Wednesday, January 6, 2016

PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAH


Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Ahmad Noor Islahudin


PROGRAM STUDY : EKONOMI YARI’AH
JURUSAN : SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO
                                                                       2014                                      




BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Berdirinya Bani Abbasiyah dikarenakan pada masa pemerintahan Bani Umaiyyah pada masa pemerintahan khalifah Hisyam Ibn Abdi Al-Malik muncul kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah. Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyimyang dipelopori keturunan Al-Abbas Ibn Abd Al-Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari golongan syiah dan kaum mawali yang merasa di kelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah. Pada waktu itu ada beberapa factor yang menyebabkan dinasti Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran, akhirnya pada tahun 132 H (750 M) tumbanglah daulah Umayyah dengan terbunuhnya khalifah terakhir yaitu Marwan bin Muhammad dan pada tahun itu berdirilah kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khalifah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW, dinasti abbasiyah didirikan oleh Abdullah ibn al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang dari tahun 132 H sampai dengan 656 H. selama berkuasa pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya.
Dinasti Abbasiyah didirikan secara revolusioner dengan menggulingkan kekuasaan dinasti Umayyah. Terdapat beberapa faktor yang mendukung keberhasilan pembentukan dinasti ini. Diantaranya adalah: meningkatnya kekecewaan kelompok Mawalli terhadap dinasti Bani Umayyah, pecahnya persatuan antarsuku-suku bangsa Arab, dan timbulnya kekecewaan masyarakat agamis dan keinginan mereka memiliki pemimpin kharismatik.
Kelompok Mawalli, yakni orang-orang non Arab yang telah memeluk agama Islam, diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua, sementara itu bangsa Arab menduduki kelas bangsawan. Mereka tersingkir dalam urusan pemerintahan dan dalam kehidupan sosial, bahkan penguasa Arab selalu memperlihatkan sikap permusuhan terhadap mereka. Sounders mencatat bahwa di Kufah antara orang Arab dan masyarakat Mawalli masing-masing memiliki mesjid sendiri-sendiri dan perkawinan antara mereka sangat dihindari. Selain itu masyarakat Mawalli ini dikenakan beban pajak yang berat.
Sebelum berdirinya Daulah Abbasiyah terdapat tiga poros yang merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain mempunyai kedudukan tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Nabi SAW.
Dengan berdirinya kekuasaan dinasti Abbasiyah terjadilah beberapa perubahan sosial politik. Perubahan yang menonjol adalah tampilnya kelompok Mawalli, khususnya Persia-Irak. Mereka menduduki peran dan posisi penting dalam pemerintahan menggantikan kedudukan bangsawan Arab. Pada waktu zaman ekspansi, masyarakat Arab merupakan kelompok bangsawan yang berkuasa dan merasa lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan masyarakat non-Arab yang dikuasainya. Posisi yang demikian ini hampir berkembang pada seluruh aspek kehidupan sosial dan politik. Masyarakat 
Factor-faktor tersebut di atas pada satu sisi mendukung jatuhnya kekuasaan dinasti Umayyah, dan pada sisi lainnya sekaligus mendukung keberhasilan gerakan pembentukan dinasti Abbasiyah.

B.     Rumusan Masalah
         a)         sBagaimana masa pembentukan Bani Abbasiyah?
         b)        Bagaimana kemajuan Bani Abbasiyah terhadap Sejarah Peradaban Islam?



BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH BERDIRINYA DINASTI ABBASIYAH.
Pemerintahan Dinasti Abbasiyah dinisbatkan kepada Al-Abbas, paman rasullah saw, sementara khalifah pertama dari pemerintahan ini adalah Abdullah Ash-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abas bin Abdul Muthalib.
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H atau 750 M oleh Abul Abbas Ash-Shaffah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang yaitu  selama 5abad dari tahun 132-656 H (750 M-1258 H). Berdirinya pemerintahan ini di anggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani Hasyim (alawiun) setelah meninggal nya Rasullah dengan mengatakan bahwa yang berhak untuk berkuasa adalah keturunan rasullah dan anak-anaknya.
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan, antara satu denganyang lainnya memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan peranananya untutk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman rasullah saw, abbas bin abdul muthalib. Dari nama Al-Abbas paman Rasullah inilah nama ini disandarkan pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu humaimah,kufah,khurasan. Humaiamah merupakan trmpat yang tentram, bermukim dikota itu keluarga bani hasyim, baik dari kalangan pendudkung Ali maupun pendudkung keluarga abbas. Khufah merupkan wilayah yang penduduk nya menganut aliran Syi’ah, pendukung Ali bin Abi Thalib, yang selalu bergolak dan ditindas oleh Bani Umayyah. Khurasan memiliki warga yang pemberani, kuat fisik, teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh nafsu dan tidak mudah bingung terhadap kepercayaan yang menyimpang, disanalah diharapkan dakwah kaum abbasiyah mendapat dukungan.
Dikota humayimah  ermukim keluarga abbasiyah, salah seorang pemimpinnya bernama al imam muhammad bin ali yang merupakan peletak dasar-dasar berdirinya dinasti abbasiyah. Ia menyiapakan strategi perjuangan menegakkan kekuasaan atas nama keluarga rasullah. Para penerang dakwah Abbasiyah berjumlah 150 orang dibawah para pimpnannya berjumlah 12 orang dan puncak pimpinannya adalah Muhammad bin Ali.
Propaganda abbasiyah dilaksanakan dngan strategi yang cukup matang sebgai gerakan rahasia. Akan tetapi, imam ibrahim pemimpin abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerkannya diketahui oleh Khalifah Umayyah terkahir, Marwan bin Muhammad Ibrahim akhirnya ditangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjarakandi haran sebelah akhirnya dieksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya Abul Abbas untuk menjadikan kedudukannya ketika tahu bahwa ia terbunuh, dan memerintahkan untuk pindah ke khuffah. Sedangkan pemimpin popaganda dibebankan kepada abu salammah. Segeralah Abul Abbas pindah dari humaimah ke kufah diiringi oleh para pembesar Abbasiyah yang lain seperti Abu Ja’far, Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali.
Penguasa umayah di kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukan oleh Abbasiyah dan diusir ke wasit. Abu salamah selanjutnya berkemah di kuffah yng telah ditakuikan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abul Abbas diperintahkan oleh Umayah terakhir, Marwan bin Muhammad bersama paukannya ia melatikan diri, dimana akhirnya dapat dipukul didaratan rendag sungai Zab. Pengejaran dilanjutkan ke Mausul, Harran dan menyebrangi sungai Eufrat samapai ke Damaskus. Khalifah itu melarikan diri hingga ke fustat di Mesir, dan akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/ 750 M dibawah pimpinan Salih bin Ali, seorang paman Al-Abbas yng lain. Dengan demikian, maka tumbanglah kekuasaan Dinasti Umayah, dan berdirilah Dinasti Abbasiah yang dipimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Safah dengan pusat awlnya dikufah.

