Wednesday, January 6, 2016

KEMUNDURAN PERADABAN ISLAM


 Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Akhmad Islahudin

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO
2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dengan judul Kemunduran Peradaban Islam sebagaimana sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterimakasih pada bapak Akhmad  Islahudin selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Makalah  ini disusun guna memenuhi tugas Sejarah Peradaban Islam dalam menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jurai Siwo Metro.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurang pemakalah dalam menyampaikan materi, karena dari itu pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun pemakalah.


Penulis
Kelompok 10







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................  ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .............................................................................  1
C.     Tujuan .................................................................................................  1
BAB II PEMBAHASAN
1.      Masa Disintegrasi................................................................................ 2
2.      Perang Salib......................................................................................... 5
3.      Penyerbuan Bangsa Mongol ............................................................  8
4.      Keadaaan Dunia Islam Menjelang Masa Pertengahan ...............  10
BAB III PENUTUP
A.    Penutup .............................................................................................. 13










BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
            Pada umumnya kemunduran peradaban Islam secara nyata tampak sejak jatuhnya Baghdad (pusat pemerintahan dan peradaban Islam di Timur) ke tangan bangsa Mongol, dan jatuhnya Cordoba (pusat pemerintahan dan peradaban Islam di Barat) ke tangan penguasa Kristen di Barat, kurang lebih abad ke 13 M, walaupun sebenarnya gejala-gejala dan faktor-faktor penyebab sudah mulai nampak pada masa-masa sebelumnya. Kemunduran peradaban Islam tersebut secara berangsur/susut sampai dengan abad ke 16 M dan pada abad ke 17 sampai dengan abad ke a19, dapat dikatakan peradaban Islam surut kemudian berhenti dan berada dalam kegelapan, serta dijajah oleh peradaban bangsa-bangsa Barat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Masa Disintegrasi?
2.      Apa yang dimaksud dengan Perang Salib dan Penyerbuan Spanyol?
3.      Apa yang dimaksud dengan Penyerbuan Bangsa Mongol?
4.      Bagaimana Kondisi Islam Menjelang Masa Pertengahan?

C.     Tujuan
1.      Ingin mengetahui tentang Masa Disintegrasi.
2.      Ingin mengetahui tentang Perang Salib dan Penyerbuan Spanyol.
3.      Ingin mengetahui tentang Penyerbuan Bangsa Mongol.
4.      Ingin mengetahui Kondisi Islam Menjelang Masa Pertengahan.




BAB II
PEMBAHASAN
KEMUNDURAN PERADABAN ISLAM

A.     MASA DISINTEGRASI (1000-1258)
Pada masa ini keutuhan umat Islam dalam bidang pilitik mulai retak, kekuasaan khalifah menurun dan Baghdad dapat dirampas dan di hancurkan oleh Hulagu (1253 M), peran khilafah sebagai lambang kesatuan politik umat Islam, telah hilang.[1] Disentegrasi dalam bidang politik sebenarnya mulai terjadi pada politik pada akhir masa Bani Umayah, tetapi puncaknay pada masa Bani Abbasiyah, Abbasiyah III dan IV terutama setelah khalifah-khalifah hanya menjadi boneka, karena para gubernur memisahkan diri dari pemerintah pusat (kekuasaan khalifah) dan memproklamirkan dirinya sebagai “khalifah-khalifah kecil” yang mandiri dan berkuasa penuh.[2] Maka mulai muncul dinasti-dinasti kecil.
Menurut Watt, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas terlihat pada awal abad kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang memiliki kekuatan militer di propinsi-propinsi tertentu yang membuat mereka independen.[3] Kekuatan militer Abbasiyah waktu itu mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah, mempekerjakan orang-orang profesional dibidang kemiliteran, khususnya tentara Turki. Pengangkata militer Turki ini, dalam perkembangannya ternyata menjadi ancaman besar terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pemerintahan dinasti Abbasiyah, sudah muncul gerakan kebangsaan (anti Arab). Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, disamping persoalan-persoalan keagamaan.[4]
Dinasti-dinasti kecil yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah diantaranya adalah:
1.      Bangsa Persia :
a. Thahiriyyah di Khurasan (205-25 H/ 820-872 M)
b. Shafariyah di Tars (254-290 H/ 868-901 M)
c. Samaniyah di Transoxania (261-389 H/ 873-998 M)
d. Sajiyyah di Azerbaijan (266-318 H/ 878-930 M)
e. Buwaihiyah, menguasa Baghdad (320-447 H/ 932-1055 M)

