, sini kamu!”
                  Karyo : (datang menghampiri) “Ada apa, Pak?”
                  Ayah : “Tolong ambilkan sepatu hitam yang di atas lemari!”
      4.  Titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
            rangkaian atau pemerian.
            Misalnya:
                  Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
                  Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
                  lemari.
E.  Tanda Hubung (-)
      1.  Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan
           yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya:
walaupun demikian, masih banyak yang ti-dak mematuhi peraturan tersebut. Industri tersebut dapat di kembangkan men-jadi industry padat karya.
      2.  Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
            Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar-mandir, sayur-mayur
      3.  Tanda hubung menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan
            bagian-bagian tanggal.
            Misalnya:
                  p-a-n-i-t-i-a
                  17-08-1945
      4.  Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata berikutnya
            atau sebelumnya yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan
            angka, angka dengan kata/huruf.
            Misalnya:
                  se-Indonesia, se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2,
                  S-1, tahun 50-an
      5.  Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia
            dengan unsur bahasa asing.
            Misalnya:
                  di-smash, pen-tackle-an
F.  Tanda Pisah (––)
      1.  Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
            penjelasan di luar bangun kalimat.
            Misalnya:
                  Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan tercapai––diperjuangkan
                  oleh bangsa itu sendiri.
      2.  Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
            lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
            Misalnya:
                  Rangkaian temuan ini––evolusi, teori kenisbian, dan kini juga
                  pembelahan atom––telah mengubah konsepsi kita tentang alam
                  semesta.
      3.  Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau kata dengan arti ‘sampai
            dengan’ atau ‘sampai ke’.
            Misalnya:
                  2004––2009
                  tanggal 1––10 Mei 2007
                  Jakarta––Bandung
G. Tanda Elipsis (...)
      1.  Tanda elipsis dipakai dalam kalimat atau dialog yang terputus-putus.
            Misalnya:
                  Kalau begitu ... ya, ayo kita berangkat.
      2.  Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
            bagian yang dihilangkan.
            Misalnya:
                  ... selanjutnya akan di bawa ke pengadilan.
                  Ibu baru pulang ... pasar.
      Catatan:
                  Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, maka perlu
            dipakai empat buah titik; tiga titik untuk menandai penghilangan teks dan
            satu titik untuk menandai akhir kalimat.
            Misalnya:
                  Ibu baru pulang dari....
H. Tanda Tanya (?)
      1.  Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
            Misalnya:
                  Kapan ia berangkat?
                  Saudara tahu, bukan?
      2.  Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat
            yang disangsikan kebenarannya.
            Misalnya:
                  Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
                  Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
I.  Tanda Seru (!)
      1.  Tanda seru dipakai pada akhir kalimat perintah.
            Misalnya:
                  Bersihkan kamar itu sekarang juga!
                  Jangan berisik!
      2.  Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang
            menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun
            rasa emosi yang kuat.
            Misalnya:
                  Alangkah seramnya peristiwa itu!
                  Indah sekali pemandangan alam ini!
                  Merdeka!
J.  Tanda Kurung ((  ))
      1.  Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
            Misalnya:
                  Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program
                  Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
      2.  Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
            integral pokok pembicaraan.
            Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.
      3.  Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
            keterangan.
            Misalnya:
                  Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan
                  (c) modal.
      4.  Tanda kurung mengapit huruf atau katayang kehadirannya di dalam teks
            dapat dihilangkan.
            Misalnya:
                  Kata cocainediserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
                  Sahrul Gunawan berasal dari (kota) Bogor.
K. Tanda Kurung Siku ([ ])
      1.  Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
            koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
            lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
            terdapat di dalam naskah asli.
            Misalnya:
                  Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
      2.  Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
            sudah bertanda kurung.
            Misalnya:
                  Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab
                  II [lihat halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.
L.  Tanda Petik (“ “)
      1.  Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
            naskah atau bahan tertulis lainnya.
            Misalnya:
                  “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
                  Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
      2.  Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
            dalam kalimat.
            Misalnya:
                  Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
                  Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai
                  Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.
      3.  Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
            mempunyai arti khusus.
            Misalnya:
                  Saat ini ia sedang tidak mempunyaipacar yang di kalangan remaja
                  dikenal dengan “jomblo”.
                  Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
M. Tanda Petik Tunggal (‘ ’)
      1.  Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
            Misalnya:
                  Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
                  “Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak
                  pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
      2.  Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
            atau ungkapan asing.
            Misalnya:
                  Feed-back berarti ‘balikan’.
N. Tanda Garis Miring (/)
      1.  Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat
            dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
            Misalnya:
                  No. 12/PK/2005
                  Jalan Kramat III/10
                  Masa Bakti 2005/2006
                  Tahun Ajaran 2006/2007
      2.  Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
            Misalnya:
                  Laki-laki/Perempuan
                  120 km/jam
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
      Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
      tahun.
      Misalnya:
            Gunung pun ‘kan kudaki. (‘kan = akan)
            17 Agustus ’45 (’45 = 1945)



Add to Cart

0 komentar:

Post a Comment