Cobaan Hidup
Cobaan hidup itu warna-warni kadang baik, kadang
buruk. Tak selamanya yang kita anggap baik itu baik dan tak selamanya yang kita
anggap buruk itu buruk. Karena baik dimata kita belum tentu baik dihadapan
ALLAH, pun sebaliknya. Karena ALLAH Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman didalam
QS. Al Baqarah ayat 216.
boleh
Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.
Jelas sudah bahwa sedikitpun kita jangan pernah
menghakimi suatu peristiwa, kejadian ataupun keadaan dengan menurut kita.
Yakinlah bahwa ALLAH tidak akan memberikan sesuatu yang buruk pada kita, jangan
pernah sok tau akan peristiwa yang menimpa kita.
Kalau diberi kesenangan, kekayaan, kelapangan belum
tentu itu nikmat, kalau kita tidak bisa memanfaatkannya dengan baik bisa jadi
itu menjadi musibah. Begitupun ketika kita mendapat kesusahan, kesempitan rizki
dan lain sebagainya belum tentu itupun buruk untuk kita, boleh jadi itu malah
dapat mendekatkan kita kepada ALLAH. Namun memang qodrat manusia seperti itu,
mudah tergelincir sewaktu mendapat kesenangan karena dianggapnya sebuah
kemuliaan yang dating dari ALLAH, dan ketika mendapat kesusahan maka
dianggapnya hinaan untuk dirinya. Sebagaiaman firman ALLAH didalam QS. Al Fajr:
15-16.
Adapun
manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu Dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya
kesenangan, Maka Dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku".
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka Dia berkata:
"Tuhanku menghinakanku"[1]
Maka disinilah yang harus kita ketahui bahwa
sesungguhnya bukan masalah materi yang melambangkan kenikmatan/ kemuliaan,
bukanlah materi yang menjadi patokan kita merasa dihinakan. Maka di QS. AL Fajr
di ayat berikutnya ALLAH menggunakan kata “Kalla” yang berarti sekali-kali
tidak. Maka jelas sudah, bahwa materi atau apapun yang itu bersifat keduniaan
bukanlah sesuatu yang menjadi dasar untuk kita mengklaim bahwa itu sebagai
symbol dari ALLAH untuk memuliakan atau menghinakan seseorang.
Ingatlah pula hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim.
Sesungguhnya ALLAH tidak melihat rupa-rupa kalian
juga harta benda kalian, melainkan ALLAH melihat hati-hati kalian juga amal
perbuatan kalian.” (Shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 2564)
Maka yang perlu kita lakukan adalah selalu
husnudzon kepada ALLAH akan apapun yang menimpa kita. Entah itu baik ataupun
buruk. Tugas kita adalah jangan mudah terlena dan terpedanya ketika mendapat
kesenangan dunia, karena dunia hanyalah sementara bahkan dunia ini kalau
menurut Yahya bin Muadz adalah tempat bersarngnya setan, maka kita tidak boleh
mencuri apaun dari sarang setan ini, karena kalau kita mencuri maka otomatis
setan akan mencari kita. Oleh sebab itu jangan main-main dengan dunia, ingatlah
akhirat. Dikasih sedikit derajat/pangkat dihadapan orang jangan
petantang-petenteng lalu berbuat semena-mena, dikasih banyak uang jangan
foya-foya, dikasih kelapangan waktu jangan dibuang sia-sia. Kalau kata Abdullah
Gymanstiar, “sebodoh-bodoh diantara manusia adalah manusia yang diberi modal
dan modalnya dihamburkan sia-sia, sebodoh-bodooh manusia adalah yang diberi
nafas dan nafasnya untuk sia-sia, diberi waktu dan waktu terhambur sia-sia.”
Maka janganlah menjadi orang yang bodoh dengan menyia-nyiakan kelapangan,
kesempatan dan lain sebagainya. Jangan mudah terkecoh, selalu waspada dan
bersyukur atas kenikmatan yang diberikan oleh ALLAH subhanahu wa Ta’ala.
Jika kita diberi kesempitan rizki, kesusahan,
janganlah mengeluh karena kalau kata Ir. Soekarno “Keluh adalah tanda kelemahan
jiwa”, dan tentu husnudzonlah kepada ALLAH jangan menjadikan kesusahan itu
sebagai alasan untuk kita berpaling dan menjauh kepada ALLAH, tapi harusalah
itu menjadi cambuk untuk kita semakin mendekatkan diri kepada ALLAH. Namun
banyak sekali kita melihat diantara sebagian manusia yang ketika mendapatkan
suatu cobaan kesusahan ini, mereka berusaha lari dari maslah dengan cara-cara
yang tidak dibenarkan. Misalkan bunuh diri, dan parahnya ada yang kemudian
banting setir berganti menyembah pohon, menyembah keris, kuburan, menyembah
gunung. Yang jelas ini musyrik. Harusnya kita malu, ketika menggadaikan aqidah
dengan keduniaan. Iya kalau benar jadi kaya kalau tidak, maka ibarat sudah
jatuh tertimpa tangga.
Maka marilah kita tatap masa depan dengan optimis,
hadapi ujian dengan senyuman dan selalu mendekatkan diri kepada ALLAH.
[1] Maksudnya:
ialah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah
suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada
ayat 15 dan 16. tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan
bagi hamba-hamba-Nya.
0 komentar:
Post a Comment