2.    Bangsa Turki :
a. Thuluniyah di Mesir (254-292 H/ 837-903 M)
b. Ikhsyidiyah di Turkistan (320-560 H/ 932-1163 M)
c. Ghaznawiyah di Afghanistan (215-585 H/ 962-1189 M)
d. Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya :
1) Seljuk besar atau seljuk Agung, didirikan oleh Rukn al-Din Abu Thalib Tughrul Bek ibn Mikail ibn Saljuk ibn Tuqaq. Saljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522 H/ 1037-1127 M)
2) Seljuk Kirman di Kirman (433-583 H/ 1040-1187 M)
3) Seljuk Syria atau Syam di Syria (487-511 H/ 1094-1117 M)
4) Seljuk Irak di Irak dan Kurdisten (511-590 H/ 117-1194 M)
5) Seljuk Rum atau Asia kecil di Asia kecil (470-700 H/ 1077-1299 M)

3.    Bangsa Kurdi
a. Al-Barzuqani (348-406 H/ 959-1015 M)
b. Abu Ali (380-489 H/ 990-1095 M)
c. Ayubiyah (564-648 H/ 1167-1250 M)

4.    Bangsa Arab :
a. Idrisiyyah di Maroko (172-375 H/ 788-985 M)
b. Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/ 800-900 M)
c. Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H/ 825 898 M)
d. Alawiyah di Tabaristan (250-316 H/ 864-928 M)
e. Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil (317-394 H/ 929-1002 M)
f. Mazyadiyyah di Hillah (403-545 H/ 1011-1150 M)
g. Ukailiyyah di Maushil (386-489 H/ 996-1095 M)
h. Mirdasiyyah di Aloppo (414-472 H/ 1023-1079 M)