Pemerintah Abul Abbas Ash-Shaffah
Bani abbasiyah mewarisi imperium besardari bani umayah. Mereka memungkinkan samapai mencapai hasil lebih banyak karena landasannya telah dipersiapkan oleh bani umayah yang besar, dan abbasiyah yang pertama memanfaatkannya. Penggantian umayah oleh abbasiyah ini di dalam kepemimpinan masyarakat islam lebih dari sekedar penggantian dinasti. Ia merupakan revolusi dalam sejarah islam, suatu titik balik yang ama pentingnya dengan revolusi prancis, dan revolusi rusia di dalam sejarh barat.
Seluruh anggota keluarga abbas dan pimpinan umat islam menyatakan setia kepada abul abbas ash-saffah sebagai khalifah mereka. Ash-saffah pindah ke ambar, sebelah barat sungai eufrat dekat baghdad. Ia menggunakan sebagian besar dari masa pemerintahannya untuk memerangi para pemimpin arab yang kedapatan membantu bani umayyah. Ia mengusir mereka kecuali abdurahman, yang tidak lama kemudian mendirikan dinasti umayyah. Ash-saffah juga memutuskan untuk menghabisi beberapa orang pembantu bani umayyah.
Kekhalifahan ash-saffah hanya bertahan 4 tahun 9 bulan. Ia wafat pada tahun 136 H di ambar, saru kota yang telah di jadikannya sebagai tempat kedududkan pemerintahan. Ia berumur tidak lebih dari 33 tahun. Bahkan ada yang mengatakan umur ash-saffah ketika meninggaldunia adalah 29 tahun.
selama dinasti abasiyyah berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkanya membagi masan berbeda-beda sesuai dengan perubahan poliyik,sosial,dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarwan biasanya membagi masa pemerintahan bani abbasiyah dalam empat periode berikut.
1.      Masa abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya daulah abbasiyah tahun 132 H (750 M) Sampai meninggalnya khalifah al-watsiq 232 H (847 M).
2.      Masa abbasiyah II, yaitu mulai khalifah al-mutawakkil pada tahun 232 H (847 M) sampai berdirinya daullah buwaihiyah di baghdad pada tahun 334 H (946 M).
3.      Masa abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daullah buwaihiyah tahun 334 H (946 M) sampai masuknya kaum saljuk ke baghdas tahun 447 H (1055 M).
4.      Masa abbasiya IV, yaitu masuknya orang orang saljuk ke baghdad yahun 447 H (1055 M) sampai jatuhnya baghdad ke tangan bangsa mongol dibawah pimpin hulagu khan pada tahun 656 H (1258 M).
B. PARA KHALIFAH DINASTI ABBASIYAH.
Sebelum abu abbas ash-saffah meninggal, ia sudah mewasiatkan siapa penggantinya, yakni saudaranya, abu ja’ far, kemudian isa bin musa, keponakannya. Sistem pengumuman putra mahkota itu mengikuti cara dinasti bani umayyah. Dan satu hal yang baru lagi bagi khalifah abbasiyah, yaitu pemakaian gelar. Abu  ja’far misalnya, ia memakai gelar Al-Manshur. Para khalifah bani abbasiyah berjumlah 37 khalifah. Pada masa bangso Mongol dapat menaklukan Baghdad tahun 656 H/1258 M, ada seseorang pangeran keturunan abbasiyah yang lolos dari pembunuhan dan meneruskan kekhalifahan dengan gelar khlaifah yang hanya berkuasa dibidang keagamaan dibawah kekuasaan kaum Mamluk di kairo, Mesir tanpa kekuasaan duniawi yang bergelar sultan. Jabatan khalifah yang disandang oleh keturunan abbasiyah di mesir berakhir dengan diambilnya jabatan itu oleh Sultan Salim I dari Turki Usmani ketika menguasai Mesir pada tahun 1517 M. Dengan demikian, hilanglah kekhalifahan abbasiyah untuk selama-lamanya.
C. MASA KEJAYAAN PERADABAN DINASTI ABBASIYAH.
Pada periode pertama pemerintahan bani abbasiyah mencapai masa keemasan. Secara politis para khalifah betul-betul tokoh yag kuat da merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam.
Peradaban dan kebudayan islam tumbuh dan berkembang bahkan mencapai kejayaan pada masa Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan Dinasti Abbasiyah pada periode ini lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan islam daripada perluasan wilayah. Di sini letak peradaban pokok antara Dnasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah.
Puncak kejayaan Diasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809M ) dan anaknya Al-Makmun ( 813-833 M ). Ketika Ar- Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara hingga ke India.

