Wednesday, January 6, 2016

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW


Sejarah Peradaban Islam
DosenPengampu: Ahmad Islahudin, LC

PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI(STAIN)JURAI SIWO METRO
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena akhirnya penulis dapat menyelesaikan sebuah makalah ini sebagai salah satu syarat mengikuti mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, yang berjudul “Sejarah Peradaban Islam pada zaman nabi muhammad saw”, dalam menyusun makalah ini,penulis memperoleh bantuan dari beberapa pihak.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ahmad Islahudin, LC, selaku dosen pengampu.
2.Orang tua yang selalu mendukung,baik materi maupun doa.
3.Teman-teman serta pihak lain yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa makalah yang telah diselesaikan ini  masih jauh dari sempurna,dan penyusunan nya tidak begitu memenuhi standar yang diinginkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang  bersifat  membangun  demi  kesempurnaan  makalah ini. Atas segala perhatiannya penulis ucapakan sekian dan terimakasih.
Wassalamualaikum Wr.Wb


Metro, November, 2004                                                                                
Penulis




DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... ........ i
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ....... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ...... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Periode Mekah.................................................................................................... 5
2.2Periode Madinah ................................................................................................ 6
2.3 Peperangan Dalam Islam................................................................................... 7
2.4 Surat-Surat Dakwah Nabi Muhammad............................................................ 8
2.5 Misi Dakwah Nabi Muhammad......................................................................... 9
2.6 Masa Terakhir Nabi Muhammad.................................................................... 10
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN............................................................................................................... ..... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... ..... 14



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan  Islam, terutama di sekitar Mekah masih di warnai dengan penyembahan berhala sebagai Tuhan. Demikianlah keadaan bangsa Arab menjelang kelahiran Nabi Muhammad yang membawa Islam di tengah-tengah bangsa Arab. Masa itu biasa disebut masa jahiliyah. Pada awal mula Nabi Muhammad mendapatkan wahyu dari allah SWT, yang isinya menyeru manusia untuk beribadah kepadanya, mendapat tantangan besar di kalangan Quraisy. Hal ini terjadi karena pada masa itu kaum Quraisy mempunyai sesembahan lain yaitu: berhala – berhala yang mereka buat sendiri . Karena keadaan itulah dakwah pertama Nabi Muhammad di lakukan di Makkah secara sembunyi – sembunyi.

1.2 RumusanMasalah
1.    Menjelaskan Peradaban Islam Pada Periode Mekah
2.    Menjelaskan Peradaban Islam Pada Periode Madinah
3.    Memberikan Gambaran Tentang Peperangan dalam Islam
4.    Memberikan Gambaran Tentang Surat-Surat Dakwah Nabi Muhammad
5.    Menjelaskan Misi Dakwah Nabi Muhammad
6.    Menjelaskan Masa Terakhir Nabi Muhammad





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Peradaban Islam Pada Periode Mekah
Pada periode ini, 3 tahun pertama, dakwah Islam di lakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah Islam di lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau, kemudian Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, Zaid. Di samping itu juga banyak orang masuk Islam dengan perantara-perantara Abu Bakar yang terkenal dengan julukan Asssabiqunal Awwalun[1](orang-orang yang lebih dahulu masuk islam ). Mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’ad bin abi Waqqash, Abdur Rahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidiah bin Jarrah, dan Arkam bin Abil Arqam.
Kemudian setelah turun Ayat: 94 Surah Al-Hijr, Nabi Muhammad memulai berdakwah dengan terang-terangan.
Maka sampailah oleh mu secara terang-terangan segala apa yang di perintahkan(kepada mu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. (QS. Al-Hijr(94).
Namun dakwah beliau tidak mudah karena mendapat tantangan dari kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul karena ada faktor, yaitu sebagai berikut:
·         Mereka Tidak bisa membedakan antara kenabian dan kekuasaan . Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib
·         Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsa dan hambanya.
·         Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya/mengaku/tidak mau menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di hari akhir.
·         Taklid kepada nenek moyang:kebiasaan berurat akar pada bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama Islam.
·         Pemahat dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki.