5.    Yang Mengaku Sebagai Khilafah
a. Umayyah di Spanyol (Andalusia)
b. Fathimiyah di Mesir[5]
Munculnya dinasti-dinasti kecil tersebut dilatarbelakangi oleh persaingan antar bangsa (Arab, Persia dan Turki), disamping fahaman keagamaan (terutama Sunni dan Syi’ah),[6] yang ditandai dengan menurunya kharisma istana, ketidak jelasan mekanisme politik dan administrasi negara, kemerosotan ekonomi, serta munculnya berbagai pemberontakan.[7]
Jika situasi pemerintahan Abbasiyah seperti digambarkan diatas sebagai penyebab umum lahirnya dinasti-dinasti kecil, sebenarnya ada penyebab khusus yang lebih kasuistik. (1) secara geografis, jarak antara pemerinthan pusat dengan wilayah yang sangat jauh; (2) secara politis, para gubernur (wali) menghendaki otonomi kekuasaan; (3) secara ideologis, terdapat pertentangan faham antara Baghdad yang Sunni dan beberapa wilayah yang Syi’i.[8]
Di samping masa disintegrasi merupakan masa pemerintahan dinasti kecil dari kekuasaan pusat (Baghdad). Juga ditandai oleh adanya perebutan kekuasaan antara dinasti-dinasti tersebut untuk saling menguasai dan menghancurkan. Pada tahun 945 M Ahmad Ibn Buwaihi, sebab satu dinasti Syi’ah, mengadakan serangan ke Baghdad dan dinasti Buwaihi berhasil menguasai ibu kota Bani Abbas sampai tahun 1055 M.
Pada masa pemerintahan Bani Buwaihi, para khalifah hanya tinggal nama. Pelaksanaan pemerintahan sepenuhnya berada di tangan para amir Bani Buwaihi. Keadaan khalifah Buwaihi lebih baik dari keadaan sebelumnya, terutama Bani Buwaihi penganut aliran Syi’ah sedangkan Bani Abbas beraliran Sunni. Selama masa kekuasaan Bani Buwaihi sering terjadi kerusuhan antara kelompok  Ahl al-Sunnah dan Syi’ah, pemberontakan tentara dan sebagainya.
Setelah Baghdad dikuasai, Bani Buwaihi memindahkan markas kekuasaan dari Syiraz ke Baghdad. Mereka membangung gedung di tengah kota dengan nama dar al-mamlakah. Meskipun demikian, kendali politik berada pada Syiraz, tempat Ali ibn Buwaihi, beberapa dinasti kecil yang sebelumnya memerdekakan diri dari Baghdad, seperti Bani Hamdab di wilayah Syria dan Irak. Dinasti Samawiyah, dan Ikhsyidiyah, dapat dikendalikan kembali dari Baghdad.
Selanjutnya kekuasaan Bani Buwaihi jatuh ke tangan Saljuk. Pada masa dinasti Saljuk berkuasa, posisi dan kedudukan khalifah menjadi lebih baik; paling tidak kewibawaannya dalam bidang agama dikembalikan setelah beberapa lama dirampas oleh orang-orang Syi’ah. Meskipun Baghdad dapat dikuasai, namun ia dijadikan sebagai pusat pemerintah, Thugrul Bek memilih Naisabur dan kemudian Ray sebagai pusat pemerintahannya. Dinasti-dinasti kecil yang sebelumnya telah memisahkan diri, setelah ditklukan, dinasti saljuk, kembali mengakui kedudukan Baghdad. Bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan. Abbasiyah untuk membendung Syi’ah dan mengembangkan Madzhab Sunni yang mereka anut.
