Sejarah
Peradaban Islam
Dosen
Pengampu: Ahmad Noor Islahudin
PROGRAM
STUDY : EKONOMI YARI’AH
JURUSAN
: SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Berdirinya Bani Abbasiyah dikarenakan pada masa
pemerintahan Bani Umaiyyah pada masa pemerintahan khalifah Hisyam
Ibn Abdi Al-Malik muncul kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan
Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyimyang dipelopori keturunan Al-Abbas Ibn Abd Al-Muthalib.
Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari golongan syiah dan kaum
mawali yang merasa di kelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah. Pada waktu itu ada beberapa factor yang
menyebabkan dinasti Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran, akhirnya
pada tahun 132 H (750 M) tumbanglah daulah
Umayyah dengan terbunuhnya khalifah terakhir yaitu Marwan bin Muhammad
dan pada tahun itu berdirilah kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khalifah Abbasiyah karena para pendiri
dan penguasa dinasti ini keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW, dinasti
abbasiyah didirikan oleh Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H sampai dengan 656 H. selama
berkuasa pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan
politik, social dan budaya.
Dinasti Abbasiyah
didirikan secara revolusioner dengan menggulingkan kekuasaan dinasti Umayyah. Terdapat
beberapa faktor yang mendukung keberhasilan pembentukan dinasti ini.
Diantaranya adalah: meningkatnya kekecewaan kelompok Mawalli terhadap dinasti
Bani Umayyah, pecahnya persatuan antarsuku-suku bangsa Arab, dan timbulnya
kekecewaan masyarakat agamis dan keinginan mereka memiliki pemimpin
kharismatik.
Kelompok Mawalli, yakni
orang-orang non Arab yang telah memeluk agama Islam, diperlakukan sebagai
masyarakat kelas dua, sementara itu bangsa Arab menduduki kelas bangsawan.
Mereka tersingkir dalam urusan pemerintahan dan dalam kehidupan sosial, bahkan
penguasa Arab selalu memperlihatkan sikap permusuhan terhadap mereka. Sounders
mencatat bahwa di Kufah antara orang Arab dan masyarakat Mawalli masing-masing
memiliki mesjid sendiri-sendiri dan perkawinan antara mereka sangat dihindari.
Selain itu masyarakat Mawalli ini dikenakan beban pajak yang berat.
Sebelum berdirinya
Daulah Abbasiyah terdapat tiga poros yang merupakan pusat kegiatan, antara satu
dengan yang lain mempunyai kedudukan tersendiri dalam memainkan peranannya
untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Nabi SAW.
Dengan berdirinya
kekuasaan dinasti Abbasiyah terjadilah beberapa perubahan sosial politik.
Perubahan yang menonjol adalah tampilnya kelompok Mawalli, khususnya
Persia-Irak. Mereka menduduki peran dan posisi penting dalam pemerintahan
menggantikan kedudukan bangsawan Arab. Pada waktu zaman ekspansi, masyarakat
Arab merupakan kelompok bangsawan yang berkuasa dan merasa lebih tinggi
derajatnya dibandingkan dengan masyarakat non-Arab yang dikuasainya. Posisi
yang demikian ini hampir berkembang pada seluruh aspek kehidupan sosial dan
politik. Masyarakat
Factor-faktor tersebut
di atas pada satu sisi mendukung jatuhnya kekuasaan dinasti Umayyah, dan pada
sisi lainnya sekaligus mendukung keberhasilan gerakan pembentukan dinasti
Abbasiyah.
B.
Rumusan Masalah
a) sBagaimana masa
pembentukan Bani Abbasiyah?
b) Bagaimana kemajuan Bani
Abbasiyah terhadap Sejarah Peradaban Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI
ABBASIYAH.
Pemerintahan
Dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al-Abbas,
paman rasullah saw, sementara khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah
Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abas bin Abdul Muthalib.
Dinasti
Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H atau 750 M oleh Abul Abbas Ash-Shaffah,
dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung
dalam rentang waktu yang panjang yaitu
selama 5abad dari tahun 132-656 H (750 M-1258 H). Berdirinya
pemerintahan ini di anggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah
dikumandangkan oleh Bani Hasyim (alawiun) setelah meninggal nya Rasullah dengan
mengatakan bahwa yang berhak untuk berkuasa adalah keturunan rasullah dan
anak-anaknya.