Banyak cara dan upaya yang di tempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad, namun selalu gagal, baik secara diplomatik, bujuk rayu/tindakan-tindakan kekerasan secara fisik. Puncak dari segala cara itu adalah dengan diberlakukannya pemboikotan terhadap Bani Hasyim yang merupakan tempat Nabi Muhammad berlindung. Pemboikotan berlangsung selama tiga tahun dan merupakan tindakan yang paling melemahkan umat Islam pada saat itu. Pemboikotan ini baru berhenti setelah kaum Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sangat keterlaluan.
Tekanan dari orang-orang kafir semakin keras terhadap gerakan dakwah Nabi Muhammad terlebih setelah meninggalnya dua orang yang selalu melindungi dan menyokong Nabi Muhammad dari orang-orang kafir, yaitu paman beliau, Abu Thalib, dan istri nya. Peristiwa itu terjadi pada tahun kesepuluh kenabian. Tahun ini merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad sehingga di namakan Amul khuzn.[2] Karena di Mekah dakwah Nabi Muhammad mendapat rintangan dan tekanan, pada akhirnya nabi memutuskan untuk berdakwah di luar Mekah.
 Namun, di Thaif beliau di caci dan di lempari batu sampai beliau terluka. Hal inii semua, hampir menyebabkan Nabi Muhammad putus asa, sehingga, sehingga untuk menguatkanhati beliau, Allah mengutus dan meng’isradan memi’rajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian beliau. Berita tentang isra dan mi’raj ini menggemparkan masyarakat Mekah. Bagi orang kafir, peristiwa ini di jadikan bahan propaganda untuk mendustakan Muhamad. Dan bagi orang yang beriman ini merupakan ujian keimanan.
Setelah peristiwa isra’ mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam terjadi, yaitu dengan datangnya sejumlah pendududuk yastrib(madinah) untuk berhaji ke mekah.Mereka terdiri dari dua suku yang bermusuhan yaitu suku Aus dan suku Khazraj[3] yang masuk Islam dalam tiga gelombang .
Gelombang pertama pada tahun kesepuluh kenabian, mereka datang untuk memeluk agama Islam&menerapkan ajarannya sebagai upaya untuk mendamaikan keduasuku.
 Gelombang kedua pada tahun ke12 kenabian, mereka datang kembali menemui nabi yang menngadakan perjanjian , yang dikenal dengan perjanjian’’ aqabah pertama’’ yang berisi ikrar kesetiaan. Rombongan ini kemudian ke yastrib sebagai juru dakwah oleh mu’ap bin umair yang diutus oleh nabi untuk berdakwah bersama mereka.
Gelombang ke 3pada tahun ke 13 kenabian, mereka datang kembali kepada nabi untuk hijrah ke yastrib. Mereka akan membaiat nabi sebagai pemimpin. Nabi pun akhirnya menyutujui usul mereka untuk berhijrah. Perjanjian ini disebut aqabah kedua karena terjadi pada tempat yang sama[4]. Akhirnya Nabi Muhammad bersama kurang lebih 150 kaum muslimin hijrah ke yastrib. Dan ketika sampai di sana sebagai penghormatan terhadap nabi, nama yastrib diubah menjadi madinah[5].
Demikian periode mekah terjadi. Dalam periode ini Nabi Muhammad mengalami hambatan dan kesulitan dalam dakwah Islamnya. Dalam periode ini Nabi Muhammad belum terpikir untuk menyusun suatu masyarakat Islam yang teratur karena perhatian Nabi lebih terfokus pada penanaman teologi.




2.2. PERIODE MADINAH
Dalam periode ini perkembangan Islam lebih ditekankan pada dasar-dasar pendidikan sosial kemasyarakatan oleh karena itu nabi kemudian meletakkan dasar-dasar masyarakat Islam di Madinah, sebagai berikut:
1)    Mendirikan masjid
Tujuan Rasulullah untuk mempersatukan umat Islam dalam satu majelis. Sehingga dimajelis ini umat Islam bisa bersama-sama melaksanakan sholat jam’ah secara teratur, mengadili perkara-perkara dan bermusyawarah. Masjid ini memegang peranan penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempererat tali ukhuwah Islam.
2)    Mempersatukan dan mempersaudarakan antara kaum Anshar dan Muhajirin.
 Rasulullah mempersatukan keluarga-keluarga Islam yang terdiri dari Muhajirin dan Anshar. Dengan cara mempersaudarakan antara kedua golongan ini, rasullah telah menciptakan suatu pertalian yang berdasarkan agama pengganti persaudaraan yang berdasar kesukuan seperti sebelumnya.
3)    Perjanjian saling membantu antara sesama kaum muslimin dan bukan muslim.
Nabi Muhammad hendak menciptakan toleransi antar golongan yang ada di Madinah, oleh karena itu nabi membuat perjanjian antara kaum muslimin dan non muslimin.
Menurut Ibnu Hisyam isi perjanjian tersebut antara lain sebagai berikut:
a)    Pengakuan atas hak pribadi keagamaan dan politik.
b)    Kebebasan beragama terjamin untuk semua umat.
c)    Agama kewajiban penduduk Madinah baik muslim ataupun non muslim, dalam hal moril maupun materiil.
d)    Rasulullah adalah pemimpin umum bagi penduduk Madinah. Kepada beliaulah di bawa segala perkara dan perselisihan yang besar untuk di selesaikan.[6]

4)    Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru.
Ketika masyarakat Islam terbentuk maka diperlukan  dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat yang baru terbentuk tersebut. Oleh karena itu, ayat-ayat Al Qur’an yang di turunkan dalam periode ini terutama di tujukan kepada pembinaan hukum. Ayat-ayat ini kemudian di beri penjelasan oleh rassullulah,naik dengan lisan, maupun perbuatan beliau sehingga terdapat 2 sumber hukum dalam Islam , yaitu Al’Qur’an dan Hadis .