Pada masa itu, di Mesir berdiri Dinasti Fatimiah yang mengambil bentuk khalifah aliran Syi’ah sebagai saingan bagi khilafah aliran Sunni di Baghdad. Khilafah Fatimiah pada mulanya dibentuk oleh Abdullah di Tunis pada tahun 909 M Khilafah memilih angkatan alaut yang pernah mengadakan serangan-serangan sampai ke partai Eropa, terutama Italian dan Perancis. Di tahun 969 M seorang jendral Fatimi bernama Jawhar al-Siqilli dapat menguasai Fustat di Mesir. Dialah yang mendirikan kota kairo sekarang dan masjid al-Azhar (972 M) yang kemudian dijadikan Pusat Perguruan Tinggi Islam oleh Khalifah Fatimiah al-Aziz (975-996 M) juga didirikan lagi Dar al-Hikmah (1005 M). Khilafah Fatimiah berkuasa di Mesir sampai tahun 1171 M.
Di Spanyol, Abdul Rahman ad-Dakhil dari Dinasti Amawiyah, tahun 756 M dapat membentuk suatu sistem khilafah. Didirikan masjid Cordova sebagai pusat peradaban Islam di Beirut, sebagai tandingan Baghdad di Timur. Di samping itu, di Cordova juga terdapat Universitas Cordova sebagai pusat Ilmu Pengetahuan yang didirikan oleh Abd. Al-Rahman III (929 M-961 M). Sesudah jatuhnya Dinasti bani Umayah Spanyol, Andaluis terpecah menjadi beberapa negara kecil yang selalu berperang di antara Dinasti Bani Nasa dsb. Dinasti Bani Umayah Spanyol berkuasa di Spanyol sampai tahun 1031 M.
B.     PERANG SALIB DAN PENYERBUAN SPANYOL
Perang Salib, suatu peperangan yang dilancarkan oleh orang-orang Kristen Barat terhadap kaum muslimin di Asia Barat dan Mesir, yang dimulai pada akhir abad ke sebelas sampai akhir abad ketiga belas. Peperangan ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. Philip K. Hitti berpendapat bahwa latar belakan terjadinya perang Salib karena reaksi dunia Kristen di Eropa terhadap Dunia Islam di Asia, yang sejak tahun 632 melakukan ekspansi, bukan saja ke Syiria dan Asia Kecil; tetapi juga Spanyol dan Sicilia. Faktor lain adalah keinginan mengembara dan bakat kemiliteran suku Teutonia yang telah mengubah peta Eropa sejak mereka memasuki lembaran sejarah penghancuran gereja, Holy Sepulchre adalah sebuah gereja yang didirikan di atas makam Yesus dikubur, pembangunannya dilakukan oleh Khalifah Tathimiyah al-Hakim pada tahun 1009, sedangkan gereja merupakan tujuan dari beribu-ribu jamaah Eropa, perlakuan tidak wajar terhadap jamaah Kristen yang akan ke Palestina melalui Asia kecil oleh penguasa Saljuk. Faktor lain, tahun 1095 terulang permintaan bantuan kepada Pope Urban II, oleh kaisar Bizantium, Alexius Commenus yang daerah-daerahnya di Asian sampai ke pantai Marmora telah ditaklukan oleh bangsa Saljuk. Bahkan Konstantinopel ikut terancam. Dengan permintaan ini, Paus melihat kemungkinan untuk mempersatukan kembali gereja Yunani dan Romawi yang terpecah, sekitar tahun 1009-1054.
Tanggal 26 November 1095 di Clermont (Perancis Tenggara), Paus Urbanus II menyampaikan pidato yang berapi-api untuk membakar semangat kaum Kristen, dihadiri 225 pendeta besar serta para tokoh masyarakat di Eropa Barat. Dalam pidato, Paus menyerukan kepada seluruh kaum Kristen, agar ikut serta dalam peranga suci untuk merebut kuburan suci dari tangan muslim, serta menaklukan mereka, karena Tuhan menghendaki demikian katanya. Selanjutnya Paus menegaskan bahwa orang-orang yang berperang, harta