Sebelum
berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat
kegiatan, antara satu denganyang lainnya memiliki kedudukan tersendiri dalam
memainkan peranananya untutk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman rasullah
saw, abbas bin abdul muthalib. Dari nama Al-Abbas paman Rasullah inilah nama
ini disandarkan pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu humaimah,kufah,khurasan.
Humaiamah merupakan trmpat yang tentram, bermukim dikota itu keluarga bani
hasyim, baik dari kalangan pendudkung Ali maupun pendudkung keluarga abbas.
Khufah merupkan wilayah yang penduduk nya menganut aliran Syi’ah, pendukung Ali
bin Abi Thalib, yang selalu bergolak dan ditindas oleh Bani Umayyah. Khurasan
memiliki warga yang pemberani, kuat fisik, teguh pendirian, tidak mudah
terpengaruh nafsu dan tidak mudah bingung terhadap kepercayaan yang menyimpang,
disanalah diharapkan dakwah kaum abbasiyah mendapat dukungan.
Dikota
humayimah ermukim keluarga abbasiyah,
salah seorang pemimpinnya bernama al imam muhammad bin ali yang merupakan
peletak dasar-dasar berdirinya dinasti abbasiyah. Ia menyiapakan strategi
perjuangan menegakkan kekuasaan atas nama keluarga rasullah. Para penerang
dakwah Abbasiyah berjumlah 150 orang dibawah para pimpnannya berjumlah 12 orang
dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
Propaganda
abbasiyah dilaksanakan dngan strategi yang cukup matang sebgai gerakan rahasia.
Akan tetapi, imam ibrahim pemimpin abbasiyah yang berkeinginan mendirikan
kekuasaan Abbasiyah, gerkannya diketahui oleh Khalifah Umayyah terkahir, Marwan
bin Muhammad Ibrahim akhirnya ditangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan
dipenjarakandi haran sebelah akhirnya dieksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya
Abul Abbas untuk menjadikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia terbunuh, dan
memerintahkan untuk pindah ke khuffah. Sedangkan pemimpin popaganda dibebankan kepada
abu salammah. Segeralah Abul Abbas pindah dari humaimah ke kufah diiringi oleh
para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu Ja’far, Isa bin Musa, dan
Abdullah bin Ali.
Penguasa
umayah di kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukan oleh Abbasiyah dan
diusir ke wasit. Abu salamah selanjutnya berkemah di kuffah yng telah
ditakuikan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abul Abbas
diperintahkan oleh Umayah terakhir, Marwan bin Muhammad bersama paukannya ia
melatikan diri, dimana akhirnya dapat dipukul didaratan rendag sungai Zab. Pengejaran
dilanjutkan ke Mausul, Harran dan menyebrangi sungai Eufrat samapai ke Damaskus.
Khalifah itu melarikan diri hingga ke fustat di Mesir, dan akhirnya terbunuh di
Busir, wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/ 750 M dibawah pimpinan Salih bin Ali,
seorang paman Al-Abbas yng lain. Dengan demikian, maka tumbanglah kekuasaan Dinasti
Umayah, dan berdirilah Dinasti Abbasiah yang dipimpin oleh khalifah pertamanya,
yaitu Abul Abbas Ash-Safah dengan pusat awlnya dikufah.
Pemerintah Abul Abbas Ash-Shaffah
Bani
abbasiyah mewarisi imperium besardari bani umayah. Mereka memungkinkan samapai
mencapai hasil lebih banyak karena landasannya telah dipersiapkan oleh bani
umayah yang besar, dan abbasiyah yang pertama memanfaatkannya. Penggantian
umayah oleh abbasiyah ini di dalam kepemimpinan masyarakat islam lebih dari
sekedar penggantian dinasti. Ia merupakan revolusi dalam sejarah islam, suatu
titik balik yang ama pentingnya dengan revolusi prancis, dan revolusi rusia di
dalam sejarh barat.
Seluruh
anggota keluarga abbas dan pimpinan umat islam menyatakan setia kepada abul
abbas ash-saffah sebagai khalifah mereka. Ash-saffah pindah ke ambar, sebelah
barat sungai eufrat dekat baghdad. Ia menggunakan sebagian besar dari masa
pemerintahannya untuk memerangi para pemimpin arab yang kedapatan membantu bani
umayyah. Ia mengusir mereka kecuali abdurahman, yang tidak lama kemudian
mendirikan dinasti umayyah. Ash-saffah juga memutuskan untuk menghabisi
beberapa orang pembantu bani umayyah.