Pada masanya hidup pula para filsuf, pujangga, ahli baca al-quran dan para ulama dibidang agama. Didirikan perpuskkaan yang diberi nama Baitul Hikmah, di dalamnya orang dapat membaca, menulis dan berdiskusi. Khalifah Harun Ar- Rasyid sebagai orang yang taat beragama, menunaikan ibadah haji setiap tahun yang diikuti oleh keluarga dan pejabat-pejabatnya serta para ulama, dan berderma kepada fakir miskin.
Pada masanya berkembang ilmu pengetahuan agama, seperti ilmu alquran, qira’at, hadis, fiqih, ilmu kalam, bahasa dan sastra. Empat mazhab fiqh tumbuh dan berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah. Imam Abu Hanifah ( meninggal di baghdad tahun  150 H/677 M) adalah pendiri Mazhab Hanafi. Mam malik bin anas banyak menulis  hadis dan pendiri Mazhab Maliki (wafat dimadinah tahun 179 H/795 M ). Muhammad bin idris Ash-Syafi’i. Ahmad bin Hanbal pendiri mazhab hanbali ( w. Tahun 241 H/ 855 M). disamping itu berkmbang pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika, ilmu alam, goegrafi, aljabar, aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran, dan kimia.
Ilmu-ilmu umm masuk kedalam islam melalui terjemahan dari bahasa yunani dan persia ke dalam bahasa arab, di samping bahasa india. Pada masa pemerintahan Al-Makmun, pengaruh yunani sangat kuat. Di antara para penerjemah yang masyur saat itu adalah hnain bin isak, seorang kristen nestarian yang banyak menerjemahkan buku-buku bahsa yunani ke bahasa arab. Ia menerjemahkan kitab Republik dari plato. Dan kit Kategori, meafisika, magna moralia dari aristoteles. Al- Khawarizmi ( w. 850 M ) menyusun ringkasan astronomi berdasarkan ilmu yunani da india.
Lembaga pendidikan pada dinasti abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan  sangat pesat. Hal ini sangat di tentukan oleh perkembangan bag=hasa arab, baik sebagai bahasa agama admisistrasi yang sudah berlaku sejak masa bani umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan tersebut paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu sebagai berikut :
1.      Terjadinya asimilasi bahsa arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan bani abbas, bangsa-bangsa non-arab banyak yang masuk islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam islam. Pengaruh persia, sebagai mana sudah disebutkan sangat kuat dibidang pemerintahan. Di samping itu, bangsa persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh india terlihat pada bidang kedokteran, ilmu kalam,matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan di berbagai bidang ilmu, terutama bidang filsafat.
2.      Gerakan enerjemahan berlangsung daam tiga fase. Fase pertama pada khalifah Al-Manshur  hingga Harun Ar-Rasyid. Pda fase ini yang banyak diterjemahkan adalah adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq. Fase kedua berlangsung mulai masa Khalifah Al- Makmun hingga tahub 300 H. Buku-buku yang banyak di terjemahkan adalah dalam bidang filsafat, dan kedokteran pada fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang –bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Khalifah Harun Ar-Rasyid merupakan penguasa yang paling kuat di dunia pada saat itu, tida ada yang menyamainya dalam hal kekuasaan wilayah yang diperintahnya, dan kekuatan pemerintahannya serta ketinggian kebudayan dan peradaban yang berkembang di negaranya. Khalifah harun Ar-Rasyid berada pada tingkat lebih tinggi peradabannya dan lebih besar kekuasaannya jika dibandingkan dengan Karel Agung di Eropa yang menjalin persahabatan dengannya karena motif saling memanfaatkan. Harun bersahabar dengan Karel untuk menghadapi Dinasti Umayyah di Andalusil, sementara Karel berkepentingan dengan khalifah yang tersohor itu untuk menghadapi Bizantium. Baghdad sbagai ibu kota abbasiyah tidak ada bandingannya ketika itu, walau denagan Konstatinopel sebagai ibu kota Bizantium sekalipun.
D. BEBERAPA KEMAJUAN DALAM BIDANG KEHIDUPAN SEBAGAI BERIKUT:
A.    Bidang Agama
Kemajuan dibidang agama antara lain bebrapa bidang ilmu, yitu ulumul qoran, ilmu tafsir, hadist, ilu kalam, bahasa dan fiqoh
1.      Fiqh
Pada masa dinasti abbasiyah lahir tokoh bidang fiqh dan pendiri mazhab antara lain sebagai berikut.
a)      Imam Abu Hanifah (700-767 M)
b)      Imam Malik (713-795 M)
c)      Imam Syafi’i (767-820 M)
d)     Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M)
2.      Ilmu Tafsir