dan keluarganya akan dilindungi oleh gereja. Bagaimanapun besarnya dosa pahlawan akan diampuni. Mati dalam peperangan atau akibat perang adalah mati suci, masuk surga. Pada tahun 1097 berkumpul di Konstantinopel sebanyak 150.000 orang, sebagian besar mereka berasal dari Perancis dan Normandia. Mereka menggunakan simbol salibn karena perang tersebut disebut Pesang Salib. Selanjutnya pidato Paus ditutup dengan ucapan “deus vult” (Kehendak Tuhan). Teriakan deus vult menggema dan menimbulkan ketularan psikologi dikalangan orang-orang Kristen Eropa. Maka berduyun-duyun raja Kristen di Eropa untuk mendaftarkan diri, kemudian diikuti oleh rakyat jelata, bahkan perampok, pembegal dan penyamun, karena ingin membebaskan dosanya dan masuk surga.
Ketika Perang Salib dilancarkan oleh orang-orang Kristen Eropa terhadap orang-orang Islam di Asia Barat dan Mesir, umat Islam di Spanyol mendapat serangan dari negara Kristen tetangganya dari utara. Ada dua faktor utama yang mengawali penyerbuan Kristen terhadap Spanyol Islam. Pertama, timbulnya perpecahan yang sering dikalangan umat Islam ditandai oleh lahirnya imarat-imarat kecil, sesudah masa khalifah Umayyah di Spanyol. Masa ini disebut dengan “mulk al-thawaif” (raja-raja golongan); kedua, bersatunya umat Kristen di utara Spanyol, terutama di daerah Perancis.[9]
Setelah tentara-tentara Salib Kristen berhasil merebut satu demi satu kerajaan-kerajaan Islam di Spanyol, maka pada tahun 898 H (1492 M) mengepung satu-satunya kerajaan Islam Bani Ahmar. Setelah kota Grenada dipertahankan beberapa lama, maka pada tanggal 2 Januari 1492 raja terakhir Abi Abdullah menyerah kepada raja Ferdinand dengan perjanjian sebagai berikut: Raja Ferdinand akan melindungi umat Islam baik jiwanya, harta bendanya maupun agamanya. Raja Ferdinand akan membiarkan masjid-masjid dan harta wakaf dalam keadaan seperti biasa.
Setelah perjanjian ditanda tangani berangkatlah Abu Abdullah beserta keluarganya menyeberang ke benua Afrika dan tinggal di Maroko dan setelah itu berakhir kekuasaan Islam di Spanyol. Perjanjian yang telah di tanda tangani pada saat penyerahan kota telah dilanggar oleh kaum Kristen, mereka memaksa umat Islam Spanyol agar keluar dari agamanya (murtad). Umat Islam telah dinyatakan bersalah sehingga secara masal dihadapkan ke Mahkamah Taftisy (Pengadilan Darah). Kaum muslimin dijatuhi hukuman dan siksaan menyebabkan banyak korban meninggal dunia. Sedangkan yang tidak ditanggap dan melarikan diri ketika diadili, meilih keluar dari Spanyol. Dengan demikian lenyaplah Umat Islam di Spanyol.
Peradaban islam yang di bina selama berabad-abad lamanya berangsur-angsur dihancurkan oleh tentara Kristen. Gedung-gedung dihancurkan, buku-buku dibakar,masjid-masjid dirubah menjadi gereja, akibat dari tindakan ini tanah yang telah menjadi pusat gerakan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban pada masa Islam, telah menjadi suatu daerah yang paling mundur dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Eropa setelah dikuasai kembali oleh kaum Eropa.