Pertentangan antara kaum yahudi & muslimin.
            Sikap ingkar janji yang di lakukan kaum yahudi mulai terlihat, ketika terjadinya perang pertama dalam sejarah islam (perang badar = perang antara kaum muslimin dengan musyrik Quraisy) pada tanggal 8 ramadhan tahun kedua hijriah, di daerah badar, kurang lebih 120 km dari Madinah.
            Bukti penyelewengan kaum yahudi lain adalah pada waktu perang terjadi Perang Uhud, di mana kaum yahudi berjumlah: 300 orang dengan pimpinan Abdullah bin Ubay, seorang munafik yang bersedia mau membantu kaum muslimin, namun tiba-tiba membelot dan kembali ke madinah, yang mengakibatkan kaum muslimin mengalami kekalahan. Sehingga nabi pun mengusir bani Nadir, satu dari 2 suku yahudi di madinah yang berkomplot dengan Abdullah bin Ubay keluar kota.
            Pengkhianatan kaum yahudi yang lain adalah dengan bergabungnya kaum yahudi dengan orang- orang kafir untuk menyerang madinah (perang Ahzab/Quraizah) di bawah pimpinan Ka’ab bin Asad. Namun usaha pengepungannya tidak berhasil, yang pada akhirnya di hentikan sementara itu, pengkhianat-pengkhianat yahudi Bani Quraizah di jatuhi hukuman mati.

                        Perjanjian hudaibiyah
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah di isyaratkan, nabi muhammaddengan sekitar 1000 kaum muslimin berangkat ke mekah bukan, untuk berperang, tetapi untuk melaksanakan umrah, namun penduduk mekkah tidak mengizinkan mereka masuk kota, akhirnya, di adakannya perjanjian hudaibiyah, yang isinya sebagai berikut:
1.    Kaum muslimin belum boleh mengunjungi ka’bah tahu itu, tetapi ditangguhkkan sampai tahun depan.
2.    Lama kunjungan dibatasi hanya sampai 3 hari.
3.    Kaum muslimin wajib mengembalikan orang-orang Mekah yang melarikan diri  ke madinah, namun sebaliknya, pihak Quraisy tidak harus menolak orang-orang madinah yang kembali ke Mekah.
4.    Selama 10 tahun di berlakukan gencatan senjata antara masyarakat Madinah dan Mekah.
5.    Tiap kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum Quraisy/kaum muslimin ,bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan.[7]






Fathu Mekah(Penaklukan Kota Mekah)

Setelah 2 tahun perjanjian hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah menjangkau seluruh jazirah Arab, hingga hampir ke pelosok jazirah Arab. Hal tersebut membuat orang-orang kafir mekah khawatir dan merasa terpojok. Oleh karena itu, orang-orang kafir Quraisy secara sepihak melangggar Perjanjian Hudaibiyah. Melihat hal ini, nabi kemudian bersama 10 tentara bertolak mekah untuk menghdapi kaum kafir.
 Dan tanpa perlawanan berarti nabi pun dapat menguasai Mekah. Meski demikian masih ada 2 Suku Arab yang masih menantang (Bani Tsaqif & Bani Hawazin).[8]Kedua suku ini kemudian bersatu untuk memerangi Islam. Melihat kenyataan bahwa kekuasaan Islam mulai mengancam Romawi, maka Heraclius menyusun pasukan untuk mengantisipasinya. Namun, setelah melihat kekuatan pasukan Islam akhirnya mereka mengurungkan diri.

 2.3. PEPERANGAN DALAM ISLAM

Peperangan pada masa Nabi Muhammad.
Peperangan yang terjadi pada masa Nabi Muhammad terbagi atas 2 bagian yaitu:
      I.        Ghazwah (perang yang dipimpin langsung oleh nabi muhammad).
    II.        Sariyah (perang yang di pimpin oleh sahabat nabi atas penunjukan nabi muhammad.
   III.         
a.    Ghaswah

1.    Perang Badar ( 17 ramadhan 2 H)
Perang Badar terjadi di lembah Badar, 125 km selatan madinah. Perang Badar merupakan: puncak pertikaian antara kaum muslimin madinah dan musyrikin Quraisy  mekah. Peperangan ini disebabkan oleh tindakan pengusiran dan perampasan harta kaum muslim yang di lakukan oleh musyrikin Quraisy. Selanjutnya kaum Quraisy terus menerus berupaya menghancurkan kaum muslimin  agar perniagaan dan sesembahan mereka terjamin. Dalam peperangan ini kaum muslim memenangkan pertempuran dengan gemilang.
Tiga tokoh Quraisy yang terlibat adalah:Utbbah  bin Rabi’ah, Al- walid, Syaibah.
Tokoh muslimnya: Ali bin Abi Thalib, Ubaidah bin Haris(meninggal karena terluka), Hamzah bin Abdul Muthalib.