Kekhalifahan
ash-saffah hanya bertahan 4 tahun 9 bulan. Ia wafat pada tahun 136 H di ambar,
saru kota yang telah di jadikannya sebagai tempat kedududkan pemerintahan. Ia berumur
tidak lebih dari 33 tahun. Bahkan ada yang mengatakan umur ash-saffah ketika
meninggaldunia adalah 29 tahun.
selama
dinasti abasiyyah berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkanya membagi masan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan poliyik,sosial,dan budaya. Berdasarkan
pola pemerintahan dan politik itu, para sejarwan biasanya membagi masa
pemerintahan bani abbasiyah dalam empat periode berikut.
1. Masa
abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya daulah abbasiyah tahun 132 H (750 M)
Sampai meninggalnya khalifah al-watsiq 232 H (847 M).
2. Masa
abbasiyah II, yaitu mulai khalifah al-mutawakkil pada tahun 232 H (847 M)
sampai berdirinya daullah buwaihiyah di baghdad pada tahun 334 H (946 M).
3. Masa
abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daullah buwaihiyah tahun 334 H (946 M)
sampai masuknya kaum saljuk ke baghdas tahun 447 H (1055 M).
4. Masa
abbasiya IV, yaitu masuknya orang orang saljuk ke baghdad yahun 447 H (1055 M)
sampai jatuhnya baghdad ke tangan bangsa mongol dibawah pimpin hulagu khan pada
tahun 656 H (1258 M).
B. PARA KHALIFAH DINASTI ABBASIYAH.
Sebelum abu
abbas ash-saffah meninggal, ia sudah mewasiatkan siapa penggantinya, yakni
saudaranya, abu ja’ far, kemudian isa bin musa, keponakannya. Sistem pengumuman
putra mahkota itu mengikuti cara dinasti bani umayyah. Dan satu hal yang baru
lagi bagi khalifah abbasiyah, yaitu pemakaian gelar. Abu ja’far misalnya, ia memakai gelar Al-Manshur.
Para khalifah bani abbasiyah berjumlah 37 khalifah. Pada masa bangso Mongol
dapat menaklukan Baghdad tahun 656 H/1258 M, ada seseorang pangeran keturunan
abbasiyah yang lolos dari pembunuhan dan meneruskan kekhalifahan dengan gelar
khlaifah yang hanya berkuasa dibidang keagamaan dibawah kekuasaan kaum Mamluk
di kairo, Mesir tanpa kekuasaan duniawi yang bergelar sultan. Jabatan khalifah
yang disandang oleh keturunan abbasiyah di mesir berakhir dengan diambilnya
jabatan itu oleh Sultan Salim I dari Turki Usmani ketika menguasai Mesir pada
tahun 1517 M. Dengan demikian, hilanglah kekhalifahan abbasiyah untuk
selama-lamanya.
C.
MASA KEJAYAAN PERADABAN DINASTI ABBASIYAH.
Pada periode
pertama pemerintahan bani abbasiyah mencapai masa keemasan. Secara politis para
khalifah betul-betul tokoh yag kuat da merupakan pusat kekuasaan politik
sekaligus agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.
Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan
ilmu pengetahuan dalam islam.
Peradaban dan
kebudayan islam tumbuh dan berkembang bahkan mencapai kejayaan pada masa
Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan Dinasti Abbasiyah pada periode ini lebih
menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan islam daripada perluasan wilayah.
Di sini letak peradaban pokok antara Dnasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah.
Puncak kejayaan
Diasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809M ) dan
anaknya Al-Makmun ( 813-833 M ). Ketika Ar- Rasyid memerintah, negara dalam
keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga
pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga ke India.
Pada masanya
hidup pula para filsuf, pujangga, ahli baca al-quran dan para ulama dibidang
agama. Didirikan perpuskkaan yang diberi nama Baitul Hikmah, di dalamnya orang
dapat membaca, menulis dan berdiskusi. Khalifah Harun Ar- Rasyid sebagai orang
yang taat beragama, menunaikan ibadah haji setiap tahun yang diikuti oleh
keluarga dan pejabat-pejabatnya serta para ulama, dan
berderma kepada fakir miskin.
Pada masanya
berkembang ilmu pengetahuan agama, seperti ilmu alquran, qira’at, hadis, fiqih,
ilmu kalam, bahasa dan sastra. Empat mazhab fiqh tumbuh dan berkembang pada
masa Dinasti Abbasiyah. Imam Abu Hanifah ( meninggal di baghdad tahun 150 H/677 M) adalah pendiri Mazhab Hanafi.