C.     PENYERBUAN BANGSA MONGOL
Asia tengah pada abad ke 7 M dihuni oleh orang-orang (suku) asing dan biadab dari pegunungan Altai. Disebelah barat mereka terkategori sebagai orang-orang Turki, di sebelah timurnya sebagi orang-orang Mongol. Nenek moyang mereka bernama Alanja Khant, mempunyai dua putra kembar yang bernama Tartar dan Mongol. Kedua putra ini melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol mempunyai anak bernama Ilkhant, yang melahirkan pemimpin bangsa Mongol dikemudian hari.
Setelah pindah memasuki daerah kerajaan Islam di bagian barat dan memeluk agama Islam, orang-orang Turki menjadi suku yang berbudaya. Pada tahun 1206, Temujin terpilih sebagai pemimpin bangsa Mongol dengan gelar “Jenhis Khan” atau “Jengis Khan”. Pada tahun 1211-1216, raja Jenhis Khan mengkonsolidasikan kekuatannya dengan menaklukan China pada tahun 1219, ia mulai melakukan ekspansi ke arah barat, lalu pada bulan Februari 1220, Jenhis Khan menyeberangi sungai Jaxates dan menaklukan dengan kota Bukhara, kemudian manaklukan Samarkand, dua kota terkaya di dunia. Selain itu ia menaklukan Turki, Ferghana, Khurasan, Hamadzan, Quzwain dan sampai perbatasan Irak. Dari Bukhara pasukan Mongol menuju ke Azerbaijan. Apabila kota sudah ditaklukan, bangunan-bangunan yang ada di kota itu dibumihanguskan, semua penduduk dikumpulkan di luar kota, kemudian dibunuh secara kejam tanpa memilih umur dan jenis kelamin.
Selama lima tahun (1220-1225) Jenhis Khan dan pasukannya menaklukan dan menghancurkan Persia Timur sehingga daerah itu menjadi padang yang tak berpenduduk. Daerah Khurasan dan Transoxiana yang bereabad-abad terkenal sebagai dua negara yang terkaya dan termakmur dan berbudaya tinggi di Persia, setelah penaklukan bangsa Mongol semua kemakmuran, peradaban, kesenian, perpustakaan, istana, sistem irigasi, taman yang indah dan kota-kota yang megah telah hancur berantakan.
Menjelang kematiannya, Jenhis Khan membagi wilayah kekuasaannya menjadi empat bagian kepada empat orang putranya, yaitu Juchi, anaknya yang tertua mendapat daerah sebelah selatan laut Kaspia. Joga Thai Khan mendapat daerah sebelah timur Sungai Jaxates. Ogu Thai Khan mendapat lembah “kimil”. Tului Khan, anak yang terakhir mendapat daerah asal Mongol, yaitu sekitar laut Baikal. Daerah yang ditaklukan yaitu Cina dan Persia tidak dibagi, tetapai diserahkan kepada Supreme Khan (raja tertinggi); ditetapkan Ogu Khan untuk menguasai Persia dan Cina.[10]
Pada usia 66 tahun Jenhis Khan, penakluk dunia meninggal dunia pada tanggal 18 Agustus, setelah sakit delapan hari.
Hulagu Khan, cucu Jenhis Khan, ditetapkan sebagai komandan yang akan menaklukan Irak, Syria dan Mesir. Pada januari 1256 M, Hulagu menyeberangi sungai Oxus dan menduduki Bemavend, sebelah selatan laut Kaspia. Ia menaklukan kelompok Ismailiyah yang mendiami daerah tersebut.
Pada tanggal 2 januari 1258, pasukan Hulagu sampai ke daerah perbatasan kota Baghdad. Disini mereka dibantu oleh pasukan Mongol dari Asia Kecil. Dengan menggunakan kelompok-kelompok tawanan, bangsa Mongol segera mengepung kota dan menghujani dengan peluru-peluru batu, panah dan sebagainya. Pada tanggal 30 januari 1258 serangan ditingkatkan, dan beberapa hari kemudian pertahanan kota Baghdad hancur. Wazir Ibnu Al-Alqami dengan ditemani oleh seorang Katholik Nestorian menawarkan untuk berunding, tetapi Hulagu menolaknya.
Pada tanggal 10 Februari 1258 Khalifah al-Musta’sim bertemu dengan Hulagu Khan. Ia perintahkan seluruh penduduk kota Baghdad berkumpul bersama tentaranya diluar kota. Ditempat itu mereka dibunuh tanpa membedakan umur dan jenis kelamin. Pada tanggal 13 Februari 1258, bangsa Mongol memasuki kota Baghdad dan membumuhanguskan kota tersebut. Menurut catatan, 800.000 orang dibunuh, termasuk khalifah sendiri yang meninggal dibawah telapak kaki kuda-kuda bangsa Mongol. Baghdad yang selama 500 tahun lamanya telah dibangun sebagai suatu kota dengan istananya yang megah dan beberapa masjid yang agung, rumah sakit yang lengkap, semuanya ini lenyap dalam waktu yang sangat singkat. Setelah Hulagu Khan membumihanguskan kota dan penduduknya, ia kembali menuju azbsebaija. Pada tanggal 12 September 1259, Hulagu menuju Syria. Di negeri ini Hulagu menawan kedalam mulutnya. Selanjutnya pada tanggal 20 januari 1260, Hulagu menaklukan Aleppo, disusul kemudian dengan Hamam dan Hamim di Syria Utara.[11]