2.    Perang Uhud(Sy’aban 3 H)
Perang Uhud terjadi di bukit Uhud. Perang Uhud di latarbelakangi kekalahan kaum Quraisy pada perang Badar sehingga timbul keinginan untuk membalas dendam kepada kaum muslimin. Pasukan Quraisy yang di pimpin khalid bin walid mendapat bantuan dari Kabilah Saqif, Tihamah dan kinananah. Nabi Muhammad segera mengadakan musyawarah untuk mencari strategi perang yang tepat dalam menghadapi musuh. Kaum Quraisy akan di songsong di luar madinah. Akan tetapi , Abdullah bin ubaymembelot dan membawa 300 orang yahudi kembali pulang. Dengan membawa 700 orang yang tersisa Nabi melanjutkan perjalanan sampai ke bukit uhud. Perang Uhud di mulai dengan perang tanding yang dimenangkan tentara islam, tetapi kemenangan tersebut di gagalkan oleh godaan harta, yakni prajurit islam sibuk memungut harta rampasan. Pasukan khalid bin walid memanfaatkan keadaan ini dan menyerang balik tentara Islam. Tentara Islam menjadi terjepit dan porak poranda, sedangkan nabi sendiri terkena serangan musuh. Pasukan Quraisy kemudian mengakhiri pertempuran setelah mengira nabi terbunuh. Dalam peperangan ini, Hamzah bin Abdul Muthalib (paman nabi) terbunuh.

3.    Perang Khandaq (Syawal 5 H)
Lokasi Perang Khandaq adalah di sekitar kota Madinah bagian utara. Perang ini juga di kenal dengan Perang Ahzab (perang gabungan). Perang khandaq melibatakan kabilah Arab dan Yahudi yang tidak senang kepada Nabi Muhammad mereka bekerja sama melawan nabi. Di samping itu, orang yahudi juga mencari dukungan kabilah gatafanyang terdiri dari , Qais Ailan, Bani Fazara, Asyja Bani Sulaim, Bani Sa’ad dan Ka’ab bin Asad. Usaha pemimpin yahudi, Huyay bin Akhtab, membuahkan hasil. Pasukannya berangkat ke madinah untuk menyerang kaum muslim. Berita penyerangan itu terdengar oleh Nabi Muhammad. Kaum muslim segera menyiapkan strategi perang yang tepat untuk mmenghadapi musuh. Salman AL-Farasi, Sahabat Nabi yang memiliki banyak pengalaman tentang seluk beluk peperangan, mengusulkan untuk membangun sistem pertahanan parit (khandaq). Ia menyarankan agar mengggali parit di perbatasan kota Madinah, dengan demikian gerakan pasukan musuh akan terhambat oleh parit tersebut. Usaha tersebut ternyata berhasil menghambat pasukan musuh.

4.    Perang Mu’tah (8 H)
Perang ini terjadi karena Haris AL-Ghassani, raja Hirah, menolak penyampaian wahyudan ajakan masuk Islam yang di lakukan Nabi Muhammad. Nabi kemudian mengirimkan pasukan perang di bawah pimpinan Zaid bin Harisah. Perang ini di namakan Perang Mu’tah karena terjadi di desa mu’tah, bagian utaras semenanjung Arabia. Pihak pasukan muslimin mendapat kesulitan menghadapi pasukan AL-Ghassani yang di bantu pasukan kekaisaran Romawi. Beberapa pasukan gugur dalam pertempuran tersebut, antara lain Zaid bin Harisah sendiri. Akhirnya khalid bin Walid mengambil alih komando dan menarik pasukan muslimin ke Madinah. Kemampuan Khalid bin Walid menarik pasukan muslimin dari kepungan musuh membuat kagum masyarakat di wilayah tersebut. Banyak kabilah Najd, Sulaim, Asyja, Gatafan, Abs, Zubyan, dan Farasa masuk islam setelah melihat keberhasilan dakwah islam.

5.    Fathu Makkah/Penaklukan Kota Mekah (8 H)
Fathu Makkah terjadi di sekitar kota Mekah. Latar belakang peristiwa ini adalah adanya anggapan kaum Quraisy kekuatan kaum muslimin telah hancur akibat kalah perang  Mu’tah. Kaum Quraisy beranggapan Perjanjian Hudaibiah tidak penting lagi, maka mereka mengingkarinya dan menyerang Bani Khuza’ah yang berada di bawah perlindungan kaum muslimin. Nabi Muhammad segera memerintahkan pasukan muslimin untuk menghukum kaum Quraisy yang di pimpin Ikrimah dan Safwan. Berhala di kota Mekah di hancurkan akhirnya banyak kaum Quraisy masuk Islam.