Mam malik bin anas banyak menulis hadis
dan pendiri Mazhab Maliki (wafat dimadinah tahun 179 H/795 M ). Muhammad bin
idris Ash-Syafi’i. Ahmad bin Hanbal pendiri mazhab hanbali ( w. Tahun 241 H/
855 M). disamping itu berkmbang pula ilmu filsafat, logika, metafisika,
matematika, ilmu alam, goegrafi, aljabar, aritmatika, mekanika, astronomi,
musik, kedokteran, dan kimia.
Ilmu-ilmu umm
masuk kedalam islam melalui terjemahan dari bahasa yunani dan persia ke dalam
bahasa arab, di samping bahasa india. Pada masa pemerintahan Al-Makmun,
pengaruh yunani sangat kuat. Di antara para penerjemah yang masyur saat itu
adalah hnain bin isak, seorang kristen nestarian yang banyak menerjemahkan
buku-buku bahsa yunani ke bahasa arab. Ia menerjemahkan kitab Republik dari
plato. Dan kit Kategori, meafisika, magna moralia dari aristoteles. Al-
Khawarizmi ( w. 850 M ) menyusun ringkasan astronomi berdasarkan ilmu yunani da
india.
Lembaga
pendidikan pada dinasti abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan sangat pesat. Hal ini sangat di tentukan oleh
perkembangan bag=hasa arab, baik sebagai bahasa agama admisistrasi yang sudah
berlaku sejak masa bani umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.
Disamping itu, kemajuan tersebut paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal,
yaitu sebagai berikut :
1. Terjadinya
asimilasi bahsa arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami
perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan bani abbas,
bangsa-bangsa non-arab banyak yang masuk islam. Asimilasi berlangsung secara
efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dalam islam. Pengaruh persia, sebagai mana sudah
disebutkan sangat kuat dibidang pemerintahan. Di samping itu, bangsa persia
banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh india
terlihat pada bidang kedokteran, ilmu kalam,matematika, dan astronomi.
Sedangkan pengaruh yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan di berbagai
bidang ilmu, terutama bidang filsafat.
2. Gerakan
enerjemahan berlangsung daam tiga fase. Fase pertama pada khalifah
Al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid. Pda
fase ini yang banyak diterjemahkan adalah adalah karya-karya dalam bidang
astronomi dan mantiq. Fase kedua berlangsung mulai masa Khalifah Al- Makmun
hingga tahub 300 H. Buku-buku yang banyak di terjemahkan adalah dalam bidang
filsafat, dan kedokteran pada fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H,
terutama setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang –bidang ilmu yang
diterjemahkan semakin meluas.
Khalifah Harun
Ar-Rasyid merupakan penguasa yang paling kuat di dunia pada saat itu, tida ada
yang menyamainya dalam hal kekuasaan wilayah yang diperintahnya, dan kekuatan
pemerintahannya serta ketinggian kebudayan dan peradaban yang berkembang di
negaranya. Khalifah harun Ar-Rasyid berada pada tingkat lebih tinggi
peradabannya dan lebih besar kekuasaannya jika dibandingkan dengan Karel Agung
di Eropa yang menjalin persahabatan dengannya karena motif saling memanfaatkan.
Harun bersahabar dengan Karel untuk menghadapi Dinasti Umayyah di Andalusil,
sementara Karel berkepentingan dengan khalifah yang tersohor itu untuk
menghadapi Bizantium. Baghdad sbagai ibu kota abbasiyah tidak ada bandingannya
ketika itu, walau denagan Konstatinopel sebagai ibu kota Bizantium sekalipun.
D. BEBERAPA KEMAJUAN DALAM BIDANG
KEHIDUPAN SEBAGAI BERIKUT:
A. Bidang
Agama
Kemajuan dibidang agama
antara lain bebrapa bidang ilmu, yitu ulumul qoran, ilmu tafsir, hadist, ilu
kalam, bahasa dan fiqoh
1. Fiqh
Pada masa dinasti
abbasiyah lahir tokoh bidang fiqh dan pendiri mazhab antara lain sebagai
berikut.
a) Imam
Abu Hanifah (700-767 M)
b) Imam
Malik (713-795 M)
c) Imam
Syafi’i (767-820 M)
d) Imam
Ahmad bin Hanbal (780-855 M)
2. Ilmu
Tafsir
Perkembangan ilmu
tafsir pad masa pemerintah Abbasiyah mengalam kemajuan pesat. Diantara para
ahli tafsir pada masa dinasti abbasiyah adalah.