D.     KEADAAN DUNIA ISLAM MENJELANG MASA PERTENGAHAN
            Secara intern di dalam tubuh dunia Islam kelihatan adanya perpecahan dan perlombaan di kalangan kaum muslimin untuk saling berebut kekuasaan. Secara sosial politik, setelah masa Bani Umayah Umat Islam terpecah ke dalam tiga khalifah besar, yaitu Abbasiyah di Baghdad, Amawiyah di Spanyol dan Fathimiyah di Mesir. Selanjutnya kondisi sosial politik tersebut sangat mempengaruhi situasi peradaban Islam pada saat itu.
            M. Syarif menyebutkan tiga sebab pokok kemunduran peradaban Islam. Hal ini sekaligus dapat melengkapi gambaran kemunduran Islam sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya. Ketiga hal tersebut adalah:
1)     Banyak filsafat Islam yang dimasukan oleh Algozali dalam alam Islami Timur, sementara Ibnu Rusyd secara agak berlebihan memasukannya ke alam Islami Barat. Algozali dengan filsafat Islamnya lebih cenderung menuju kebidang rohaniah sehingga ia melebur dalam mega alam tasawuf. Sebaliknya Ibnu Rusyd dengan filsafat Islamnya menuju kearah yang bertentangan denagn Algozali karena ia lebih condong pada materialisme. Algozali mendapat kesuksesan di Timur, sebagai pendapat-pendapatnya dianggap satu aliran terpenting. Ibnu Rusyd mendapat sukses pula dibarat sehingga pemikirannya menjadi inspirasi penting bagi alam pikiran barat. Dengan demikian meluaslah jurang antara timur dan barat.
2)     Para Khalifah dan Amir Islam saat itu melalaikan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban. Ilmu Pengetahuan dianggap oleh salah satu pihak sebagai kemewahan pribadi, sementara pihak lain menganggapnya sebagai kebutuhan negara.
3)     Dunia Islam ditimpa berbagai pemberontakan. Selain serangan politik intern, terdapat pula serangan dari luar. Pada saat serangan dilancarkan dari luar dan dalam, maka terjadilah penyembelihan-penyembelihan dikalangan rakyat. Kota-kota dihancurkan, gedung-gedung dan perpustakaan dibakar, beberapa universitas ditutup.
Gambaran menyeluruh tentang peradaban Islam dalam berbagai aspeknya rasanya tidak mungkin dapat dipaparkan disini. Namun ilustrasi sederhana dapat diperhatikan dari berbagai penyataan dibawah ini:
Kemewahan pesta di istana dan keberadaan harem tidaklah asaing bagi orang yang pernah membaca kisah The Arabian Night. Namun sebenarnya kenyataan yang terjadi jauh lebih hebat daripada yang disebutkan dalam kisah fiksi tersebut. Al-Mutawakkil, misalnya, memiliki 4000 Selir; semuanya pernah tidur seranjang dengan dia. Gilman (budak lelaki), termasuk kacung pria yang merupakan warisan budaya Persia, telah menjadi institusi sosial. Para budak pria itu mengenakan pakaian mewah, mempercantik, dan mewangikan tubuh mereka seperti kaum wanita. Khalifah Al-Amin mensahkan pemanfaatan mereka sebagai alat pelampiasan nafsu homoseksual. Seorang hakim dibawah pemerintahan Al-Ma’mun mendayagunakan 400 Ghilman. Para penyair seperti Abu Nawas menulis syaiar pujian bagi mereka. Ibn Al-Musta’in memesan permadani yang berharga 130 juta dirham. Permadani itu berhiaskan lukisan burung yang terbuat dari emas dan intan berlian. Menurut Al-mas’udi, khalifah Al-mumtaz (khalifah ketiga belas dari Bani Abbasiyah) adalah khalifah pertama yang menggunakan pelana emas dan baju menghiaskan emas. Harun Al-Rasyid menyuruh orang untuk menuliskan namanya pada pualam merah delima yang sangat terkenal dalam dunia arab, sebanding dengan Kohinoor di India yang biaya pembuatannya mencapai 40.000 dinar.[12]
Seorang sejarawan menulis tentang wazir:
“mereka itu orang-orang jahat, pelaku berbagai ketidak adilan. Mereka angkuh dan pongah. Mereka sangat lemah dalam bidang pengetahuan dan semangat keagamaan. Mereka pernebar bencana zamannya dan mudah mengeluarkan kata-kata kasar dari mulutnya. Kehidupan mereka, yang hanya dilewatkan untuk menindas orang lain, melupakan malapetaka bagi kemanusiaan. Sewaktu-waktu Sultan Barabay mengundang 4 orang kadi Kairo untuk rapat dan meminta mereka mengesahkan peraturan pajak baru, yang jumlahnya lebih tinggi dari pada jumlah yang ditetapkan hukum agama, salah seorang kadi itu lalu menjawab.  ‘Bagaimana mungkin kita membenarkan pemungutan uang dari orang Muslim jika pada hari Khitanan anak lelaki Sultan Istrinnya mengenakan pakaian seharga 30.000 dinar; itu baru satu pakaian dan baru satu istri; belum lagi yang lainnya’.”
Harem, berfoya-foya, emas, dan intan permata kian menjauhkan orang dari Islam ideal. Kekuasaan disalahgunakan. Kekuasaan mutlak para khalifah diselewengkan secara semena-mena. Orang muslim biasa pada abad ke-8 merasa muak terhadap kenyataan yang mereka lihat. Keluh kesah mereka itulah yang kelak memunculkan rentetan pemberontakan yang tiada putus-putusnya. Ibn Qutayba menulis sebagai berikut:
Sudaif seorang keturunan Bani Hasyim, berkata:
“Demi Tuhan, rampasan perang kita, yang semula dibagi untuk semua orang, kini sudah menjadi penghasilan tambahan bagi orang kaya; para pemimpin kita yang semula mau menerima saran, kini telah bertindak sewenang-wenang; sistem peralihan kepemimpinan kita, yang tadinya berdasarkan pada pilihan masyarakat, sekarang sudah didasari hubungan keturunan. Kenikmatan dan alat-alat musik dibeli dengan uang yang seharusnya menjadi hak anak yatim piatu dan janda. Orang-orang non muslim (dhimmi) mengatur orang-orang muslim. Para pelaku kejahatan merajalela dimana-mana. Ya Tuhan, kebejatan ini telah mencapai puncaknya. Oh Tuhan, berikanlah kekuatan kepada penegak kebenaran untuk menghancurkan kebejatan itu, agar kebenaran dapat muncul kembali sesempurna mungkin.” (Uyn Al-Akhbar)[13]