6.    Perang Hunain (8 safar 8 H)
Perang Hunain berlangsung antara kaum muslimin melawan kaum Quraisy yang terdiri dari Bani Hawazin, Bani Saqif, Bani Jusyam. Perang ini terjadi di lembah Hunain sekitar 70 km dari kota Mekah. Perang hunain merupakan balas dendam kaum Quraisy karena peristiwa Fathu Makkah. Pada awalnya pasukan musuh berhasil mengacaubalaukan pasukan islam sehingga banyak pasukan islam ytang gugur. Nabi kemudian menyemangati pasukannya dan memimpin langsung peperangan langsung. Pasukan muslim akhirnya dapat memenangkan pertempuran tersebut.


7.    Perang Tha’if(8 H)
Pasukan muslim mengejar sisa pasukan Quraisy yang melarikan diri dari Hunain, sampai kota Tha’if. Pasukan Quraisybersembunyi dalam benteng kota yang kokoh sehingga pasukan muslimin tidak dapat menembus benteng. Nabi Muhammad mengubah taktik perangnya dengan memblokade seluruh wilayah Tha’if. Pasukan muslimin kemudian membakar ladang anggur yang merupakan sumber daya alam utama penduduk tha’if, dan pada akhirnya menyerah dan menyatakan bergabunng dengan pasukan islam.

8.    Perang Tabuk (9 H)
Lokasi perang ini adalah kota Tabuk, perbatasan antara semenanjunng Arabia dan Syam (Suriah). Adanya peristiwa penaklukan kota Mekah membuat seluruh semenanjung Arabia berada di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad. Melihat kenyataan itu, Heraclius (penguasa Romawi Timur), menyusun pasukan besar untuk menyerang kaum muslimin. Pasukan muslimin kemudian menyiapakan diri dengan menghimpun kekuatan yang besar karena pada masa itu banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri untuk berperang bersama Nabi. Pasukan Romawi mundur menarik diri setelah melihat besarnya jumlah pasukan Islam. Di sini Nabi membuat perjanjian dengan penduduk setempat sehingga daerah perbatasan tersebut dapat dirangkul dalam barisan Islam.

9.    Perang Wdan ( 12 Rabiul awal 2 H)
Perang ini terjadi di Widan, sebuah desa antara Mekah dan Madinah. Rasullullah memimpin pasukan muslimin menghadang kafilah Quraisy melalui daerah tersebut. Rasulullah selanjutnya mengadakan perjanjian kerja sama dengan Bani Damrah yang tinggal di rute perdagangan kafilah Quraisy di Widan. Kesepakatan tersebut berisi kesanggupan Bani Damrah untuk membantu kaum muslimin apabila di butuhkan.


b.‘Sariyah[9]

1.    Sariyah Hamzah bin Abdul Muthalib (Ramadhan 1 H)
Perang ini merupakan perang pertama (sariyah pertama) yang terjadi dalam sejarah  Islam. Sariyah ini berlangsung di dataran rendah AL – Bahr, tidak jauh dari kota Madinah. Pasukan muslimin di pimpin Hamzah bin Abdul Muthalib, sedangkan kaum Quraisy di pimpin Abu Jahal bin Hisyam. Perang ini tidak menimbulkan korban karena segera di lerai Majdi bin Amr.

2.    Sariyah Ubaidah bin Haris (Syawal 1 H)
Sariyah ini berlangsung di Al-Abwa, desa antara Mekah dan Madinah. Kaum muslimin berjumlah 80 orang, sedangkan kaum Quraisy berjumlah sekitar 200 orang. Kaum muslimin di pimpin oleh Ubaidah bin Haris, sedangakan, kaum Quraisy di pimpin Abu Sufyan. Perang ini tidak mengakibatkan bentrok fisik.

3.    Sariyah Abdullah bin Jahsy (Rajab 2 H)
Perang ini di pimpinAbdullah bin Jahsy, sedangkan kaum Quraisy di pimpin Amir bin Hasrami. Perang ini terjadi di Nakhlah, antara Thaif dan Mekah. Kaum muslimin berhasil membunuh Amir bin Hasrami dan menahan 2 orang Quaraisy sebagai tawanan perang. Kaum muslim juga memperoleh harta rampasan perang dan membawanya ke hadapan Nabi Muhammad. Nabi menyatakan bahwa beliau tidak pernah menyuruh mereka berperang, karena pada bulan Rajab di haramkan untuk membunuh/melakukan peperangan. Peristiwa tersebut kemudian di gunakan oleh kaum Quaraisy untuk memfitnah dengan menyatakan kaum muslimin melanggar bulan suci. Pada saat itu turn firman Allah Surat Al - Baqarah (2) ayat 217 yang menjelaskan tentang ketentuan berperang pada bulan haram(bulan Rajab).