a) Ibnu
Jarir Ath-Thabari
b) Ibnu
Athyah Al-Andalusi
c) Abu
Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani
3. Ilmu
Hadist
Diantara para hadist
pada masa dinasti abbasiyah adalah.
a) Imam
Bukhari (194-256 H), karyanya Shahih Al-Bukhari.
b) Imam
Muslim (w. 261 H), karyanya Shahih Muslim.
c) Abu
Dawud, karyanya Sunan Abu Dawud.
d) Ibnu
Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah.
e) Imam
An-Nasai, karyanya Sunan An- Nasai
f) Imam
Baihaqi.
4. Ilmu
Kalam
Kajian para ilmu kalam
(teologi) adalah mengenai dosa, pahala, surga neraka, serta perdebatan mengenai
ketuhanan atau tauhid, menghasilkan suatu ilmu yaitu ilmu kalam atau teologi.
Diantara tokoh ilmu kalam adalah.
a) Imam
Abul Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansyur Al-Maturidi, tokoh As’ariyah.
b) Washil
bin Atha, Abul Huzail Al-Allaf (w. 849 M), tokoh Mu’tazilah.
c) Al-Juba’i.
5. Ilmu
Bahasa
Diantara ilmu bahasa
yang berkembang pada masa Dinasti abbasiyah adalah ilmu nahwu, ilmu sharaf,
ilmu bayan, ilmu badi’ dan arudh. Bahasa arab dijadikan sebagai bahasa ilmu
pengetahuan disamping sebagai alat komunikasi antar bangsa. Diantara para ahli
ilmu bahasa adalah.
a) Imam
Sibawaih (w. 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000 halaman.
b) Al-Kiasi.
c) Abu
Zakaria Al-Farra (w. 208 H). Kitab Nahwu terdiri dari 6.000 halaman lebih.
B. Bidang
Umum
Dalam bidang umum natra
lain berkembang berbagai kajian dalam bidang filsafat, logika, metafisika,
matematika, ilmu alam, geometri, aljabar, aritmatika, mekanika, astronomi,
musik, kedokteran, kimia, sejarah, dan sastra.
1. Filsafat
Kajian filsafat di
kalangan umat islam mencapai puncaknya bada masa Daulah Abbasiyah, di antaranya
dengan penerjemahan filsafat yunani kedalam bahasa arab. Para filsuf islam
antara lain:
a) Abu
Ishaq Al-Khindi ( 809-873 M). Karyanya lebih dari 231 judul.
b) Abu
Nasr Al-Farabi (961 M ). Karnyanya lebih dari 12 buah buku. Ia memperoleh gelar
Al-Mualimuts Tsani (the seccond teacher), yaitu guru ke 2, sedangkan guru
pertama dalam bidang filsafat adalah aristoteles.
c) Ibnu
Sina, terkenal dengan avicenna (980-1037 M). Ia seseorang filsuf yang
menghidupkan kembali filsafat yunani aliran aristoteles dan plato. Selain
filsuf avicenna juga seorang dokter istana kenamaan. Diantara bukunya yang
terkenal adalah Asy-syifa, dan Qanun fi Ath-thib (cannon of medicine).
d) Ibnu
Bajah (w. 581 H).
e) Ibnu
Tuvail (w. 581 H).
f) Al-Ghozali
( 1058-1111 M). Al-Ghozali mendapatkan Al-Hujjatul Islam.
g) Ibnu
Rusyid, dibarat di kenal dengan Averros (126-1198 M).
2. Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran pada masa daulah
Abbasiyah berkembng pesat. Rumah-rumah sakit besar dan sekolah kedokteran
banyak didirikan, diantara ahli kdokteran ternama adalah.
a) Abu
ZakariaYahya bin Mesuaih, seorang ahli farmasi di rumah sakit Junbhisapur Iran.
b) Abu
Bakar Ar-Razi.
c) Ibnu
Sina.
d) Ar-
Razi.
3. Matematika
Terjemahan dari buku-buku
terjemahan dari bahasa Arab, menghasilkan karya bidang Matematika.
4.
Farmasi
Di antara ahli farmasi
pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baithar.
5.
Ilmu Astronomi
Kaum muslimin mengkaji
dan menganalisis berbagai aliran ilmu astronomi dari berbagai bangsa seperti
bangsa Yunani, India, Persia, Kladan. Di antara ahli astronomi Islam adalah
a) Abu
Mansur Al-Falaki.
b) Jabir
Al-Batani.
c) Raihan
Al-Biruni.