BAB III
PENUTUP
       Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan, kurangnya referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini.
Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca, terutama bagi penulis.



[1] Harun Nasution, Pembaharuan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hal. 13.
[2]A. Hasjmi, sejarah kebudayaan islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), hal. 229.
[3]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hal. 64
[4]Ibid
[5]Ibid
[6]Ibid
[7]Nur Hakim, Islam Doktri, Pemikiran dan Realitas Historis (Malang: UMM Press, 1998), hlm. 121
[8]Ibid
[9]Dirjen Binbaga Islam Depag RI, Sejarah dan Peradaban Islam (Ujungpadang: IAIN Alaudin, 1982), hlm. 221
[10]Muhammad Hudhari Bek, Muhadharat Tarikh al-Umam al-Islamiyah (Kairo: Maktabah al-Kubra, 1970), hlm. 480
[11]Ibid
[12]Abbar S. Ahmed, Citra Muslim (Jakarta : Erlangga, 1993), hlm. 57
[13]Ibid, hlm. 58
Add to Cart

1 komentar:

Your Affiliate Money Making Machine is waiting -

And getting it set up is as simple as 1..2..3!

This is how it works...

STEP 1. Choose which affiliate products you intend to promote
STEP 2. Add some PUSH BUTTON TRAFFIC (it LITERALLY takes JUST 2 minutes)
STEP 3. Watch the system explode your list and sell your affiliate products all for you!

So, do you want to start making profits???

The solution is right here

Post a Comment