4.    Sariyah Qirdah ( Jumadil akhir 3 H)
 Sariyah Qirdah berlangsung di sumur Qirdah suatu tempat di Najd (Arab Saudi). Kaum muslim berjumlah 100 orang penunggang kuda, di pimpin oleh Aid bin Harisah. Sariyah ini bertujuan untuk menghadang kafilah Quraisy dari Mekah. Perang berhasil di menangkan oleh kaum muslim dengan menyita harta kaum Quraisy. Harta tersebut kemudian dijadikan ghanimah(harta rampasan perang). Sebagian orang musyrik yang tidak melarikan diri selanjutnya di bawa ke Madinah dan akhirnya menyatakan diri masuk Islam.

5.    Sariyah Bani Asad (4 H)
Sariyah ini berlangsung di gunung Asad, di sebelah timur Madinah. Nabi Muhammad memerintahkan kaum muslim untuk menghadang kaum Bani Asad yang berencana untuk menyerang Madinah. Pasukan muslimin yang di pimpin Abu Salamah AL – Makhsum dan terdiri dari 150 orang berhasil menyergap musuh. Mereka juga mendapat ghanimah dari pihak Bani Asad.

6.    Sariyah Raji’ (safar 4 H)
Sariyah ini berlangsung di Raji’, yakni suatu daerah yang terletak di antara Mekah dan Asfan, dan melibatkan pasukkan muslimin melawan Bani Husail. Perang ini di latarbelakangi oleh rencana pemimpin Bani Husail, Khalid bin Sufyan bin Nubaih AL – Huzali, untuk menyerang Madinah. Nabi Muhammad memerintahkan Abdullaah bin Unais meneliti kebenaran rencana tersebut. Abdullah kemudian membunuh Khalid dan melaporkan kejadian itu kepada Nabi Muhammad. Bani Lihyan, cabang Bani Husail, merencanakan balas dendam atas terbunuhnya Khalid. Mereka meminta agar Nabi Muhammad mengirimkan beberapa sahabat untuk memberi pelajaran agama Islam kepada mereka. Nabi Muhammad mengabulkan permintaan itu dan mengirim 6 orang sahabat beserta rombongan utusan Bani Lihyan. Ke 6 sahabat di sergap oleh pasukan Bani Husail di Raji’. Para sahabat  itu sempat mengadakan perlawanan, namun 3 orang terbunuh dan 3 lainnya di tawan kemudian di bawa ke kaum musyrikin Mekah dan akhirnya di bunuh.

7.    Sariyah Bi’ru Ma’unah (Safar 4 H)
Sariyah ini berlangsung di wilayah timur Madinah antara kaum muslim dan Bani Amir. Nabi Muhammad mengutus Amir bin Malik (Abu barra’), seorang pemimpin dari Bani Amir yang sebelumnya menolak untuk memeluk agama Islam, beserta AL – Munzir bin Amar dari Bani Sa’ idah untuk memimpin 40 orang tentara yang terrdiri dari para penghafal Al Qur’an. Rombongan tersebut berjalan sampai Bi’ru Maunah yak ni suatu daerah antara Bani Amir dan Bani Salim. Mereka mengirimkan surat kepada Amir bin Tufail pemimpin Bani Malhan. Amir bin Tufail membunuh Haram bin Malhan sehingga memicu peprangan antara kedua belah pihak. Kaum muslim mengalami kekalahan dalam sariyah ini, karena semua pasuka gugur, kecuali Ka’b bin Zaid Al – Ansari. Rabi’ah anak Abu Barra’, membunuh Amir bin Tufail dengan sebilah tombak sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.

8.    Sariyah Ij’la Bani Nadir
Sariyah ini merupakan sariyah yang di lakukan sahabat Nabi untuk mengusir Bani Nadir dari tempat tinggal mereka. Latar belakang tindakan ini adalah Niat Bani Nadir untuk membubuh utusan Nabi Muhammad. Utusan Nabi tersebut ingin menyelesaikan masalah pembunuhan Amr bin Umayah, kabilah Bani Amir dan sekutu dan sekutu Bani Nadir, terhadap dua orang muslimin. Tindakan pengusiran ini mendapat tanggapan dari Huyay bin Akhtab, pemimpin Nadir, tetapi karena di ancam akan di serang oleh kaum muslim akhirnya mereka mau pindah dari daerahnya. Nabi memberikan jaminan atas harta benda dan anak-anak mereka mau pindah dari daerahnya sampai keluar dari Madinah. Sebagian dari Bani Nadir menetap di Khaibar dan Syam (Suriah).