Perkembangan ilmu tafsir pad masa pemerintah Abbasiyah mengalam kemajuan pesat. Diantara para ahli tafsir pada masa dinasti abbasiyah adalah.
a)      Ibnu Jarir Ath-Thabari
b)      Ibnu Athyah Al-Andalusi
c)      Abu Muslim Muhammad bin Bahar Isfahani
3.      Ilmu Hadist
Diantara para hadist pada masa dinasti abbasiyah adalah.
a)      Imam Bukhari (194-256 H), karyanya Shahih Al-Bukhari.
b)      Imam Muslim (w. 261 H), karyanya Shahih Muslim.
c)      Abu Dawud, karyanya Sunan Abu Dawud.
d)     Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah.
e)      Imam An-Nasai, karyanya Sunan An- Nasai
f)       Imam Baihaqi.
4.      Ilmu Kalam
Kajian para ilmu kalam (teologi) adalah mengenai dosa, pahala, surga neraka, serta perdebatan mengenai ketuhanan atau tauhid, menghasilkan suatu ilmu yaitu ilmu kalam atau teologi. Diantara tokoh ilmu kalam adalah.
a)      Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansyur Al-Maturidi, tokoh As’ariyah.
b)      Washil bin Atha, Abul Huzail Al-Allaf (w. 849 M), tokoh Mu’tazilah.
c)      Al-Juba’i.
5.      Ilmu Bahasa
Diantara ilmu bahasa yang berkembang pada masa Dinasti abbasiyah adalah ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu bayan, ilmu badi’ dan arudh. Bahasa arab dijadikan sebagai bahasa ilmu pengetahuan disamping sebagai alat komunikasi antar bangsa. Diantara para ahli ilmu bahasa adalah.
a)      Imam Sibawaih (w. 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000 halaman.
b)      Al-Kiasi.
c)      Abu Zakaria Al-Farra (w. 208 H). Kitab Nahwu terdiri dari 6.000 halaman lebih.
B.     Bidang Umum
Dalam bidang umum natra lain berkembang berbagai kajian dalam bidang filsafat, logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geometri, aljabar, aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran, kimia, sejarah, dan sastra.
1. Filsafat
Kajian filsafat di kalangan umat islam mencapai puncaknya bada masa Daulah Abbasiyah, di antaranya dengan penerjemahan filsafat yunani kedalam bahasa arab. Para filsuf islam antara lain:
a)      Abu Ishaq Al-Khindi ( 809-873 M). Karyanya lebih dari 231 judul.
b)      Abu Nasr Al-Farabi (961 M ). Karnyanya lebih dari 12 buah buku. Ia memperoleh gelar Al-Mualimuts Tsani (the seccond teacher), yaitu guru ke 2, sedangkan guru pertama dalam bidang filsafat adalah aristoteles.
c)      Ibnu Sina, terkenal dengan avicenna (980-1037 M). Ia seseorang filsuf yang menghidupkan kembali filsafat yunani aliran aristoteles dan plato. Selain filsuf avicenna juga seorang dokter istana kenamaan. Diantara bukunya yang terkenal adalah Asy-syifa, dan Qanun fi Ath-thib (cannon of medicine).
d)     Ibnu Bajah (w. 581 H).
e)      Ibnu Tuvail (w. 581 H).
f)       Al-Ghozali ( 1058-1111 M). Al-Ghozali mendapatkan Al-Hujjatul Islam.
g)      Ibnu Rusyid, dibarat di kenal dengan Averros (126-1198 M).
2.  Ilmu Kedokteran
      Ilmu kedokteran pada masa daulah Abbasiyah berkembng pesat. Rumah-rumah sakit besar dan sekolah kedokteran banyak didirikan, diantara ahli kdokteran ternama adalah.
a)      Abu ZakariaYahya bin Mesuaih, seorang ahli farmasi di rumah sakit Junbhisapur Iran.
b)      Abu Bakar Ar-Razi.
c)      Ibnu Sina.
d)     Ar- Razi.
3.  Matematika
Terjemahan dari buku-buku terjemahan dari bahasa Arab, menghasilkan karya bidang Matematika.  
4. Farmasi
Di antara ahli farmasi pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Ibnu Baithar.
5. Ilmu Astronomi
Kaum muslimin mengkaji dan menganalisis berbagai aliran ilmu astronomi dari berbagai bangsa seperti bangsa Yunani, India, Persia, Kladan. Di antara ahli astronomi Islam adalah
a)      Abu Mansur Al-Falaki.
b)      Jabir Al-Batani.
c)      Raihan Al-Biruni.
6. Geografi.
Dalam bidang geografi umat islam sangat maju, karena sejak semula bangsa arab merupakan bangsa pedagang yang biasa menempuh jarak jauh untuk berniaga. Di antara wilayah pengembaraan ke cina dan indonesia pada masa awal-awal kemunculan islam. Di antara tokoh geografi yang terkenal adalah.
a)      Abul Hasan Al-Mas’udi
b)      Ibnu Khurdazabah.
c)      Ahmad EI-Yakubi.
d)     Abu muhammad Al-Hasan Al-Hamadani.
7. Sejarah.
Masa dinasti Abbasiyah banyak muncul tokoh-tokoh sejarah.
Beberapa tokoh sejarah antara lain:
a)      Ahmad bin Al-Ya’kubi
b)      Ibnu Ishaq.
c)      Abdullah bin Muslim Al-Qurtubah.
d)     Ibnu Hisyam.
e)      Ath-Thabari
f)       Al-Maqrizi.
g)      Al-Baladzuri.