6. Geografi.
Dalam
bidang geografi umat islam sangat maju, karena sejak semula bangsa arab
merupakan bangsa pedagang yang biasa menempuh jarak jauh untuk berniaga. Di
antara wilayah pengembaraan ke cina dan indonesia pada masa awal-awal
kemunculan islam. Di antara tokoh geografi yang terkenal adalah.
a) Abul
Hasan Al-Mas’udi
b) Ibnu
Khurdazabah.
c) Ahmad
EI-Yakubi.
d) Abu
muhammad Al-Hasan Al-Hamadani.
7. Sejarah.
Masa
dinasti Abbasiyah banyak muncul tokoh-tokoh sejarah.
Beberapa tokoh sejarah
antara lain:
a) Ahmad
bin Al-Ya’kubi
b) Ibnu
Ishaq.
c) Abdullah
bin Muslim Al-Qurtubah.
d) Ibnu
Hisyam.
e) Ath-Thabari
f) Al-Maqrizi.
g) Al-Baladzuri.
8.
Sastra.
Dalam bidang sastra,
baghdad merupakan kota pusat seniman dan sastrawan. Para tokoh sastra antara
lain:
a) Abu
Nuwas.
b) An-Nasyasi.
E.FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN
DINASTI ABBASIYAH.
Kebesaran,
keagungan, kemegahan, dan gemerlapnya Baghdad sebagai pusat pemerintahan
Dinasti Abbasiyah seolah-olah hanyut dibawa sungai Tigris, setelah kota itu di
bumihanguskan oleh tentara Mongol di bawah Hulagu Khan pada tahun 1258 M, Semua
bangunan kota terasuk istana emas tersebut di hancurkan pasukan Mongol,
meruntuhkan perpusta yang merupakan gudang Ilmu, dan membakar buku-buku yang
ada didalamnya. Pada tahun 1400 M, kota ini juga diserang oleh pasukan Timur
Lenk, dan pada tahun 1508 M oleh tentara kerajaan Safawi.
Menurut
W. Montgomery Watt, bahwa beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran pada masa
daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut:
a) Luasnya
wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah
sulit dilakukan. Tingkat kepercayaan di kalangan para penguasa dan pelaksana
pemerintahan sangat rendah.
b) Dengan
profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka
sangat tinggi.
c) Keuangan
negara sangat sulit karena biaya yang di keluarkan untuk tentara sangat besar.
Sedangkan
menurut Dr. Badri Yatim, M.A., di antara hal yang menyebabkan kemunduran daulah
Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut:
a) Persaingan
antar Bangsa.
b) Kemerosotan
Ekonomi.
c) Konflik
Keagamaan.
d) Perang
Salib.
e) Serangan
Bangsa Mongol ( 1258 M ).
F.AKHIRNYA KEKUASAAN
DINASTI ABBASIYAH.
Akhir
dari kekuasaan Dinast Abasiyah adalah ketika Baghdad dihancurkan oleh pasukan
Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan, 656 H/1258 M. Haluga Khan adalah seorang
saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga Asia Tenggara, dan saudara
Mongke Khan yang menugaskan untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat
dari Cina ke pangkuannya. Bghdad di bumi hanguskan dan diratakan dengan tanah.
Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya, Al- Mu’tashim Billah
dibunuh, buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah dibakar dan dibuang ke
sungai tinggris sehingga berubahlah warna air tersebut yang jernih bersih
menjadi hitam kelam karena lunturnya tinta-tinta yang ada pada buku itu.
Dengan demikian, lenyapnya Dinasti Abbasiyah yang
telah memainkan peran penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban Islam
dengan gemilang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Dinamakan
Bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan Al Abbas
paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn
Muhammad ibn Abdullah ibn Abbas.
2. Kejayaan
Bani Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid dan anaknya
Al-Makmun. Pada masanya berkembang Ilmu Pengetahuan, baik ilmu pengetahuan umum
maupun ilmu pengetahuan agama. Disamping itu berkembang pula ilmu astronomi,
kedokteran, kimia, geografi, politik dan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Amin Samsul
Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: AMZAH.
Ahmad
Al-Usyairi. 2006. Sejarah Islam Sejak
Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta:
AKBAR.
Yatim Badri.
2000. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
0 komentar:
Post a Comment