9.    Sariyah AL – Qissah
Sariyah berlangsung di Zi AL – Qissah, sekitar 24 mil dari Madinah, antara kaum muslim dan Bani Sa’labah. Bani Sa’ labah berencana menyerang peternakan kaum muslim di Haifa’, suatu tempat jauh dari Madinah. Setelah mengetahui rencana tersebut, pasukan muslimin segera menyerang Bani Sa’labah dengan mengirim 10 orang yang di pimpin oleh Muhammad bin Maslamah. Pasukan pertama itu gagal menjalankan tugas, karena mereka di bunuh ketika istirahat di pinggiran desa. Muhammad bin Maslamah melaporkan kejadian tersebut kepada Nabi Muhammad, selanjutnya Nabi mengirimkan pasukan ke 2 di bawah pimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah. Bani Ubaidah melarikan diri ketika Abu Ubaidah sampai di tempat itu.

10.  Sariyah Ka’b bin Umair Al – Ghifari (8 H)
Latar belakang sariyah ini adalah penolakan kaum musyrikin di Zat Atlah, suatu tempat di Syam (Suriah), terhadap ajakan beberapa utuan Nabi Muhammad untuk memeluk agama Islam. Nabi mengirimkan 15 tentara untuk menyerang mereka. Pertempuran tersebut berlangsunng sengit, dan akhirnya semua pasukan muslimin menjadi Syuhada, kecuali Ka’b bin Umair Al – Ghifari yang dapat menyelamatkan diri.

2.4. SURAT – SURAT DAKWAH NABI MUHAMMAD
            Salah satu media yang di gunakan Nabi dalam aktifitas dakwah adalah surat. Menurut sejarawan Islam, Muhammad bin Sa’ad dalam kitabnya Ath – Thabaqat Al – Kubra bahwa surat – surat Nabi keseluruhanya tidak kurang dari 105 buah.[10] Surat tersebut di bagi menurut isinya yaitu:
1.    Surat – surat yang berisi seruan untuk masuk Islam.
2.    Surat – surat yang berisi aturan – aturan dalam Islam.
3.    Surat – surat yang berisi beberapa hal yang wajib di kerjakan oleh orang – orang non muslim terhadap pemerintah Islam (masalah jizyah:iuran keamanan).[11]


2.5. MISI DAKWAH NABI MUHAMMAD
Untuk menyampaikan misi dakwah, Nabi Muhammad menggunakan strategi yang tepat.Nabi mengutus beberapa sahabat yang ahli di bidang strategi politik dan berdiskusi untuk menyampaikan misi dakwah tersebut.Sahabat Nabi yang di utus menjadi misi dakwah Islamiyah tersebut, antara lain:[12]
1.    .Amr bin Umayyah Adh – Dhamiri (membawa surat untuk :An – Najasi:Raja Ethiopia, Musailamah Al – Khadzzab, Farwah bin Amr Al – Juzami: Gubernur Romawi).
2.    Dahyah bin Khalifah AL – Kalabi (membawa surat untuk: Heraclius: Kaisar Romawi).
3.    Abdullah bin Hudzaifah (membawa surat untuk Kisra:Raja Persia).
4.    Suja’ bin wahhab Al – Asadi (membawa surat untuk Al – Harits bin Syamar).
5.    Salith bin ‘Amr Al – Amiri (membawa surat untuk: Hudzah bin Ali, Tsamamah bin Astal).
6.    Hatib bin Abi Balta’ah (membawa surat untuk: Muqauqis: gubernur Romawi di Mesir).
7.    Al- I’la bin Al – Hadhrami (membawa surat untuk Al – Mundzir bin Sawi:Raja Bahrain).
8.    Al – Muhajir bin Umayah Al – Makhzumi  (membawa surat untuk Al – Harits bin Kilal di Yaman).
9.    Abu Musa Al – Asy’ari, (di utus ke suatu daerah di Yaman).
10.  Muadz bin Jabal (di utus ke suatu daerah di Yaman lainnya:sama dengan Abu Musa Al – Asy’ari).
11.  Ali bin Abi Thalib (di utus ke yaman).
12.  Jarir bin Abi Abdillah Al – Bajali (membawa surat untuk:Dzi Kilak, dan Dzi Imrah).
13.  Uyainah bin Hisham Al – Fazawi (membawa surat untuk: Aslam, Ghafar).
14.  Buraidah bin Al – Hasib Al - Aslami (membawa surat untuk kaumnya, Bani Juhainah).
15.  Rafi’ bin Makits Al – Juhaini (membawa surat untuk kaumnya, Bani Juhainah).
16.  Amr bin Ash (membawa surat untuk Uman: Raja di teluk persia ).
17.  Ad – Dhahhak bin Sufyan bin Auf (membawa surat untuk kaumnya).
18.  Yasar bin Sufyan Al – Ka’bi (membawa surat untuk kaumnya, Bani Ka’ab).
19.  Usamah bin Zaid (membawa surat untuk Harakat dari Kabilah Juhainah).