8. Sastra.
Dalam bidang sastra, baghdad merupakan kota pusat seniman dan sastrawan. Para tokoh sastra antara lain:
a)      Abu Nuwas.
b)      An-Nasyasi.
 E.FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN DINASTI ABBASIYAH.
Kebesaran, keagungan, kemegahan, dan gemerlapnya Baghdad sebagai pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah seolah-olah hanyut dibawa sungai Tigris, setelah kota itu di bumihanguskan oleh tentara Mongol di bawah Hulagu Khan pada tahun 1258 M, Semua bangunan kota terasuk istana emas tersebut di hancurkan pasukan Mongol, meruntuhkan perpusta yang merupakan gudang Ilmu, dan membakar buku-buku yang ada didalamnya. Pada tahun 1400 M, kota ini juga diserang oleh pasukan Timur Lenk, dan pada tahun 1508 M oleh tentara kerajaan Safawi.
Menurut W. Montgomery Watt, bahwa beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran pada masa daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut:
a)      Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Tingkat kepercayaan di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
b)      Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
c)      Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang di keluarkan untuk tentara sangat besar.
Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M.A., di antara hal yang menyebabkan kemunduran daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berikut:
a)      Persaingan antar Bangsa.
b)      Kemerosotan Ekonomi.
c)      Konflik Keagamaan.
d)     Perang Salib.
e)      Serangan Bangsa Mongol ( 1258 M ).
F.AKHIRNYA KEKUASAAN DINASTI ABBASIYAH.
Akhir dari kekuasaan Dinast Abasiyah adalah ketika Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan, 656 H/1258 M. Haluga Khan adalah seorang saudara Kubilay Khan yang berkuasa di Cina hingga Asia Tenggara, dan saudara Mongke Khan yang menugaskan untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina ke pangkuannya. Bghdad di bumi hanguskan dan diratakan dengan tanah. Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir dengan keluarganya, Al- Mu’tashim Billah dibunuh, buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah dibakar dan dibuang ke sungai tinggris sehingga berubahlah warna air tersebut yang jernih bersih menjadi hitam kelam karena lunturnya tinta-tinta yang ada pada buku itu.
Dengan demikian, lenyapnya Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peran penting dalam percaturan kebudayaan dan peradaban Islam dengan gemilang.


 



BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
1.  Dinamakan Bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah keturunan Al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah Al-Saffah ibn Muhammad ibn Abdullah ibn Abbas.
2.  Kejayaan Bani Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid dan anaknya Al-Makmun. Pada masanya berkembang Ilmu Pengetahuan, baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan agama. Disamping itu berkembang pula ilmu astronomi, kedokteran, kimia, geografi, politik dan ekonomi.




DAFTAR PUSTAKA
Amin Samsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH.
Ahmad Al-Usyairi. 2006. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta:     AKBAR.
Yatim Badri. 2000. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Add to Cart

0 komentar:

Post a Comment