F. MASA TERAKHIR NABI MUHAMMAD
Pada tahun: 9 dan 10 H (630 – 632 M)[13] banyak suku dari pelosok Arab yang mengirimkan delegasi (utusan kepada Nabi Muhammad menyatakan pengakuan atas kekusaan Islam). (tahun perutusan). Pada tahun 10 H (631 M) Nabi Muhammad beserta rombongan yang besar melaksanakan haji, dan inilah haji yang terakhir bagi beliau yang merupakan haji perpisahan (haji wada). Dalam kesempatan itu turunlah ayat terakhir dari Al – Qur’an, yakni:
Pada hari ini Aku sempurnakan agamamu, dan Aku cukupkan nikmat - Ku bagimu, dan Aku relakan Islam sebagai agamamu. (QS. Al – Maidah (5):3)
Dalam kesempatan itu Nabi Muhammad menyampaikan khutbahnya yang sangat bersejarah, yang isinya merupakan prinsip – prinsip yang mendasari gerakan Islam, dan bahwa umat islam harus selalu berpegang pada dua sumber (Al – qur’an dan sunnah).[14]
Rasulullah mulai sakit panas. Istri – istri Rasulullah meminta izin untuk merawatnya di rumah Aisyah.[15] Tat kala sakitnya semakin keras, maka Rasulullah bersabda, “Suruhlah Abu Bakar untuk memimpin manusia melakukan salat.”
Rasulullah meninggal pada saat Dhuha pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11 H (8 Juni 632 M). Pada saat wafat beliau berusia 63 tahun.[16]





BAB III PENUTUP

KESIMPULAN
Sejarah peradaban Islam pada zaman Rasulullah, di mulai dari berdakwah, dalam hal ini dakwah Nabi Muhammad di bagi menjadi dua periode, yaitu: pada periode Mekah, dan di lanjutkan pada periode Madinah. Pada periode Mekah: dakwah Islam di lakukan secara sembunyi – sembunyi. Dan pada periode selanjutnya, yakni pada periode Madinah: Pengembangan Islam lebih ditekankan pada dasar – dasar pendidikan masyarakat Islam dan pendidikan kemasyarakatan. Selain berdakwah, di zaman Rasulullah juga terdapat peperangan, peperangan yang terjadi pada Nabi Muhammad itu terbagi menjadi dua, yaitu: ghazwah (perang yang di pimpin langsung oleh Nabi Muhammad ) dan sariyah (perang yang di pimpin oleh sahabat Nabi, atas penunjukan Nabi Muhammad). Selain berdakwah dan berperang, Nabi Muhammad juga menggunakan surat – surat untuk berdakwah, surat – surat itu terbagi menjadi tiga, yaitu: (surat – surat yang berisi seruan untuk masuk Islam, surat – surat yang berisi aturan – aturan dalam Islam, dan surat – surat yang berisi beberapa hal yang wajib oelh orang nonmuslim. Dan juga Nabi Muhammad mempunyai misi dalam berdakwah.







DAFTAR PUSTAKA:

Usairy,Ahmad. 2006. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Jakarta: Akbar.

Ibrahim, Hasan. 1989. Sejarah dan Kebudayan Islam. Yogyakarta: Kota Kembang.
Azra, Azyumardi. 2005. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.

Yakub, Ali Mustafa.1997. Sejarah dan Metode Dakwah Islam.Jakarta: Pustaka Firdaus. .

Munir, Samsul Amin.2008. The world Idol Muhammad Rasulullah. Jakarta: Amzah.

Munir, Samsul Amin.2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
















[1]  Dr. Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, hlm.20
[2]Dr. Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, hlm.20
[3]Prof. Dr. A Syalabi, ibid.,hlm. 104.
[4]Prof. Dr. A Syalabi, ibid.,hlm. 106.
[5]Dr. Badriyatim,M.A, Sejarah Peradaban Islam, hlm.25.
[6]Prof.. Dr. A. Syalabi, ibid.,hlm. 117-120.

[7]Muhammad Husain Haekal,1990. Sejarah Hidup Muhammad,Jakarta: Litera Antarnusa, hlm 402-403.
Dr. Badri Yatim. MA.,Sejarah Peradaban Islam, hlm 30

[8]Dr. Badri Yatim. M.A., ibid.,hlm.32-33.
[9]Prof. Dr. Azyumardi Azra, ibid.
[10]Ali Musthafa Yakub, 1997, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus, hlm 181.

[11]Ibid 
[12]Prof. Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, hlm. 108 – 109.
    Samsul Munir Amin,2008, Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Islam, Jakarta:Amzah, hlm149 – 151.

[13]Dr. Badri Yatim. M.A., ibid.,hlm.32-33.
[14]Ibid
[15]Ahmad Al – Usairy, Sejarah Islam sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, hlm. 136 – 137.
[16]Samsul Munir Amzah dan Haryanto Al – Fandi,2008, The WORLD Idol Muhammad Rasulullah, Jakarta: Amzah, hlm. 361 – 366.
Add to Cart

0 komentar:

Post a Comment